All Chapters of BALASAN UNTUK SUAMIKU: Chapter 61 - Chapter 70
95 Chapters
Permintaan Galuh
****Setibanya di Jakarta, Helmi memasuki rumah kontrakannya dengan hampa. Sebelumnya ia berencana untuk mengajak Mariah tinggal di rumah ini, memulai rumah tangganya yang baru saja seumur jagung, juga membesarkan anaknya dengan perempuan muda itu. Namun, takdir berkata lain, ketika mantan istrinya benar-benar membawa kasus itu ke pihak yang berwajib.Helmi kelimpungan, baru saja ia akan memulai semuanya, badai itu kembali datang, hingga ucapan talak ia ucapkan untuk perempuan yang kini tengah mengandung anaknya.'Apa aku keliru dengan langkah yang sudah kuambil? Aku mengucapkan talak di saat dia sedang dalam masalah. Bagaimana kalau dia nekat bunuh diri atau melakukan hal yang membahayakan kandungannya?'"Argh!" Hingga malam berganti pagi, Helmi tak sedetik pun bisa memejamkan matanya. Rasa bersalah itu sukses merenggut rasa kantuknya.Helmi memutuskan untuk segera membersihkan dirinya, lalu m
Read more
Ketakutan Amel
****Amel menepati janjinya untuk mengenalkan Dinda kepada putrinya, Adinda. Mereka sepakat bertemu di sebuah taman Kota pagi ini. Perasaan Dinda tak bisa di gambarkan oleh kata-kata. Ia merasakan degup jantungnya lebih cepat padahal ia tidak sedang jatuh cinta.Dinda dan Alif sampai di taman kota, lalu segera memarkirkan mobilnya. Ia mengambil ponselnya dan segera menghubungi Amel, namun nomor Amel tidak bisa di hubungi.Dari kejauhan, Dinda melihat Amel berjalan ke arahnya dan melambaikan tangannya. Dinda terdiam ketika melihat wajah itu memang benar-benar mirip dengan Alif. Matanya coklat, serta lesung pipit di kedua pipinya.'Ah, hampir tak ada beda!'Ketika gadis kecil itu mendekat, Dinda menurunkan tubuhnya hingga setengah berjongkok untuk mensejajarkan tubuhnya dengan gadis itu. Kedua tangannya membingkai wajah mungilnya yang menggemaskan. Gadis itu sedikit mundur, mungkin ia tak ny
Read more
Satu Bulan Kemudian
****Kelabu yang kemarin menghampiri, hari ini seakan  beranjak pergi. Dinda nggak tahu kelanjutan bagaimana dengan Mariah atau Galuh, yang ia tahu hanya kerja dan keluarga. Lagipula, Dinda sudah membayar pengacara untuk memperkuat tuntutannya. Amel sudah kembali bekerja, dan tidak mempersoalkan kejadian waktu itu, ia percaya kalau kedatangan Helmi memang benar-benar kebetulan.Dengan percaya diri Dinda melangkah memasuki area pertokoan, ia tak sadar ketika seseorang mengikutinya dari belakang."Masih sibuk?" tanya lelaki itu."Tidak begitu.""Tapi aku kesulitan untuk bertemu kamu jika tak lewat Pak Nurdin.""Ah, kamu bisa saja. Setiap hari aku datang ke sini." "Oya?""Ya. Memangnya kenapa?" "Mungkin sebaiknya kita bicara di kafe sana, kebetulan aku tahu kamu perempuan pecinta kopi. Apa salahnya kita ngobrol sambil menikma
Read more
AB Rhesus Negatif
****"Amel, jujur sama aku! Siapa Ayah dari anak kamu?" tanya Helmi tiba-tiba. Pertanyaan itu memang telah bersarang cukup lama di kepalanya dan menyebabkan rasa sakit yang luar biasa karena memikirkannya. Kali ini, ia tak ingin membuang-buang waktu lagi, berharap mendapat jawaban langsung dari Amel."Maksud, Pak Helmi?""Jangan berpura-pura lagi, Amel! Aku tahu kamu bukan perempuan selugu itu.""Tentu saja Adinda anakku dengan suamiku. Memang Pak Helmi pikir Adinda terlahir tanpa Ayah?" sengit Amel."Namanya Adinda?" ulang Helmi setengah bergumam. Ia tertegun dengan nama yang di ucapkannya barusan."Iya, Pak.""Bagaimana bisa kamu melahirkan anak yang mirip dengan anakku? Apa jangan-jangan itu adalah anakku?" tanya Helmi lagi."Bapak jangan bercanda! Mungkin saja hanya kebetulan." "Hah, kebetulan. Tidak mungkin! Kalau di lihat-lihat anak
Read more
Dia Putrimu!
