Lahat ng Kabanata ng Skandal BabySitter dan Suamiku: Kabanata 21 - Kabanata 30
35 Kabanata
Bab 21
Kiya tak kunjung menjawab pertanyaanku begitu dia baru saja menjatuhkan vas bunga. Entah, rasanya ada yang janggal, tapi aku tidak tahu apa."Kiya ...." panggilku sekali lagi ketika dia masih berdiri mematung di tempatnya."Iy-iya, Bu. Maaf saya tidak sengaja. Tadi saya mau nawarin ke Ibu mau minum atau tidak," jawabnya yang kutahu sangat asal, karena aku hanya perlu meminta bantuan office boy untuk mengambilkanku minum."Benar kah?" kataku lagi menyelidik sembari melirik sekilas pada Mas Darma.Dia masih sama, berdiri dengan sorot amarah di kedua matanya. Ah, terserah dia saja karena aku sungguh tak peduli.Kiya mengangguk, lalu berniat hendak undur diri. "Kiya tunggu," panggilku menghentikan langkahnya.Dia berbalik ke arahku, tapi tak berani menatap wajahku seperti pertama kali kami bertemu beberapa saat yang lalu. Aku jadi curiga, apa mereka ada hubungan spesial juga?"Nanti temui aku, ada hal yang ingin kubicarakan," tandasku sebelum mempersilahkannya pergi dari hadapanku dan Mas
Magbasa pa
Bab 22
Bagaimana bisa, dia mendapatkan beberapa perhiasanku? Sedang aku saja menyimpannya di tempat yang selalu kukunci rapat."Kenapa, Nyonya? Anda terkejut?" ucapnya dengan menyeringai.Benar-benar serigala berbulu domba!"Darimana kamu dapatkan semua itu?"Bukannya langsung menjawab pertanyaanku, Nadia justru tertawa lantang dan berdiri tepat di hadapanku. Kini aku tak lagi bersanding dengan seorang babysitter, melainkan seorang rival."Ah, bahkan mantan suamimu itu terlalu bucin denganku, Bu. Andaikan saat itu aku minta segunung berlian, pasti akan dia tepati juga. Namun sayang, aku hanya meminta beberapa perhiasanmu saja," terangnya membuatku semakin marah.Aku menatapnya dalam. Suasana hatiku yang sangat bagus karena akan bertemu orang tua Mas Darma kini menguap begitu saja karena kelakuan Nadia yang membuat emosiku memuncak."Sudah, ya. Aku permisi dulu. Kemarin aku lupa membawa semua ini, jadi hari ini kuambil. Ini kan hakku, Mas Darma sudah memberikannya padaku," ledeknya.Dadaku ke
Magbasa pa
Bab 23
“Bu, cepat ke kantor. Ada hal penting yang ingin saya bicarakan,” terang Kiya lewat sambungan telepon.Aku mengernyitkan dahi, tak biasanya dia menyuruhku untuk datang ke kantor sepagi ini. Biasanya meski ada masalah di kantor dia akan menungguku sampai aku tiba, tidak memaksaku untuk datang segera seperti ini.Gegas kuserahkan Arkan pada Sari, lalu mengambil tas selempang yang ada di kamar dan melesat ke kantor. Suara Kiya panik, sepertinya memang benar ada suatu masalah yang serius di kantor.Sekitar setengah jam perjalanan akhirnya aku sampai di kantor dengan sangat terburu-buru. Kucari keberadaan Kiya. Rupanya dia sudah berada di ruanganku sejak satu jam yang lalu.“Bu, lihat. Sepagi ini dan sudah ada orang misterius mengirimi anda sebah bingkisan yang sangat aneh,” ucapnya ketika aku masuk dengan tatapan heran.Sebuah kotak berwarna cokelat tergeletak di atas mejak kerjaku. Tak ada kartu ataupun kertas yang menerangkan siapa pengirim bingkisan itu.“Apa yang membuatmu merasa aneh
Magbasa pa
Bab 24
