All Chapters of Terbelenggu Takdir: Chapter 21 - Chapter 30
37 Chapters
21. Mulai dari Berteman
Natya dan Daksa memutuskan untuk makan di dalam mobil setelah menerima pesanan dari restoran siap saji. Daksa memilih memarkirkan mobilnya di sekitar kantor Natya agar tidak perlu terburu-buru seandainya wanita itu ada keperluan mendadak. “Kamu lagi ada masalah?” Natya yang sedang membuka bungkus burger yang mereka beli dari salah satu restoran fast food, menoleh begitu Daksa membuka suara. “Hng? Kenapa tiba-tiba nanya gitu?” “Sebenernya aku mau nanya dari awal ketemu kamu di lobi. Mata kamu kelihatan bengkak.” Natya spontan menyentuh kelopak matanya. “Oh ini … karena saya begadang semalaman buat nyelesaiin kerjaan.” tentu saja itu jawaban dusta dari Natya. Daksa hanya mengangguk-angguk. Membiarkan dirinya dan Natya untuk sama-sama mengganjal perut. Daksa menyalakan pemutar musik di dalam mobilnya. Lantunan suara gitar terdengar menciptakan nada untuk lagu yang dinyanyikan oleh Westlife. “Hm! More than Words!” meski sedang mengunyah, Natya dengan spontan berucap begitu mengetahu
Read more
22. Berada di Tengah
‘Iya. Kita mulai dari berteman, ya.’ Kalimat yang diucapkan Daksa berhasil menghantui Natya selama dua hari ini. Bukan karena jantungnya yang berdebar, atau perutnya yang tergelitik, tapi karena kata ‘berteman’ yang membuat kepalanya memikirkan hal lain. Nita. Entah pertemanannya dan Nita bisa dikatakan awet atau tidak, karena mereka sudah bersama sejak duduk di bangku SMA. Meski dalam prosesnya mereka melewati berbagai hal, dan pertengkaran adalah salah satunya. Namun kasus kali ini sedikit berbeda, karena ini adalah sesuatu yang sangat mempengaruhi hidupnya. Natya mengulang kejadian di mana dirinya melihat sosok Aditya—mantannya—berdiri di depan pintu paviliun sahabatnya. Saat itu Natya tidak bisa memikirkan hal lain kecuali merasa dirinya dikhianati. Bukan pertama kalinya Aditya menginterupsi kedamaian pertemanannya dan Nita. Tapi kali ini sedikit berbeda, karena ribuan pertanyaan dan spekulasi singgah di kepala Natya. Bagaimana Aditya bisa ada di sana? Apa Aditya tahu dirinya s
Read more
23. Sedikit Lebih Bebas
Natya duduk di dalam salah satu bar. Di depannya sudah ada segelas Raspberry Martini—jenis red cocktail yang terbuat dari vodka, sirup rasberi, serta jus lemon—ketiganya yang masih penuh, dua gelas lainnya sudah kosong. Sudah tiga kali helaan napas keluar dari bibirnya. “Hah … gue enggak nyangka kalau uang yang gue cari pakai keringet dan air mata, bakal gue buang-buang buat minum.” kemudian Natya tertawa setelah berbicara dengan udara. Ya, Natya pergi ke bar sendirian. Usai mengetahui perasaan Nita yang selama ini disembunyikan, Natya mengakui dirinya butuh sesuatu untuk menghilangkan beban dan stres di pikirannya. Sahabatnya itu ternyata selama ini berusaha menekan perasaannya. Namun Natya tetap merasa dikecewakan karena perkataan Nita seperti mengartikan bahwa ini semua salahnya. “Hah … manis,” ujar Natya setelah kembali meneguk minumannya. Natya menepuk kedua pipinya. “Gue enggak boleh mabok!” kemudian mengangguk-angguk. Dirinya tidak menyadari bahwa saat ini wajahnya sudah mem
Read more
24. Kabar Baik
