All Chapters of Bukan Siti Nurbaya: Chapter 21 - Chapter 30
101 Chapters
Pengungkapan Cinta?
Andina telah diperiksa dokter dan dinyatakan hanya mengalami keram saja. Semua orang yang ada di sana berangsur meninggalkan kamar Andina. Ibu hamil itu harus istirahat agar kondisinya kembali membaik. Sena dan Adinda juga masuk ke dalam kamar mereka. Berdiri di depan almari, Sena mengemasi baju yang semalam telah ditata. Memasukkannya kembali ke dalam tas ransel. "Buruan kemasin bajunya. Gue tunggu lima menit." ucap Sena dingin. Adinda melongo, "hah?""Emangnya kita mau ke mana? Mau pulang sekarang, iya?""Cepetan kemasin bajunya, Dinda! Nggak usah banyak tanya bisa nggak?" ketus Sena. "Iya... Iya..." sunggut Adinda sebal. Liburan yang diharapkan bisa menambah keharmonisan serta mempererat hubungan kekeluargaan justru menimbulkan masalah dan kekacauan. Daripada tetap berada di villa dan menimbulkan masalah baru, lebih baik Sena dan Adinda yang mengalah pergi."Loh... loh... kalian mau ke mana?" tanya Indah. Heran mendapati anak-menantunya membawa ransel. "Semuanya... Sena sama D
Read more
Salah Sasaran
Semenjak liburan di Bandung, hubungan Adinda dan Sena kian membaik. Mereka berdua sudah menjalankan rumah tangga yang sesungguhnya. Di kampus pun sudah tidak ada yang perlu ditutup-tutupi lagi. Toh, pernikahan keduanya telah terbongkar. Sena juga mengakui bahwa Adinda istrinya. Biarlah orang mau beranggapan apa tentang keduanya. Yang suka ya silahkan, yang tidak ya silahkan. Adinda dan Sena sendiri tidak bisa memaksa orang-orang untuk selalu menyukai mereka.Pagi ini keduanya berangkat ke kampus bersama. Berboncengan motor, menikmati waktu di jalan dengan canda dan cerita. Ternyata seindah ini rasanya berdamai dan ikhlas menerima takdir. Tahu begitu Sena dan Adinda lakukan sedari awal menikah. Sayang sekali, pagi yang menyenangkan untuk keduanya nampaknya usai sampai di sini. Ya, Sena dan Adinda harus berpisah di Program Studi masing-masing untuk menjalani jam perkuliahan. "Kabarin gue kalau kelas lo udah kelar!" perintah Sena. "Oke." Adinda berlalu menuju kelasnya. Dari balik po
Read more
Kucing Tetangga Kali Ya?
Sebelum berangkat ke kampus, Adinda dan Sena membagi tugas untuk membersihkan rumah. Sena membersihkan lantai bagian atas, sedangkan Adinda membersihkan lantai bagian bawah. "Sena... Ke sini cepetan!" teriak Adinda. Tergopoh menghampiri Adinda, napas Sena tersengal-sengal. Mengatur napasnya sesaat sebelum bersuara. "Ada apa?" tanya Sena. "Lo masukin kucing tetangga ke dalam rumah ya?" tuduh Adinda.Sena mengerutkan dahi. "Hah?""Kamar tamu berantakan banget. Kayaknya diberantakin sama kucing deh."Melangkahkan kaki ke dalam kamar tamu, Sena melihat kondisi kamar yang berantakan seperti kapal pecah. Sena celingukan, berjongkok memeriksa kolong tempat tidur. "Ngapain sih lo?" tanya Adinda heran."Nyari kucing lah. Siapa tahu ada di kolong," jelas Sena. "Iya, coba cari. Takutnya nanti pup di sembarang tempat." Adinda ikut memeriksa kamar mandi di kamar tamu, siapa tahu dapat menemukan kucing tetangganya di sana. "Uek..." Menutup hidungnya dengan jari telunjuk dan jempol, Sena ber
Read more
Rencana Baru
