Semua Bab Yes, I Do: Bab 61 - Bab 70
116 Bab
Bab 61. Terulang Kembali
“Li!” panggil Cheryl. Dia sudah masuk ke dalam mobil, tetapi keluar lagi untuk memanggilku.Tanpa memberikan jawaban, aku hanya mengangguk dan bergegas masuk ke dalam mobil.Sembari mengenakan sabuk pengaman, aku masih terus mengedarkan pandangan ke sekitar, bahkan ketika Cheryl sudah melajukan kendaraan, aku masih terus melihat ke sekitar. Akan tetapi, aku tidak menemukan apa pun.“Kamu mencari apa sih?” tanya Cheryl.“Tadi ketika keluar dari lobby apartment, sudut mataku seperti melihat seseorang yang sedang mengamati kita,” jawabku.“Apa kamu juga melihatnya?” Cheryl kembali bertanya.Aku menoleh ke arah Cheryl sambil mengernyit.“K-kamu juga melihatnya? Berarti aku tidak salah,” jawabku.“Aku kira itu hanya perasaanku. Namun, aku sempat melihat seorang pria dengan topi berwarna cokelat muda, terus memperhatikan kita dari balik mobil yang parkir di dekat pos keamanan,” ujar Cheryl.“Apa itu mobil SUV berwarna hitam?” tanyaku pelan.“Iya,” jawab Cheryl membuatku terbelalak.“Astaga!
Baca selengkapnya
Bab 62. Histeris
Lima menit berlalu dan mesin cetak masih terus bekerja. Aku harus bagaimana? Apa aku boleh menelepon Om Danendra? Akan tetapi, aku tidak ingin dianggap memanfaatkan hubungan baik.Aku berkali-kali menggenggam kedua telapak tangan yang sudah basah dan masih gemetaran. Sesekali aku mengusap pelan bulir-bulir keringat yang membasahi wajahku dengan tisu.“Lilian, apa kamu sudah selesai?” Liam menyembulkan kepala dari balik pintu dan bicara dengan nada suara keras.“Belum, Liam. Aku sudah berusaha secepat mungkin,” sahutku.“Dengar aku baik-baik, Lilian! Aku akan memotong gajimu kalau perusahaan ini rugi!” Liam mengancam.Saat tidak marah saja wajah Liam sudah tidak baik untuk kesehatan mata dan jantung, apalagi saat marah begini … benar-benar seperti bom yang siap meledak.“M-maaf, a-apa aku boleh menghubungi Pak Danendra untuk mengatakannya secara langsung pada beliau bahwa ada kesalahan dan aku sedang berusaha memperbaikinya?” tanyaku memberanikan diri.“Ah, punya nyali juga kamu! Catat
Baca selengkapnya
Bab 63. Situasi Menegangkan
Keenan POV“Li …, j-jangan mundur lagi!” ujarku.Posisi Lilian sekarang sudah berada di bagian paling pinggir. Tidak tidak … dia tidak boleh jatuh.“Jangan mendekat!” seru Lilian.“I-iya, aku tidak mendekat,” jawabku berusaha mencari akal.Keadaan Lilian saat ini tidak baik-baik saja sekarang. Hatiku benar-benar hancur saat mendengar Lilian berteriak histeris … dia benar-benar menumpahkan segala beban yang ada di dalam hatinya.Aku tahu Lilian sedang dalam keadaan tertekan.Aku berada di kantor Lilian karena mendapatkan informasi dari Om Danendra kalau Cheryl menghilang. Orang kepercayaan Om Danendra berkata, seseorang memang sedang mengikuti Cheryl.Aku tidak tahu ceritanya secara lengkap, tetapi yang pasti Om Danendra memintaku agar segera menemui Lilian. Melihat keadaan Lilian yang seperti ini, aku rasa Lilian sudah tahu kalau Cheryl menghilang.“Li—““Jangan mendekat kalau kamu tidak ingin menjadi sial sepertiku!” pekik Lilian. Dia tidak berhenti menangis dan keadaannya sangat ber
Baca selengkapnya
Bab 64. Cerita Cheryl