Satu masalah belum selesai kini masalah baru sudah muncul dihadapanku. Ketika aku memang baru saja berfikir mengenai sosok lelaki yang beberapa waktu yang lalu bertemu dengan Mas Darma dan Nadia, serta hubungannya dengan terorku pagi tadi. Kini, satu buah teror sudah muncul di hadapanku.Apa mungkin, ini adalah ulah satu orang yang sama? Tapi siapa? Ingin menuduh Mas Darma pun saat ini aku belum memiliki bukti yang cukup kuat karena saat itu aku tidak bisa melihat wajah lelaki itu dengan jelas.Ah, rasanya kepalaku seperti mau pecah.Entah kenapa Tuhan memberikanku cobaan sebanyak ini tanpa seorang pun yang bisa kujadikan sandaran. Kupandangi mobilku yang telah tak berbentuk. Ingin marah pun pada siapa karena saat ini aku sama sekali belum tahu mengenai orang yang telah dengan sengaja menerorku.“Hallo, Pak. Tolong jemput aku di taman kota sebelah timur. Dan juga bawa orang bengkel ke tempat ini, mobilku bermasalah,” ucapku pada Pak Abdul, sopir keluargaku yang memang kutugaskan khus
Magbasa pa
Bab 25
Hari ini telah kumantapkan hatiku untuk segera mendaftarkan diri ke kantor pengadilan agama. Untuk apa lagi jika bukan gugatan cerai? Ya, aku memang sudah yakin jika ingin menggugat cerai Mas Darma karena sampai sekarang dia pun tak ada itikad baik untuk berubah dan ingin kembali denganku.Tak masalah, toh aku juga sudah tidak butuh lelaki sepertinya. Biar dia bahagia dengan pilihannya, bahkan dengan seleranya yang rendahan itu. Aku kira, seorang BabySitter di rumah akan meringankan pekerjaanku. Namun ternyata dia tak hanya meringankan pekerjaanku melainkan sangat membuatku sangat ringan karena dengan begitu aku bisa tahu bagaimana keadaan dan kondisi suamiku yang sebenarnya.Sepanjang perjalanan aku lebih banyak menghabiskan waktu untuk melamun. Kuremas dadaku sendiri, rasa sakit yang kian menelusup dalam dada ini rasanya perlahan begitu menggerogoti kebahagianku.Sedikit banyaknya aku masih belum terima dengan status baru yang nantinya akan kusandang setelah permohonanku dikabulkan
Magbasa pa
Bab 26
"Kakak, ini bunga. Dari orang itu," ucap seorang anak laki-laki penjual tissu menyerahkan sebuah mawar merah kepadaku dengan menunjuk seorang lelaki di seberang sana.Aku memicingkan mata, berusaha mencari sosok lelaki yang di tunjuk oleh anak itu dengan jelas. Dan betapa terkejutnya Irvan duduk kursi taman seberang sana dengan membawa sebucket mawar merah yang sangat cantik. Dia tersenyum, lalu menghampiriku.Tubuhku masih saja membeku, rasanya tak percaya dengan apa yang baru saja kulihat. Sebuah bucket bunga mawar merah dengan beberapa hiasan cantik dipinggirnya."Bunga yang cantik untuk wanita yang cantik dan kuat," ucap Irvan ketika sampai di hadapanku."Maksud kamu?""Ya terima aja dulu, nanti juga paham." Dia kembali berujar, membuatku mau tak mau menerima bunga yang telah disodorkan padaku."Aku tahu kamu sedang banyak masalah, itulah sebabnya aku kasih bunga biar kamu semangat lagi," tuturnya membuatku tersentuh."Sudah, nggak usah dipikirin dari mana aku tahu semua tentangm
Magbasa pa
Bab 27
[Bukan aku yang menginginkanmu miskin, Mas. Tapi kamu sendiri dengan segala kelakuanmu itu.]Rasanya aku sangat puas ketika bisa melihat Mas Darma seperti ini. Setidaknya kini dia bisa menerima pembalasan atas apa yang sudah dilakukannya padaku.Dengan segenap hati aku membantunya dengan ikut bekerja, tapi ternyata apa yang kulakukan hanyalah sebuah kesalahan. Andai saja waktu dapat diputar, aku tidak ingin kejadian ini terjadi padaku.[Persetan dengan semua itu. Bagiku siapa yang bisa membahagiakanku itu lah yang pantas bersanding denganku]Jantungku berdetak sangat cepat ketika kubaca pesan balasan darinya. Bisa-bisanya dia berkata seperti itu?[Baiklah ... Jalani hidupmu dengan BabySitter itu meski tanpa uang disakumu]Kulempar ponselku asal, lalu kembali merebahkan tubuhku di atas ranjang kamar. Satu-satunya hal yang mampu membuatku bersemangat hanya satu, Arkan.Saat ini aku hanya ingin melihat Mas Darma hancur dan bisa kembali kejalan yang benar. Atau setidaknya aku ingin meliha