Sudah tiga minggu ini Ella hanya berdiam diri di rumah. Moodnya memburuk semenjak kejadian salah sasaran itu. Apa yang harus Ella lakukan sekarang? Berbagai rencana yang disusun pasti akan berakhir dengan kegagalan. Lebih parahnya lagi, rencana jahatnya langsung berimbas pada dirinya. Seakan karma dibayar lunas. Tiba-tiba perut Ella terasa bergejolak. Tergopoh menuju wastafel. Dimuntahkan seluruh isi di dalam perut. "Uek..." "Uek...""Astaga..."Meremat perutnya yang kian terasa bergejolak. Seakan tiada henti, membuat tubuh Ella melemas. "Bi..." teriak Ella. "Astaga, Non Ella... Kenapa bisa muntah-muntah begini?" tanya bibi. Bibi memapah tubuh Ella. Membawanya berbaring di atas ranjang. Terlihat wajah Ella pucat pasi. "Non Ella sakit?" tanya bibi. Menggelengkan kepala lemah sebagai jawaban. Ella merasa dirinya sehat. Hanya saja kurang makan makannya lemas begini. "Bibi panggilkan Dokter atau kita ke rumah sakit ya, Non?""Tidak usah, Bi.""Tapi, Non. Non Ella kayaknya masuk an
Read more
Jebakan
"Uek..." Lagi-lagi Ella memuntahkan sisa-sisa makanan yang ada di dalam perutnya. Baru saja makan roti satu bungkus, tapi perutnya sudah bergejolak. Matanya kembali terpejam. Kepalanya dirasa masih sangat pusing. Kehamilan ini sungguh sangat mengganggu. Berulang kali ingin mengeluh dan mengumpat, tapi Ella urungkan. Sadar bahwa janin ini yang nantinya dapat membantunya mendaparkan Sena. Setelah tertidur beberapa menit, Ella terbangun. Tiba-tiba saja Ella merindukan aroma Wildan. Aneh, sungguh sangat aneh. Padahal baru bertemu dua kali dengan pria itu, bisa-bisanya Ella merindukan aromanya. "Apa ini yang dinamakan dengan ngidam?"Ella menghubungi Wildan. Meminta bantuan untuk menuruti ngidamnya. "Hallo, Wil.""Ya, ada apa?""Gue butuh bantuan lo?""Lo mau gue lakuin apa?""Lo datang ke rumah gue ya, Wil?""Buat apa?""Anak lo pengen nyium aroma tubuh lo.""Lo ngidam?""Sepertinya." Terdengar tawa Wildan di seberang sana. "Wil..." panggil Ella lagi. "Gue kirimin parfum gue aja ya
Read more
Mengatasi Jebakan
"Selamat pagi, Opa... Selamat pagi, Mama Indah..." sapa Ella ceria. "Mau apa kamu ke sini?" tanya Indah sinis. "Ella hanya ingin menjenguk Opa. Boleh kan, Ma?"Setelah menyimpan buah tangan yang dibawanya di atas nakas, Ella mendudukkan diri di kursi samping brankar. "Opa sudah sarapan?" tanya Ella basa-basi. "Sudah," balas Opa Gunandar acuh tak acuh. Melipat kedua tangan di depan dada dan menyilangkan kaki, Indah memilih duduk di sofa ketimbang berdekatan dengan Ella. Melirik sinis kepada wanita itu. Akan selalu Indah awasi pergerakan mantan kekasih Sena itu.Indah sangat yakin ada sesuatu yang direcanakan oleh Ella. Entah apa, Indah sendiri tidak tahu. Mungkin saja ada kaitannya dengan foto yang dia kirimkan pada Opa Gunandar. "Pa, Papa daritadi belum istirahat kan? Sekarang isirahat ya! Indah berjaga di sofa."Sengaja Indah mengusir Ella secara halus. Coba, akan Indah lihat bagaimana sikap wanita itu setelahnya. Ella sendiri merasa bahwa ucapan Mama Sena seakan usiran halus u
Read more
Saling Menggenggam
Opa Gunandar berada di ruang pesakitan seorang diri. Indah sedang ke kantin membeli makan siang. Sementara bibi tidak lagi berjaga di rumah sakit karena mengurusi rumah. Memandangi langit-langit kamar, pria berambut putih itu tampak merenung. Opa Gunandar pikir dengan menikahkan Sena dan Adinda bisa membuat cucu satu-satunya itu berubah. Namun pada kenyataannya, semua tidak berjalan sesuai dengan kehendaknya. "Astaghfirullah..."Berulang kali mengucap istighfar, Opa Gunandar masih tidak habis pikir bagaimana mungkin Sena melakukan hal di luar batas bersama mantan kekasihnya. Rasanya sulit untuk percaya, tapi bukti tampak nyata. "Opa..."Mencium punggung tangan Opa Gunandar, Ella lalu mendudukkan diri di bangku samping brankar. "Sudah sehat, Opa?" tanya Ella berbasa basi. "Hmm..." balas Opa Gunandar malas. "Opa kenapa lesu begitu? Tidakkah Opa merasa senang? Sebentar lagi Opa dapat cicit loh," celoteh Ella. "Ini, Opa, lihatlah!"Ella menyerahkan amplop berlogo rumah sakit, Opa Gu
