Semua Bab Suami Dan Mertua Tak Tahu Aku Banyak Uang: Bab 51 - Bab 60
73 Bab
34.B
Bab 34.B"Orangnya sombong ga, Sil? secara dia 'kan istri orang kaya?" tanyaku memancing lagi"Gimana ya? dibilang sombong engga juga karena dia ramah dan sering nyapa, kalau lihatnya sekilas orang akan menyimpulkan kalau dia sombong, secara baju dan perhiasan yang ia kenakan saja bisa tuh buat beli mobil secara cash."Aku mangut-mangut mencoba menyimpulkan jawaban Silmi, percakapan kami harus berakhir karena ia pamit hendak pulang, katanya ada urusan mendadak dengan teman-temannya.Hari ini rasa resah sedikit melanda, karena Nasya belum kunjung pulang setelah kemarin menginap di rumah Mas Heri. Aku takut ia akan nyaman di sana dan lebih memilih tinggal dengannya."Assalamualaikum, Ma. Nenek ayo masuk." Akhirnya rasa resahku gugur dalam sekejap saat mendengar suaranya dari luar."Wa'alaikumus'salam, kok sore banget pulangnya?""Tadi abis jalan-jalan sebentar sama Nenek dan Papa."Aku tercenung saat mengetahui ternyata Nenek yang ia maksud adalah ibunya Mas Heri, wanita itu turun dari
Baca selengkapnya
Bab 35.A
"Fikrikan lagi, Mir." Ucapan ibu masih menggema di telinga menumbuhkan kebimbangan yang semakin menjulang."Aku harap Ibu jangan pernah ikut campur masalahku lagi, dan masalah Nasya jika Ibu dan Mas Heri membawanya nginap hanya untuk mencuci otaknya saja demi kepentingan Ibu sendiri, maka lebih baik tak usah di sini dia juga tak kekurangan kasih sayang dan apapun," ucapku secara tegas."Nasya kamu masuk! Mama paling ga suka sama anak yang suka ngebantah."Wajah Nasya mendung karena kecewa, bagaimana lagi aku tak suka melihatnya berpihak pada orang-orang licik yang mementingkan perutnya sendiri.Kini dapat kubaca jika inilah salah satu usaha ibu untuk melancarkan rencananya, meracuni otak Nasya dengan beribu kata dusta, besar kemungkinan bila mereka selalu bersama maka akan menumbuhkan rasa benci terhadap Satria."Mama kok gitu sih? Mama jahat!" Ia menghentakkan sebelah kaki lalu masuk ke dalam penuh emosi."Aku tahu sekarang Nasya begitu ternyata karena Ibu ya, Ibu 'kan yang bilang k
Baca selengkapnya
Bab 35.B
Aku tergugu tak percaya dengan ini semua, benarkah anak itu telah menerima Satria? "Kok kamu ngomong gitu sih? bukannya kemarin bilang kalau Papa Heri itu baik ya," jawabku sambil menyeka air mata."Iya sekarang sih emang baik, tapi dulu waktu kita masih tinggal bersama bukannya Papa sering marahin Mama ya, sering ngebentak dan ngatain Mama seenaknya, kalau ingat itu aku jadi pengen nangis, siapa tahu aja Om Satria ga kaya gitu ya, Ma."Nasya mengeratkan pelukannya, aku pun membalas dengan perasaan haru dan bahagia."Insya Allah Om Satria ga akan kaya gitu, Nasya jangan khawatir Om Satria udah janji mau bikin bahagia kita bertiga." Anak itu menganggukan kepala sambil tersenyum, beberapa detik kemudian tangannya mulai jahil menggelitik kaki Hanan hingga bayi itu terbangun.*Keesokan harinya Satria datang untuk menagih keputusan, lelaki itu terlihat akrab berbincang dengan ibu dan bapak, mereka tertawa entah sedang membicarakan apa, hingga aku datang membawa teh hangat dan beberapa c
Baca selengkapnya
Bab 36.A
