All Chapters of Yes, I Do: Chapter 81 - Chapter 90
116 Chapters
Bab 81. Dingin
Keesokan harinya …“Hola!” seruku dengan ceria begitu keluar kamar.Tidak ada sahutan.Aku mengernyit sambil perlahan melangkah ke arah meja makan. Cheryl ada di sana dan sedang menikmati sarapan. Kenapa tidak menyahut?“Halo, Nona Cheryl! Selamat pagi!” sapaku lagi dengan suara lebih keras.“Pagi. Makanlah!” ujar Cheryl.“Mukanya kusut amat. Jangan-jangan nasi gorengnya keasinan lagi,” candaku.“Ya sudah … jangan dimakan!” jawab Cheryl ketus.“Dih, jahat …,” cibirku pura-pura marah.“Biarin!” Cheryl masih saja menjawab dengan ketus.Tidak ingin membuat suasana hatiku ikut menjadi buruk, aku pun duduk di hadapan Cheryl dan meraih piring berisi nasi goreng.Semalam, setelah membereskan sebagian barang di kamarku, aku dan Keenan keluar dari kamar sambil melihat situasi. Sampai pulang, Cheryl dan Dokter Raffa masih diam. Entah ini sudah kali ke berapa mereka bertengkar, tetapi sepertinya Cheryl dan Dokter Raffa sama-sama tipe orang yang keras kepala.Sebenarnya aku dan Keenan juga keras
Read more
Bab 82. Langsung Dilamar
“Halo, kalian! Nasi lemak yang lezat sudah hadir!” Keenan ikut menyapa dengan raut wajah ceria.Aku balik badan untuk memberi kode dengan mengedipkan mata beberapa kali, sambil berkata, “Tolong kamu letakkan makanannya di atas meja makan. Aku mau mandi sebentar.”Seharusnya Keenan mengerti maksud aku karena dia sudah mengangguk-angguk.Setelah pamit, aku segera masuk ke dalam kamar untuk membersihkan tubuhku dan mengganti pakaian. Aku tidak menoleh lagi ke arah Cheryl dan Dokter Raffa.Saat sudah selesai dan keluar dari kamar, aku melihat Keenan duduk di salah satu kursi yang ada di ruang makan sambil melihat ke arah layar ponselnya. Sedangkan Cheryl dan Dokter Raffa masih duduk di sofa. Sepertinya pembicaraan mereka belum selesai.Tidak ingin mengganggu, aku menghampiri Keenan, berniat untuk mengajaknya makan terlebih dahulu. Akan tetapi, rasanya tidak enak juga kalau aku dan Keenan makan sendiri. Hm, diperhadapkan dengan situasi seperti ini cukup membingungkan juga.“Cheryl, Dokter
Read more
Bab 83. Siapa yang Datang?
Seketika aku terpaku memandangi pintu. Tidak mungkin yang datang itu pengirim hadiah misterius lagi, bukan? Orangnya sudah dihukum. Om Danendra dan Tante Iva juga seharusnya akan datang besok. Lalu, siapa yang datang?“Biar aku yang membuka pintu,” ujar Keenan membuatku terkesiap.Aku hanya mengangguk samar walau Keenan pasti tidak melihatnya karena dia sudah langsung jalan ke arah pintu untuk memeriksa.“Oh, Om Danendra dan Tante Iva datang.” Keenan berkata setelah memeriksanya dari layar monitor.“Siapa, Li?” tanya Cheryl.“Om Danendra dan Tante Iva katanya,” jawabku.Keenan terlihat sudah membuka pintu dan aku pun memasang senyum selebar-lebarnya. Ada rasa lega yang luar biasa ketika tahu bukan pengirim hadiah misterius yang datang.Sepertinya keputusan untuk pindah unit apartment ini memang sudah yang paling benar. Aku perlu suasana baru agar tidak terus menerus menjadi trauma.“Halo, Li!” sapa Om Danendra dan Tante Iva bergantian.“Halo, Om. Halo, Tante. Maaf, ini berantakan,” sa
Read more
Bab 84. Unit Apartment yang Baru
