All Chapters of Miskin Gara-gara Nikah Lagi: Chapter 141 - Chapter 150
199 Chapters
Jalan Malam Berdua
Kamar hotel yang mereka sewa adalah double bed, dua ranjang berbeda dalam satu kamar. Beruntung, Arjun dari kampus berangkat sendiri. Jadi, tidak akan ada masalah dengan yang lain. Sengaja juga dia membuat mereka satu kamar untuk memudahkan mengawasi gadis itu. Bagaimanapun juga, dia khawatir membiarkan gadis itu berada di kamar sendiri.Pulang dari tempat tugasnya, pria itu membuka pintu. Mendapati masih ada sosok di dalam. "Loh, gak jadi keluar?" terang saja Arjun bertanya seperti itu, karena jarak dia memberi izin dan kepulangan tidak lama. Maka melihat Niswah yang malah rebahan di kasur membuatnya terheran. "Males ah. Disuruh keluar, tapi gak dikasih duit. Emang mau ngiler aja gitu, gak beli apa-apa?" sahutnya malas."Ah! Iya ... Sory, aku lupa," kekeh Arjun. Meletakkan tas kerjanya di atas meja. Melonggarkan dasi dari kerahnya. Sedangkan Niswah malah hanya memandangi gerak gerik si pria."Bagaimana kalau nanti malam saja, kita keluar?" tawar Arjun.
Read more
Perempuan Pengganggu
"Eih! Hati-hati!" Arjun takut sendiri kalau gadis itu tersandung. Tapi sayangnya tidak berlaku untuk Niswah. Dia menghiraukan teriakan Arjun, dan sampai di lokasi lebih dulu. Tertawa lebar."Yeay! Bapak kalah. Saya duluan yang nyampek."Manis. Arjun mengulum senyum seraya menggelengkan melihat tingkah gadis itu. Ah, memang benar. Tak peduli berapapun usianya, wanita adalah makhluk manja yang menggemaskan. Eh! Apa dia bilang tadi? Gadis itu menggemaskan? Huft... Sepertinya otaknya tidak beres akhir-akhir ini.Arjun meletakkan bobot tubuhnya, duduk di samping gadis itu. Sebelah tangannya membawa cup americano pesanannya."Kenapa harus disini, hmm? Bukannya di dalam sana lebih hangat?" Arjun tak menampik rasa penasarannya akan alasan gadis itu lebih memilih halte."Gak papa. Seru aja disini. Vibesnya mirip drakor. Kayak pasangan romantis.""Memangnya kita pasangan?""Iyalah. Bapak suaminya dan saya istri."Arjun menoleh. Tap
Read more
Cemburu tak Mengaku
"Wah, ini kenapa kebetulan sekali ya? Bisa bertemu bapak disini. Haha."Niswah menatap risih pada perempuan muda yang nampak akrab dengan suaminya itu. Suami? Ya, memang itu kenyataannya 'kan? Dan, yang membuat dia semakin kesal, mereka terlihat akrab sekali, Arjun juga tersenyum lebar, menyambut baik kedatangan perempuan itu. Bahkan, Niswah yang nyaris seperti obat nyamuk disini. Gimana enggak, perempuan itu begitu turun dari mobil, tanpa basa basi membuatnya menyingkir di pojokan. Berasa menjadi anak buangan aja dia."Pak Arjun kenapa kok disini? Halte ini sudah lama tidak dipakai lo.""Oh, saya menemani dia." Akhirnya, kehadirannya dianggap juga. Setelah obrolan lama dua manusia itu, kehadirannya dipertanyakan juga. Perempuan muda itu menoleh pada Niswah, hanya sekilas. Sebenarnya sedari tadi juga melirik Niswah dengan tatapan curiganya. Tapi, entah kenapa dia seperti tidak berminat untuk membahas keberadaan Niswah disini. Kalau saja Arjun tidak menunjuknya,
Read more
Menjadi Orang Asing