Teriakan Lilian praktis membuatku dan Om Danendra mengikuti arah tangan Lilian menunjuk.Seorang gadis dengan rambut diikat semua ke belakang sedang berdiri di depan sebuah rumah sambil berusaha melihat ke dalam.Dari posisi kami saat ini, seorang gadis itu memang terlihat seperti Cheryl. Namun, bukankah tadi Cheryl menghilang dan ponselnya digunakan oleh seorang laki-laki yang tidak dikenal? Bagaimana bisa Cheryl berdiri di depan sebuah rumah seperti itu? Jangan-jangan gadis itu hanya seseorang yang mirip dengan Cheryl.“Apa tadi Cheryl menggunakan pakaian itu?” tanya Om Danendra.“Ayo, turun! Itu Cheryl! Kita harus mengajaknya pergi dari sini sebelum seseorang menangkapnya!” Bukannya menjawab pertanyaan Om Danendra, Lilian justru memaksaku agar segera keluar dari mobil.“Tiger Chang, itu Cheryl atau bukan?” tanya Om Danendra menggunakan bahasa Inggris.Tanpa memberikan jawab, Tiger Chang perlahan melajukan kendaraan mendekati Cheryl sambil melihat ke sekitar rumah melalui kaca spion
Baca selengkapnya
Bab 65. Ini Sangat Melelahkan
Lilian POV“Suster Keysa, apa kamu baik-baik saja?” tanya Cheryl lagi.Penampilan Suster Keysa sangat berantakan … ah, ini bukan hanya berantakan, melainkan terlalu kacau. Pakaiannya sudah sobek dan sangat terbuka.“I-iya, a-aku baik-baik saja,” jawab Suster Keysa gugup. Tubuhnya gemetaran, tetapi dia tidak menangis. Tangannya memegang erat selimut yang menutupi tubuhnya.“Benarkah? Kamu benar-benar baik-baik saja? Tidak ada yang terluka?” Untuk kesekian kalinya, Cheryl bertanya.“I-iya, b-benar … aku baik-baik saja,” jawab Suster Keysa.“Apa seseorang telah berbuat jahat padamu?” Itu suara Om Danendra.Suster Keysa terlihat menghela napas sejenak. Dia lalu mengangguk.“Seseorang hendak melakukan kekerasan pada tubuh saya, tetapi beruntung saya sedang datang bulan, tepat saat lagi banyak-banyaknya,” jawab Suster Keysa. Dia tidak terlihat canggung saat mengatakan itu.Tanpa sadar aku menghela napas lega. Ternyata alam semesta masih berbaik hati denganku. Seandainya terjadi sesuatu deng
Baca selengkapnya
Bab 66. Dicky
“Apa kamu mengenalnya?” tanya Keenan.“Entahlah … namanya tidak asing,” jawabku jujur.“Mungkin teman kuliah, Li,” sahut Om Danendra.“Sepertinya memang teman kuliah, Om. Akan tetapi, saya tidak ingat wajahnya,” ujarku masih berusaha mengingat-ingat.Ketika Om Danendra hendak menjawab, tiba-tiba teleponnya berdering.“Om angkat telepon dulu,” pamit Om Danendra.“Iya, Om,” sahutku.Ketika Om Danendra bangkit berdiri dan berjalan menjauhi kami, Keenan kembali bertanya, “Apa kamu sudah merasa lebih baik?”“Sudah,” jawabku sambil tersenyum.“Kita belum makan siang,” ujar Keenan.“Aku belum lapar,” sahutku.“Aku tahu. Kalau Om Danendra sudah kembali, aku akan membeli minum sebentar—““Kamu tidak boleh pergi ke mana-mana!” potongku.Kalau sebelumnya Keenan yang menggenggam tanganku maka sekarang aku yang menggenggam tangannya. Aku tidak ingin dia pergi walau hanya sebentar.“Li, apa kamu tidak haus?” tanya Keenan.“Tidak. Pokoknya kamu harus tetap di sini,” jawabku dengan nada suara bergeta
Baca selengkapnya
Bab 67. Tetap Pindah
Tempo hari aku melihat Om Danendra marah dengan Dina saja sudah merasa sangat terkejut. Apalagi sekarang … Om Danendra benar-benar marah ketika mendengar Dicky yang membunuh Finn.Astaga! Firasatku ternyata benar.Akan terasa sangat aneh kalau Om Danendra tidak marah. Bahkan reaksi Dicky yang menjawabnya dengan tenang seolah-olah tidak merasa bersalah itu sangat menjengkelkan.“Sayangnya, kalian tidak punya bukti untuk menghukumku.” Dicky memajukan tubuhnya dan bicara dengan nada berbisik. Dia lalu tertawa terbahak-bahak, mengejek kami.BRAK!Om Danendra memukul meja. Raut wajahnya merah padam karena terlalu marah. Sedangkan aku sudah tidak bisa menahan diri untuk tidak menangis.Aku tidak melihat reaksi Keenan, tetapi yang pasti dia sibuk memegangiku dan Om Danendra.“Apa kesalahan anakku sampai kamu membunuhnya?” tanya Om Danendra. Nada suaranya sudah naik satu oktaf sekarang. Ralat! Bahkan mungkin sudah naik dua oktaf.“Apa kesalahan Finn?” cibir Dicky, “dia mencintai gadis yang se