“Jadi, kamu berantem sama sahabat kamu karena dia ternyata sahabatan sama mantan kamu?” Setelah tangisan Natya mereda, dia menceritakan apa yang sedang terjadi. Butuh banyak pertimbangan sebelum cerita itu mengalir dari mulutnya. Tetapi hatinya mengatakan bahwa Daksa adalah orang yang akan menjaga rahasianya. Bersama Daksa, dia aman. Natya mengangguk, tapi kemudian menggeleng. “Bukan gitu. Saya enggak masalah kalau emang mereka sahabatan. Toh dari awal sebelum ketemu saya, mereka udah temenan lama. Tapi masalahnya, sahabat saya ini seakan bilang kalau tindakan saya salah padahal yang mutusin hubungan bukan saya.” “Jadi kamu kecewa karena sahabat kamu itu malah berpihak ke mantan kamu?” Natya mengangguk. Entah karena jalan pikiran penulis selalu lancar sebab adanya daya imajinasi, atau karena pengalaman Daksa soal ini lebih banyak darinya. Tapi Natya mengagumi cara Daksa menangkap ceritanya. “Kalau gitu … karena sahabat kamu enggak berpihak ke kamu, aku bakal ada di pihak kamu.” “
Read more
25. Munculnya Keraguan
Keesokan harinya, Natya kembali bekerja. Baru saja duduk di kursinya, Natya mendapat panggilan dari Bu Retno untuk datang ke ruangannya. Wanita itu 100 persen yakin bahwa bu Retno akan menginterogasinya tentang rencana kerja yang akan dilakukan Daksa. Dengan memantapkan tekad, Natya melangkah masuk ke dalam ruangan bu Retno dengan senyum profesionalnya. Natya mengetuk pintu, lalu terdengar suara bu Retno yang mempersilakannya untuk masuk. Natya melangkah pasti ke dalam ruangan Kepala Redaksinya itu. “Selamat pagi, Bu.” “Natya, duduk-duduk sini.” nada suara bu Retno terdengar sangat senang, seperti baru mendapatkan lotre senilai satu miliar. Natya duduk di single sofa sebelah kanan. “Jadi gimana? Kemarin kamu sudah berhasil mendapatkan tanda tangan kontrak dengan penulis Shasaka?” “Sekarang beliau ingin menggunakan namanya, Bu, menjadi penulis Daksa. Tetapi kontrak kerja pertama tetap harus ditepati untuk tidak menyebarkan informasi pribadi penulis Shasaka.” “Iya, saya ingat. Jad
Read more
26. Suatu Perkara
Jam pulang kantor pun tiba. Natya telah menyelesaikan pekerjaannya satu jam sebelumnya, namun Natya memutuskan untuk tetap duduk di kursinya dan membaca naskah-naskah yang masuk melalui email. Ada satu situasi di mana Natya merasa bahwa dunia dalam cerita lebih indah, tetapi ada pula situasi di mana dunia dalam cerita terasa sangat pilu hingga Natya merasa tidak sanggup memikulnya jika dirinya yang berada di dalam sana. Tapi apalah artinya sebuah cerita tanpa ada perkara? Dalam sebuah cerita, konflik yang dialami karakter biasanya menjadi batu loncatan untuk sang karakter berkembang, atau sebuah titik balik yang akan memutar keseluruhan cerita pilu menjadi cerita bahagia seperti dalam dongeng. Dongeng Cinderella tidak akan menjadi seterkenal sekarang kalau seandainya dari awal Cinderella tidak kehilangan ibunya, sehingga ayahnya tidak menikah lagi dengan wanita yang menjadi ibu tirinya. Cinderella juga tidak akan bertemu dengan saudara tirinya dan pergi ke pesta dansa bertemu pangera
Read more
27. Pusat Perhatian
Daksa mengendarai mobil sesuai dengan arahan yang diberikan oleh Natya. Sampai mereka tiba di salah satu tikungan terkenal di Jakarta. Natya turun setelah mobil Daksa diparkirkan dengan aman. Daksa mengikutinya dari belakang. Mereka menyeberang jalan sampai ke depan deretan penjual gulai yang ramai ditempati pelanggan. “Gultik?” Daksa bertanya setelah mereka berdiri menatap hamparan orang-orang yang sedang makan gulai di tempat yang sudah tidak asing lagi. Natya mengangguk. “Kamu tahu kan kalau gulai tikungan ini udah dikenal banyak orang? Rasa gulai di sini juga enggak pernah mengecewakan. Ayok.” Natya dan Daksa duduk di salah satu tempat yang masih kosong. Natya menyebutkan dua piring pesanan dan penjual pun langsung menyiapkan gulai yang masih hangat dari dalam panci besar. Natya juga mengambil dua tusuk sate usus untuknya dan Daksa, serta dua tusuk sate telur puyuh. “Cita rasa gulai ini bisa kamu jadiin referensi,” kata Natya begitu penjual telah menyajikan makanan mereka di me