Selesai mandi, Arjun bersiap untuk pergi ke kampus. Memakai kemeja navy dan dasi hitam. Sudut matanya melirik gadis yang sedang duduk di ranjang dan tampak asyik memainkan gawainya. Tatapan gadis itu tak lepas dari gawainya. Namun, ada yang tak biasa dalam tangkapan Arjun. Gadis itu tampak rapi. Bahkan aroma parfumnya menguar manis. Ditambah tas kecil berada di sisinya. Arjun mengancingkan kancing kemejanya, dengan sesekali tetap mencuri pandang."Kau mau pergi?" tanyanya menuntaskan penasaran. Yang disahuti dengan anggukan acuh."Kamu ada janjian? Kemana? Dengan siapa?" tanyanya beruntun. "Gak ada janjian," sahut Niswah singkat."Terus, pergi sendiri?" Terang saja Arjun penasaran. Karena biasanya Niswah memilih tetap di hotel. Ralat, dia juga yang melarangnya. Karena takut gadis itu nyasar."Ya sama bapak lah," ketus Niswah. Menghentikan kegiatannya dari berkutat dengan ponselnya. Tatapannya galak, seperti biasa."Ke kampus?""Iyalah. Emang kemana
Read more
First Kiss
Tinggalah Niswah dalam keterasingan. Asing, karena jelas saja, dia berada di ruang dosen kampus lain. Kampusnya saja dia masih sering canggung, apalagi kampus negara lain. Ditambah, Niswah buta terhadap bahasa disini. Padahal, bahasanya terbilang mudah karena masih serumpun.Demi menutupi kegugupannya, Niswah memilih memainkan ponselnya. Dan, saat pemuda yang bernama Jufri itu menghampirinya, Niswah salah tingkah."Akak ini, adiknya Bang Arjun?""I-iya."Kaku sekali. Ditambah dirinya tak terbiasa dengan bahasa Melayu tersebut..."Ahaha! Kok bisa sih? Sumpah, ngakak."Yang semula kaku, lama-lama pecah juga. Ternyata, keterbatasan bahasa bukan penghalang. Meski terkadang Niswah harus berfikir sejenak demi menangkap perkataan Jufri. Tapi tak masalah, lama-lama dia terbiasa. Saking asyiknya, sampai mereka tak menyadari ada sosok yang menatap tak suka ke arah mereka."Adik anda, cocok juga dengan Jufri."Dengkusan kasar terdengar.
Read more
Niswah Marah
"Nis, tunggu ...."Arjun berniat mengejar Niswah yang melangkah cepat menjauh. Tentunya bersama Jefri. Tapi, tangannya ditahan Liza."Biarkan dulu, Pak."Arjun menoleh kesal. Jika dulu dia bisa menahan, kali ini Arjun makin kesal. Bagaimana bisa Liza menyuruhnya membiarkan istrinya yang sedang marah. Padahal, mereka baru saja berbaikan dengan mengungkapkan perasaan yang terpendam."Maksudmu apa? Kau tak lihat Niswah pergi, hah!" Saking paniknya, sampai Arjun tak sengaja mengeraskan suaranya. Liza terlihat terkejut, tak menyangka akan mendapat bentakan seperti itu. Tapi, dia segera menguasai diri. Mengulas senyum menenangkan."Benar. Saya lihat. Tapi, kita harus segera ke ruang rapat. Ini hari terakhir bapak disini. Apa bapak ingin mengacaukannya?"Arjun tertegun. Benar. Dirinya disini untuk mengemban tugas. Dia tidak bisa mengutamakan masalah pribadinya diatas tugasnya. Kenapa pula, dia lupa kalau ponselnya kemarin dia titipkan pada Liza,
Read more
Sarkasme
"Ngambeknya udahan ya? Aku tidak kuat lama-lama kamu diamkan."Niswah mendongak terperangah. Menghentikan kunyahannya. Woy, Pak. Ini diam bukan karena ngambek, tapi grogi! Masak gak bisa bedain sih.Niswah masih tak percaya dengan perlakuan manis Arjun di toko tadi. Arjun yang biasanya dingin dan menyebalkan itu membuat dirinya salah tingkah di hadapan pemilik toko dan pengunjung. Adegan itu terlalu romantis untuk digambarkan. Ditambah, mendapati cincin yang melingkar di jari manis sang pria. Sejak kapan? Ah, salahnya sendiri yang tidak teliti pada suaminya sendiri. Niswah menggigit bibir bawahnya saat ingat cincinnya dia tinggal di rumah. Mengambil air putih dan meneguknya pelan."Em, itu ... Ini hari terakhir kita disini. Kamu, ada tempat yang mau dikunjungi?" Netra teduh itu menyorot. Sepertinya sesi makan siang ini dirinya harus siap menjaga jantungnya. Menyahuti tawaran Arjun, Niswah menggeleng singkat."Yakin? Tidak ada tempat yang mau dikun