Baca selengkapnya
Bab 68. Menerima Kenyataan
Aku sudah benar-benar yakin untuk pindah unit apartment. Alasan yang paling utama karena aku ingin melangkah maju. Di sini aku bukan ingin melupakan Finn, melainkan aku ingat janjiku pada Finn untuk melanjutkan hidup. Itu sebabnya, aku merelakan unit apartment itu.Lagi pula, unit apartment itu akan menjadi milik Om Danendra dan Tante Iva. Aku tidak keberatan selama itu menjadi milik mereka. Kenanganku bersama Finn akan menjadi kenangan mereka juga.Alasan lainnya karena aku pindah ke tempat yang lebih dekat dengan Keenan dan kantor. Aku memang belum yakin seratus persen untuk menjalani hubungan dengan Keenan. Namun, aku bisa merasakan ketulusan Keenan saat melalui setiap kesulitan bersamaku.“Om dan Keenan sudah mengatur proses pembelian unit apartment yang baru untuk kalian. Mungkin dua minggu lagi kalian sudah bisa pindah. Beri sedikit waktu agar Om bisa poles sedikit dalamnya,” ujar Om Danendra.“Poles? Bukannya sudah direnovasi oleh pemiliknya?” tanyaku keheranan.“Sudah. Tapi, O
Baca selengkapnya
Bab 69. Hampir Celaka
Hari yang baru telah dimulai.Tidak ada yang bisa aku lakukan di apartment. Jadi, meskipun Om Danendra memberiku izin untuk mengambil cuti, aku tetap memilih pergi bekerja.“Li, kapan kita mau berkemas? Kemarin Dokter Raffa menawarkan diri untuk membantu,” tanya Cheryl saat melihatku melewati pintu kamar.“Minggu depan saja. Kita tunggu saat unit apartment yang baru sudah siap,” jawabku santai.Cheryl tidak memberikan jawaban apa pun. Dia hanya kembali menikmati sarapannya.Aku pun duduk di hadapan Cheryl dan mulai menikmati nasi goreng yang sudah disiapkan di atas piringku.Ah, rasanya sungguh berbeda ketika orang yang menerorku selama ini sudah ditangkap. Aku tidak lagi merasa khawatir akan terjadi sesuatu hari ini.“Li, apa kamu baik-baik saja?” tanya Cheryl.“Iya. Kenapa?” Aku balik bertanya.“Kejadian kemarin bukan kejadian yang mudah untuk dilewati,” jawab Cheryl.“Benar. Aku sempat menjadi sangat histeris dan berteriak di atas atap.” Aku bercerita jujur.“Sudah aku duga,” sahut
Baca selengkapnya
Bab 70. Tetap di Hati
“Beri tahu Dicky, jika dia membenciku maka dia harus berhadapan sendiri denganku. Bukan menyuruh orang lain untuk membunuhku. Bahkan dia dan orang lain tidak ada urusannya denganku.” Keenan berkata. Dia lalu bangkit berdiri dan menghampiriku.“Apa kamu mendengarnya? Dia tidak ada urusannya denganmu atau Dicky. Aku yang punya urusan sama dia. Kalau kamu dan Dicky tidak ingin berurusan denganku maka kalian harus menjauhinya!” ujar Tiger Chang.BUK!Aku mendengar suara pukulan. Aku rasa itu suara Tiger Chang yang memukul orang suruhan Dicky. Aku tidak melihat lagi karena sekarang Keenan sedang memelukku erat.Antara mengeluarkan rasa sedih yang ada di dalam hatinya atau ingin melindungiku, Keenan benar-benar memelukku seakan tidak ingin melepaskannya lagi.‘Ya Tuhan, seandainya kami berjodoh, tolong beri aku petunjuk!’ Doaku dalam hati.Benar … tadi seseorang itu mengaku kalau Dicky yang menyuruhnya untuk membunuh Keenan. Ah, betapa liciknya Dicky! Aku tidak menyangka dia akan menyuruh s
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
56789
...
12
DMCA.com Protection Status