Beberapa hari kemudian …Beberapa hari lamanya aku dan Cheryl sibuk membereskan barang-barang kami di unit apartment yang lama, dibantu oleh Keenan dan Dokter Raffa. Kini tiba saatnya aku dan Cheryl harus pergi meninggalkan Harper Apartment.Sejak semalam aku sudah sulit tidur karena aku ingin menikmati tidur kamarku ini untuk terakhir kalinya. Aku bahkan membiarkan gorden terbuka agar aku bisa melihat bintang di langit dari arah tempat tidur.Aku tertidur, sempat kembali terjaga, dan seperti itu terus hingga sinar mentari pagi menyapa.Lelah, itu sudah pasti. Namun, aku tidak keberatan karena aku berharap bisa tidur dengan nyenyak di unit apartment yang baru.Walaupun unit apartment ini dibeli oleh Om Danendra dan Tante Iva, aku merasa tidak mungkin akan kembali untuk mengunjungi. Pasalnya, unit apartment ini akan ditempati oleh Max.Apa aku belum pernah cerita kalau Finn punya adik laki-laki yang dipanggil Max?Max kuliah di Amerika dan tidak pernah pulang ke Singapura. Aku sendiri
Read more
Bab 85. Kejutan Cheryl
Sementara Keenan dan Dokter Raffa sibuk memasang kamera untuk menjaga keamanan unit apartment kami, aku dan Cheryl sibuk membereskan barang-barang di dapur.Sebagian barang sudah ada yang kami buang karena tidak pernah digunakan lagi. Jadi, barang-barang yang kami bawa adalah barang-barang yang benar-benar kami pakai. Selain meringankan barang bawaan, ini cukup memudahkan saat kami menata barang.“Aku paling senang desain ruang makan dan dapur, Li,” ujar Cheryl.“Asyik! Kamu pasti akan sering-sering memasak untukku,” candaku.“Kalau ada kesempatan, aku pasti akan memasak untukmu, bestie,” jawab Cheryl terkekeh.“Aku juga suka desain dapur dan kamar kita,” ujarku sebelum ditanya.“Semua desainnya bagus. Om Danendra dan Tante Iva memiliki selera yang mirip denganmu. Nanti saat memiliki unit apartment sendiri, aku akan meminta pendapat mereka,” puji Cheryl.“Kenapa tidak meminta pendapatku?” tanyaku heran.Cheryl mendekatkan tubuhnya untuk berbisik, “Saat itu kamu pasti sudah sibuk dengan
Read more
Bab 86. Berkenalan dengan Mario
Keenan POVTidak hanya Lilian, aku pun bingung, Papa tiba-tiba datang tanpa memberi kabar.Untuk beberapa saat lamanya, Lilian hanya melihatku dan Papa bergantian.“Li,” tegurku pelan.Lilian terkesiap, dia lalu tersenyum sambil mengulurkan tangan.“Lilian.”“Mario, papanya Keenan.”Papa terlihat begitu ceria saat menggenggam tangan Lilian.“Ini Cheryl, sahabat Lilian.” Aku memperkenalkan pada Papa.“Cheryl.”Papa beralih mengulurkan tangan pada Cheryl.“Kalau Lilian siapa, Kee?” tanya Papa sambil mengulum senyum.“Kekasihku,” jawabku tanpa ragu.“Ah, pantas tadi Papa melihat kalian sudah berani bergandengan,” goda Papa.Aku melihat pipi Lilian sudah merona karena malu. Sungguh menggemaskan! Kalau aku sendiri sudah terbiasa dengan sikap Papa yang kadang-kadang memang suka usil.“Masuk, Pa!” ajakku.“Eee, maaf, kami pamit dulu,” ujar Lilian.“Lho, nggak jadi mampir?” tanya Papa bingung.“Mereka tinggal di unit sebelah, Pa. Baru hari ini pindah,” jawabku jujur.“Wah, jadi dekat donk kal
Read more
Bab 87. Suasana Canggung
Keesokan harinya …Tidak seperti hari-hari biasanya, pagi ini aku harus bangun lebih awal untuk menyiapkan sarapan.Apa semua anak mirip seperti aku? Hanya saat ada orang tua atau keluarga yang datang saja baru rajin.Kalau Lilian tidak sarapan, aku pasti mengomel karena khawatir dia akan sakit. Dia belum tahu saja kalau aku sendiri belum tentu sudah sarapan.Aku membuka kulkas untuk melihat isinya. Beruntung aku masih rajin belanja. Jadi, isi kulkas tidak terlalu mengenaskan.Aku mengeluarkan telur, sosis, keju, tomat, dan susu. Aku berniat membuat telur mata sapi dan memanggang sosis, keju, dan tomatnya dengan oven. Aku lalu akan menghangatkan susu.Namun, baru saja aku hendak menyiapkan alat masak, tiba-tiba bel apartment berbunyi. Siapa yang bertamu pagi-pagi begini? Tidak mungkin Lilian sudah bangun, bukan?Maaf, tetapi kekasihku itu sejujurnya bukan tipe gadis yang rajin bangun pagi dan melakukan tugas rumah.Di sini aku bukan mengeluh karena sejak awal aku menyukai Lilian, aku