Read more
Dia Istriku
Menuruti saran Liza, Arjun dengan setia menunggu kembalinya sang wanita. Meluluhkan egonya yang kebat kebit menahan cemburu. Tapi saran Liza benar, tak seharusnya dia cemburu buta dan malah merusak semuanya. Karena, ini juga bagian dari kesalahannya. Andai, dia dari awal lebih terbuka, dan menjelaskan secara detail siapa itu Liza, mungkin kejadiannya tidak akan seperti ini. Liza pun, sudah pergi sedari tadi. Perempuan itu ada urusan pribadi katanya. Tanpa bertanya kepo, Arjun mengiyakan. Kini, tinggal dia di kantor dengan beberapa dosen yang lain.Dan, saat wanita itu baru nampak, bersama Jefri tentunya, senyum merekah meluncur di bibirnya. Tapi, jangan ditanya bagaimana dengan hatinya. Panas. Persis seperti sauna."Sudah selesai?" Niswah menatap aneh dengan ucapan lembut Arjun. Ditambah, senyam senyum di bibirnya. Sangat kontras dengan julukan yang terlanjur dia berikan pada pria itu, yaitu, 'dosen galak'.Niswah melengos, dan lebih memilih ikut
Read more
Hadiah Kejutan
Arjun mendongak. Wajah mereka hanya tersisa beberapa senti saja. Sementara tangannya tetap bekerja. "Selesai."Tanpa menjawab perkataan Niswah, Arjun memundurkan tubuhnya. Ternyata dia hanya memasangkan sabuk pengaman untuk gadis itu. Karena dia perhatikan, sepertinya gadis itu masih asyik melamun, dan tidak ingat untuk memasang sabuk pengamannya.Melihat apa yang dilakukan pria itu, wajah Niswah memerah. Dia malu. Dia pikir, Arjun akan melakukan yang tidak-tidak. Ternyata hanya memasangkan sabuk pengaman. Duh, rasanya ingin membuang wajahnya ke samudra Atlantik saking malunya. Kotor sekali otaknya yang sudah mikir yang tidak-tidak.Mobil berjalan pelan meninggalkan halaman kampus. Barulah, setelah di jalan raya, kecepatan bertambah. Arjun melirik gadis disampingnya, sepertinya gadis itu masih menahan malunya. Arjun memecah keheningan dengan menawarkan sesuatu. "Ingin mendengarkan musik?""Terserah bapak saja." Arjun mengangguk. Menyodorkan p
Read more
Arjun Kecelakaan
"Iya deh. Gue bakal doain yang terbaik. Buat lo, selaku sahabat gue," ucapnya dengan menekankan kata sahabat. Rautnya berubah datar. "Dan juga buat pak Arjun, selaku dosen favorit gue." "Kalau kalian sama-sama gak bahagia, kenapa harus bertahan? Menikah bukan permainan, bukan bahan jajak rasa. Gue rasa harusnya lo paham. Lo bukan anak smp, atau anak sekolah dasar yang maunya main cinta-cintaan, lo udah dewasa untuk berfikir. Kalau emang lo gak suka sama pak Arjun, semoga aja pak Arjun nemuin yang lebih baik, yang bisa membalas perasaan beliau. Gue gak tega beliau harus jatuh cinta sendiri. Banyak loh yang ngarepin pak Arjun. Entah itu dari kalangan mahasiswi, ataupun dari dosen, itu pasti juga ada. Pak Arjun itu pinter, ganteng, harus dapat yang sepadan."Napas Syifa tersengal. Sepertinya dia terlalu mengeluarkan kekesalannya. Niswah bungkam. Sorot sinis Syifa yang membuatnya begitu."Gue laper. Gue mau buat mie. Nitip gak?" Menawarkan tapi nadanya ketus. "Gak usah
Read more
PREV
1
...
1314151617
...
20
DMCA.com Protection Status