Read more
28. Permintaan Maaf
Dalam perjalanan pulang di dalam mobil, Daksa dan Natya sama-sama diam dengan pikiran masing-masing. Natya menatap lampu-lampu dari kendaraan yang berlalu lalang. Suasana kota Jakarta di malam hari selalu menarik baginya.Begitu melewati rumah sakit, Daksa memelankan laju mobil yang dikendarainya. Natya menoleh, dan melihat Daksa yang bergumam kemudian kedua tangannya ia usapkan pada wajah seperti gerakan usai berdoa, lalu kembali memegang setir kemudi.Karena penasaran, Natya memutuskan untuk bertanya. "Kamu tadi berdoa?"Daksa melirik beberapa detik. "Iya.""Berdoa atas apa?"Natya bisa melihat Daksa memberikan senyum tipis atas pertanyaannya. Kemudian pria itu berkata, "Kebiasaan aja, Nat. Setiap ngelewatin rumah sakit, aku selalu berdoa buat orang-orang yang lagi berjuang melawan penyakit dan buat mereka yang meninggal dunia di sana. Aku juga berdoa untuk seluruh tenaga ahli di rumah sakit supaya tetap diberi kesehatan."Mendadak rongga dada Natya terasa penuh. Hatinya terenyuh men
Read more
29. Keputusan Final
“Jadi tadi lo dianter Daksa?” Setelah berdamai, Natya menceritakan semua yang terjadi di antara dirinya dan Daksa kepada Nita. Sepanjang cerita itu pula Nita tidak berhenti memekik sebagai reaksi tiap Natya menyebutkan hal-hal yang Daksa katakan padanya. “Iya.” “Terus-terus, berarti sabtu ini lo bakal ke rumahnya buat main sama adik ceweknya itu?” Natya mengangguk. “Sejujurnya gue takut, Nit. Daksa itu dari keluarga terpandang, bokapnya punya rumah sakit swasta di Jakarta, adik cowoknya penyanyi, dia sendiri penulis sekaligus pemilik restoran, sedangkan gue cuma cewek biasa yang sebenernya juga bukan anak kandung dari keluarga ini.” “Ah lo kebiasaan banget. Mulai kambuh nih insecure nya.” Nita bersedekap. “Ya habis gimana? Pertama kali ke rumahnya aja gue berasa masuk istana. Modelnya kayak gaya eropa klasik gitu. Mau ketemu sama orang yang tinggal di situ aja harus konfirmasi dulu lewat satpam di pos depan.” raut wajah Natya berubah murung. Nita mengembuskan napas pelan, seraya
Read more
30. Perdebatan Kecil
Tiga menit telah berlalu sejak Natya dan Daksa meninggalkan ruangan bu Retno. Mereka kini berada dalam ruangan khusus yang biasanya digunakan tim editor untuk rapat. Ruangan tersebut dibatasi oleh kaca transparan yang memperlihatkan bagian dalamnya. Ruangan tersebut kedap suara, dan dilengkapi dengan gorden abu-abu sebagai penutup—namun Natya dan Daksa sengaja hanya menutup sebagian kaca karena mereka hanya berdua di dalam sana."Jadi? Pada akhirnya Anda memutuskan untuk tampil sebagai penulis Shasaka untuk yang pertama kalinya di depan publik?""Iya."Natya menghela napas, terdiam selama beberapa saat sambil menatap kosong pada dokumen kontrak di atas meja, barulah ia mengangguk."Oke. Itu pertanyaan saya sebagai editor Anda. Tentu, sebagai orang yang ikut berkontribusi dalam proyek ini, terlebih saya berada di pihak perusahaan, saya merasa lega karena keputusan Anda akan menguntungkan perusahaan." sekali lagi Natya mengembuskan napas, sorot mata Natya berubah menjadi lebih redup dari
Read more
PREV
1234
DMCA.com Protection Status