Read more
Mimpi Buruk
Keadaan Opa Gunandar semakin membaik. Dokter sudah memperbolehkan untuk pulang. Terlihat Indah sedang membereskan barang-barang Opa Gunandar."Selamat pagi, Opa. Selamat pagi, Tante Indah," sapa Ella ceria. "Mau apalagi kamu ke sini?" tanya Indah sinis. "Mau menagih janji. Ya kan, Opa?""Siapa yang berjanji, heh?" balas Opa. "Katanya, Opa mau menikahkan Ella dengan cucu kesayanganmu itu?"Indah menimpali, "jangan mimpi kamu!""Siapa yang bermimpi sih, Tante? Ella kan sedang tidak tidur.""Oh, ya. Asal Tante dan Opa tahu, anak yang Ella kandung ini memang anak Sena. Jadi, cepat atau lambat Ella akan tetap menjadi istri Sena. Ya, kalau Sena tidak mau bertanggung jawab tinggal dituntut saja. Gampang kan?"Menautkan sebelah alis ke atas, Indah melirik sinis. "Oh ya? Bukan anak dari pria lain?""Apa maksud Tante? Jangan asal bicara ya, Tante. Ella hanya berhubungan dengan Sena saja."Mengambil foto di atas nakas, Indah melemparkan foto tersebut ke arah Ella. "Lalu ini apa, hah?" sentak
Read more
Apakah Mimpi Sebuah Pertanda?
"Arghhh..." teriak Ella. Prang! Segala macam kosmetik, parfum, dan benda lainnya di meja rias tumpah, berserakan di atas lantai. "Non, kenapa lagi?"Mendekati Ella, Bibi merengkuh tubuh majikannya itu. Mengusap punggung Ella dan memberikan ketenangan."Tenang ya, Non. Ada Bibi di sini. Sebenarnya ada apa?""Kenapa semua orang kejam sama Ella sih, Bi? Kenapa, hah?""Siapa yang kejam, Non?""Keluarga Sena, Bi. Mereka semua sekarang benci sama Ella. Padahal Ella udah minta maaf perkara kesalahan di masa lalu, tapi kenapa mereka nggak mau maafin Ella sih, Bi?""Ella mau disayang kayak dulu lagi. Ella mau kembali lagi sama Sena, Bi. Ella cintanya sama Sena.""Dan sekarang, gara-gara anak sialan ini Ella jadi lebih sulit buat kembali sama Sena."Berulang kali Ella memukuli perutnya. Berharap janin yang ada di dalam rahim luruh seketika. "Arghhh..."Menangis sudah Bibi. Tidak tahan wanita paruh baya itu melihat majikannya frustasi."Astagfirullah... Istighfar, Non. Nyebut. Kalau memang be
Read more
Pernikahan Kedua
Hampir setiap hari Ella meneror Wildan. Mengirimi pesan berupa ancaman. Tidak hanya itu, Ella bahkan nekat mengirim orang untuk menghajar Wildan. Ancaman itu akan terus dilakukan sampai Wildan mau bertanggung jawab. Kepala Wildan hampir meledak rasanya. Sudah kepalang tanggung ini, daripada diteror terus menerus lebih baik mengikuti kemauan Ella saja. Biarlah perkara Andina dan keluarga besarnya akan dihadapi dikemudian hari. Sore ini, pernikahan kedua Wildan digelar. Tidak ada kedua orangtua maupun kerabat Wildan yang hadir. Hanya kedua orangtua Ella dan kerabat terdekat saja. Apalagi alasannya kalau bukan karena pernikahan ini sengaja disembunyikan."Kenapa serba dadakan sih, La? Kami kan juga belum mengenal calon suami kamu. Semuanya kan harus dipertimbangkan bibit, bebet, dan bobotnya. Tidak bisa tiba-tiba langsung menikah begini," gerutu Mama Ella. "Sebenarnya ada apa? Katakan!" ucap Papa Ella. "Tidak ada apa-apa, Pa, Ma. Ella sengaja kasih tahu dadakan karena Ella tahu kalian
Read more
PREV
123456
...
11
DMCA.com Protection Status