****Amel tertunduk ketika Dinda pelan-pelan menjelaskan tentang keadaan Adinda pada Helmi. Namun, tatapan mata Helmi pada Amel seolah-olah meminta penjelasan yang lebih lagi dari penjelasan yang Dinda sampaikan."Mas, tolong lakukan sekarang, sebelum semuanya terlambat dan kamu akan menyesal!" ucap Dinda penuh penekanan."Tidak. Aku tidak mau, maaf!" tolak Helmi dengan cepat."Mas," mohon Dinda. ia tak menyangka dengan keputusan Helmi."Kasih aku satu alasan kenapa aku harus mendonorkan darahku untuk anak itu?" desak Helmi."Mas, untuk itu kita bicarakan nanti saja, ini darurat, Adinda sangat membutuhkan darah itu." Dinda menyayangkan sikap keduanya yang sama-sama keras kepala."Aku tidak mau!" Helmi tetap kukuh dengan pendiriannya."Pak Helmi, dia putrimu." Amel berkata lirih, menahan tangis yang hampir pecah.Helmi terkesiap ketika mendengar
Read more
Akhirnya Dinda Tahu
****Sebuah mobil berhenti tepat di depan rumahnya. Dinda tersenyum kala melihat siapa yang turun dari mobil dengan kursi rodanya."Mbak Galuh," gumam Dinda.Dinda segera keluar dan berniat membantu mendorong kursi roda mantan ipar sekaligus sahabat dekatnya itu. Namun, alih-alih tersenyum, Galuh dengan kasar menepis tangan Dinda."Mbak Galuh." Dinda terperanjat dengan sikapnya."Dinda, aku tekankan sekali lagi sama kamu, berhenti untuk berhubungan dengan suamiku!" teriak Galuh tak terduga."Maksudnya apa, ya, Mbak? Aku tak pernah berhubungan dengan Bram sama sekali! Kenapa, Mbak Galuh terus menuduhku, Padahal aku tidak pernah melakukannya sama sekali?""Jangan pura-pura lagi! Nggak mungkin jika kalian tak berhubungan, Mas Bram bisa-bisanya salah sebut nama di depanku." Galuh kembali berteriak."Lah, itu bukan kuasaku, Mbak. Tanyakan saja sama suamimu!" ucap Dind
Read more
Prahara Baru
****Rasa lemas yang Helmi rasakan setelah berhasil mendonorkan darah untuk putrinya, tiba-tiba sirna ketika ia melihat mamanya sedang menonton televisi. Bahkan, ia sampai lupa mengucapkan salam ketika akan memasuki rumah."Ma, aku punya kabar baik untuk Mama." Helmi tampak semringah. Binar matanya memperlihatkan ia sedang bahagia lalu ia duduk di samping mamanya.Wulan tak menoleh sama sekali, matanya tetap fokus menonton sinetron ikan terbang faporitnya sejak dulu."Ma, coba Mama matikan dulu televisinya!""Alah, tibang mau bicara saja Mama harus matikan televisi segala. Kamu bicara saja, Mama pasti dengerin. Mama lagi sibuk mempelajari bagaimana cara membuat menantu-menantu durhaka menjadi lebih baik dan berbakti pada mertua.""Ma, ini penting. Ini masalah cucu perempuan Mama.""Hah, Mariah kenapa? Mariah baik-baik saja di dalam penjara sana 'kan, Hel?"'Dia l
Read more
Bisakah Kita Rujuk?