Read more
Bab 88. Pembicaraan Serius
“Iya, tidak apa-apa, Om. Masih ada kesempatan untuk kami saling mengenal dan sama-sama belajar.” Lilian berkata.Papa dan Lilian masih saja terus berbicara seolah-olah aku tidak mendengar pembicaraan mereka.Tidak, aku tidak sedang marah atau cemburu. Aku justru merasa senang karena saat ini suasana sudah mencair. Aku merasa lega. Akan tetapi, aku hanya sedang pura-pura marah.“Kamu tidak sedang cemburu dengan Papa, ‘kan?” tanya Papa.“Tidak, Pa. Aku hanya penasaran, bagaimana Papa tahu kalau Lilian menyukai warna biru?” tanyaku.Ok, aku benar-benar penasaran karena beberapa kali Lilian selalu memilih warna putih untuk benda-benda yang dibelinya.“Hm, bagaimana ya? Antara firasat dan sekilas melihat saja,” jawab Papa semakin membuatku penasaran, “padahal Papa baru bertemu Lilian lho, Kee.”Aku melirik ke arah Lilian yang hanya tertawa untuk menanggapi.“Kalau sudah menyangkut firasat, sepertinya aku memang kalah dengan yang lebih pengalaman,” ujarku pasrah.Aku bisa mendengar suara Pa
Read more
Bab 89. Melanjutkan Pembicaraan
Benarkah aku masih belum yakin untuk menjalin hubungan dengan Lilian? Perasaan … aku sudah yakin akan memilih Lilian untuk hidup bersama sampai tua. “Bagaimana Papa merasa aku belum yakin?” tanyaku penasaran.“Bagaimana ya …? Kadang-kadang firasat ini memang sulit dijelaskan,” jawab Papa sambil mengedikkan bahu.Ah, orang tuaku ini selalu saja penuh misteri.“Pasalnya, aku sudah merasa yakin dengan pilihanku,” sanggahku.“Itu benar. Tapi … sepertinya ada sesuatu yang masih terasa mengganjal. Itu tidak dapat dijelaskan dengan kata-kata,” ujar Papa.Oh, aku mengerti yang Papa maksudkan sekarang.“Papa benar. Sesuatu yang masih mengganjal itu sebenarnya tentang Mama dan masa lalu kami yang harus diselesaikan,” jawabku.“Apa Lilian memiliki mantan?” tanya Papa mengernyit.“Lilian pernah memiliki kekasih, namanya Finn. Tapi … dia sudah meninggal karena kecelakaan,” jawabku, “namanya hati … aku tidak bisa memaksanya untuk seratus persen mencintaiku, bukan?”“Papa mengerti. Tapi … bagaimana
Read more
Bab 90. Pemikiran Keenan
Aku mengirimkan pesan pada Mama, tidak berharap akan mendapatkan balasan dan kenyataannya setelah beberapa menit berlalu memang tidak ada balasan dari Mama.Apa aku kecewa?Tidak, aku tidak berharap apa pun. Sebaliknya, aku merasa lega karena aku sudah mengikuti kata hatiku. Melakukan hal yang baik pada orang tua tidak akan pernah salah.Sampai sore hari aku benar-benar fokus bekerja. Lilian sudah pindah ke unit sebelah apartmentku dan dia bekerja di kantor pusat bersama Om Danendra, seharusnya tidak ada yang perlu aku khawatirkan lagi.Tok tok tok!“Masuk!” sahutku dalam bahasa Inggris.Yoan menyembulkan kepala dan berbicara dengan raut wajah panik, “Pak, ada masalah.”“Ada apa?” tanyaku.Yoan masuk ke dalam ruangan dan berjalan mendekat ke arahku.“Jumlah permintaan dan jumlah barang yang datang tidak sesuai. Ketika saya cek ke pihak pabrik, mereka mengatakan sudah kehabisan kayu yang sesuai dengan standard kita,” jawab Yoan.Aku mengusap wajah kasar. Pasalnya, barang paling lambat h
Read more
PREV
1
...
789101112
DMCA.com Protection Status