Magbasa pa
Bab 28
"Kamu sudah benar-benar mengikhlaskan Darma?" tanya Satya ditengah-tengah kesunyian yang terjadi diantara kami ketika tengah menikmati hidangan di restoran ini.Sejenak aku terdiam, memikirkan bagaimana perasaanku yang sesungguhnya apakah benar bahwa aku telah mengikhlaskan Mas Darma atau belum. Namun, yang kurasakan kini hatiku memang telah benar-benar tak ada Mas Darma lagi."Iya, sudah.""Kamu tidak menyesal memberikan lelakimu kepada seorang BabySitter?"Aku tertawa setelah temanku itu mengatakan demikian. "Kenapa harus menyesal? Biarkan saja, mungkin memang itu yang dia inginkan, Satya."Satya ikut tertawa, lalu kami melanjutkan makan dengan topik pembicaraan yang lain. Bagiku Satya adalah teman yang sangat setia kepadaku karena dia mau tetap berada di sampingku ketika kondisiku benar-benar sedang terpuruk. Hanya Satya yang membantuku kala itu, ketika Mas Darma tengah terpergok bersama Nadia."Besok aku mau ke rumahmu, ada waktu?" tanya Satya ketika kami telah selesai makan."Ada
Magbasa pa
Bab 29
Pertemuanku dengan Irvan benar-benar membuat pikiranku tak bisa kukendalikan. Benar, pikiranku jadi kacau. Bagaimana tidak? Secara terang-terangan dia melamarku setelah perpisahanku dengan Mas Darma baru terjadi.Kuhembuskan nafas dalam, lalu menutup kembali kaca mobil yang sempat kubuka sebelumnya. Hari ini aktivitasku tak terlalu padat, sehingga aku lebih bisa menikmati hari dengan santai.Rencananya setelah ini aku ingin menjalani hariku dengan sangat bahagia. Mengenai Mas Darma dan Nadia aku sudah benar-benar melupakannya dan mengikhlaskan semuanya. Aku yakin di balik ini akan ada balasan yang jauh lebih baik dari apapun.Semua kejadian yang baru saja menimpaku ini memang terasa sangat sakit. Dikhianati oleh orang-orang terdekat seakan aku jatuh ke lembah yang sangat dalam. Orang-orang yang seharusnya menjadi penopang di saat hatiku gundah dan sakit nyatanya hanya bisa menjadi boomerang bagiku. Dengan teganya mereka memporak-porandakan hatiku sedalam ini.Ah, betapa adilnya Tuhan
Magbasa pa
Bab 30
"Em ... Tapi tidak ada salahnya kan kamu membuka hati lagi? Mana mungkin kamu akan sendiri terus seperti ini?" tandas Satya dengan menatapku dalam.Aku hanya menghela nafas dalam, lalu mengalihkan pandangan. "Eh, lihat. Besok kalau ada waktu luang lagi ajak aku ke sana, ya," kataku dengan menunjuk sebuah restoran yang baru saja buka dan mengadakan diskon besar-besaran untuk makanan utamanya.Sejujurnya, aku hanya ingin mengalihkan pembicaraan karena sebenarnya aku sendiri pun bisa pergi ke sana tanpa Satya. Pembicaraan Satya rasanya sangat menusukku, itulah sebabnya aku memilih untuk mengalihkan pembicaraan.Awalnya Satya terdiam, mungkin dia juga merasa jika sebetulnya aku hanya mengalihkan pembicaraan saja. Namun pada akhirnya dia lantas menyahut perkataanku. "Oh, restoran baru itu, ya? Baik lah, besok kita coba. Kebetulan makanan jepang adalah makanan kesukaanku," tuturnya dengan ikut melihat restoran di depan sana.Lewat ekor mataku, kulihat Satya menatap lekat restoran yang baru
Magbasa pa
PREV
1234
DMCA.com Protection Status