****Helmi memenuhi janjinya untuk menjenguk Mariah setiap minggu. Ia membawa beberapa menu makanan kesukaannya demi menjaga nutrisi untuk bayi yang ada dalam kandungan Mariah."Mas," gumam Mariah. Matanya yang bulat tampak berbinar melihat siapa yang sudah menunggunya. Meskipun talak sudah terucap dari bibir lelaki itu, namun ia yakin Helmi mau rujuk dengannya."Mar, ini aku bawakan makanan untuk kamu." Helmi menyodorkan rantang berisi makanan ke hadapannya."Terimakasih, Mas. Apa kabar?" tanya Mariah. Sudut matanya menelisik wajah lelaki yang tampak lebih muda dengan senyum yang terus mengembang di bibirnya."Baik, alhamdulilah, Mar. Kamu bagaimana di sini?""Aku, aku sudah mulai betah, aku juga sudah punya teman di sini, lain kali aku akan mengenalkannya padamu, Mas." "Syukurlah. Aku tidak bisa berlama-lama di sini, aku harus segera ke rumah sakit sekarang,
Read more
Bantu Aku Dinda
****Dinda cukup tenang ketika Galuh dan Bram pergi ke Magelang. Setidaknya, Dinda merasa tak harus melulu kepikiran dengan tuduhan-tuduhan yang memang nggak masuk akalnya.Namun, pagi itu Dinda cukup terkejut ketika melihat story whatsapp milik Helmi. Di sana menunjukkan Galuh sedang terbaring di rumah sakit dengan caption "Syafakillah, Mbak!"Dengan buru-buru Dinda mengomentari postingan Helmi. Sungguh kepeduliannya mengalahkan rasa sakit hati atas sikapnya di beberapa bulan ini.[Mas, Mbak Galuh sakit apa?]Tidak harus menunggu lama pesan balasan dari Helmi masuk.[Mbak Galuh Drop setelah sampai di Magelang, Din. Tolong, do'akan mbakku, ya!]'Ya Allah, rasanya baru kemarin dia memaki-makiku dengan kata-kata kasar, sekarang dia malah sakit seperti ini. Angkatlah sakitnya, Ya Allah,' do'anya dalam hati."Bunda!""Bunda!" "Ah, Bunda m
Read more
Hadiah Ulang Tahun
****"Sam," panggil Dinda Pelan.'Apa ini mimpi? Bagaimana mungkin perempuan yang berdiri di hadapanku adalah perempuan yang sama dengan  kutemui tadi siang?' batin Dinda. Seketika saja ucapan dan sumpah serapah terngiang-ngiang di telinganya.Samudra menoleh ke arah Dinda. Ia benar-benar tak mengerti kenapa mamanya bisa sehisteris ini? Tanpa ia minta, bayangan itu terasa nyata menari-nari di depan matanya. Akankah kisah lima tahun silam itu terulang lagi?"Sam, aku minta maaf. Aku tak bermaksud menyakiti mamamu," ucap Dinda."Aku percaya sama kamu, Dinda.""Terimakasih, aku sebaiknya pulang sekarang saja, Sam.""Ayo, kuantar!" tawar Samudra."Tidak, tidak perlu. Aku bisa pulang sendiri, lebih baik kamu tenangkan mamamu saja, Sam!""Baiklah, hati-hati!"Di sepanjang perjalanan ke rumahnya, Dinda tak henti memikirkan kejadian yang di alaminya barusan. Apa setelah ini Samudra akan berhenti m
Read more
PREV
1
...
5678910
DMCA.com Protection Status