(POV SATRIA)Wajah Amira selalu terbayang kala hendak terlelap, ingin sekali mengirimkan pesan agar rindu ini tersampaikan. Namun, aku tersadar Amira bukan tipikal orang yang bisa kuajak menggombal.Dia pasti sibuk menyusui Hanan yang mungkin saja rewel kala malam menjelang, belum lagi ia harus membantu Nasya belajar, semua itu membuatku faham bahwa dunianya lebih luas dibanding duniaku yang hanya sibuk dengan pekerjaan saja.Ingin sekali cepat-cepat menghalalkannya, menjadikan ia ratu di istana yang sudah kupersiapkan, akan kubuat ia bahagia hingga lupa pada derita yang pernah dirasa.Berawal dari perasaan iba hingga tumbuh menjadi suka lantaran keteguhan dan kesabarannya dalam menghadapi perihnya kehidupan, hingga akhirnya rasa ini menjadi cinta lantaran kagum dengan keshalihahannya.Ia selalu menjaga diri dari pandangan laki-laki, ia juga pribadi yang tegar saat melihat suaminya bersanding dengan wanita lain, padahal di rahimnya telah tumbuh benih lelaki itu.Kadang aku heran kenap
Baca selengkapnya
Bab 36.B
(POV SATRIA)Keesokan harinya kebetulan hari Minggu, tadinya aku berniat untuk mengunjungi Amira. Akan tetapi, niat itu diurungkan karena kehadiran Rista dan mamanya.Aku berdecak kesal karena mama tak mengizinkanku pergi kemana-mana, katanya tak enak dengan Tante Tamara, mereka ke sini ingin mendekatkan aku dengan Rista.Benar ternyata ia menaruh perasaan suka atau bisa jadi cinta, tapi terlambat di hati ini sudah ada seseorang yang bertahta."Satria, Rista bawain Rawon sama iga bakar loh, makanan kesukaan kamu semua, ini Rista yang masak sudah pintar rupanya dia sekarang." Puji mama berlebihan."Iya, Satria, sekarang Rista bukan hanya pandai mengurus bisnis tapi pintar masak juga, benar-benar istri idaman kamu beruntung kalau bisa menikahinya," celetuk Tante Tamara kepedean.Lalu kenapa bisa dia bercerai dengan suami sebelumnya? padahal setahuku Ardan buka tipe lelaki buruk seperti Heri, tapi sayangnya pertanyaan ini hanya melayang dalam angan saja."Ya sudah kita makan sekarang yuk
Baca selengkapnya
Bab 37.A
Bab 37.A SM(POV Amira)Ibu bilang Satria masih menunggu di teras, katanya ia takkan pergi sebelum aku keluar menemuinya, padahal aku ingin sendiri menata hati ini mengapa lelaki itu tak mengerti? dipikir tak sakit hati melihat calon suami begitu dekat dengan wanita lain.Apa semua lelaki memang sama-sama menyebalkan seperti Mas Heri? "Emang kenapa kok ga mau nemuin Satria? ada masalah apa?" tanya ibu mendekati.Aku diam saja tak tertarik berbagi kisah cinta ini padanya."Temuin aja sebentar abis itu masuk lagi, ayo sana." Ibu mengambil Hanan dari pangkuanku.Dengan terpaksa meraih jilbab ala kadarnya lalu melangkah ke luar, lelaki itu langsung berdiri dan menghampiri."Amira, maafin aku semua ini ga seperti yang kamu lihat, dia ke rumahku cuma caper, dan masalah unggahannya di Instagram itu cuma ngada-ngada, please jangan ngambek dong," ujarnya, bicara tanpa jeda."Aku ga ngambek kok, cuma tahu diri aja emang ga pantes buat kamu," jawabku sambil duduk di kursi, tampang judes sengaja
Baca selengkapnya
Bab 37.B
Kulihat dari kaca jendela seorang perempuan yang umurnya tak jauh beda dengan ibu keluar dari mobil tersebut, lalu setelahnya terlihat Satria keluar dari pintu depan, mereka berjalan bersisian membukakan pagar yang sedikit terbuka.Jangan-jangan itu Mama Rosa? seketika aku panik bingung harus apa, masa iya menemuinya mengenakan daster saja."Kamu kenapa? itu ada yang ketuk pintu kok ga dibuka?" tanya ibu membuatku kaget saja.Tanpa menjawabnya segera aku cuci muka lalu masuk kamar memilih baju yang paling sempurna, senada dengan hijabnya yang menambah kesan sopan dan elegan.Dari pandangan pertama manusia akan menilai dari segi penampilan, semakin sopan ia berpakaian pastilah semakin baik penilaiannya."Amira, Satria ke sini bawa mamanya, kenapa kamu ga bilang Ibu 'kan bisa siapin makanan," ujarnya sambil menghampiriku dekat meja rias."Aku juga ga tahu dia mau ke sini, dadakan kayanya, mereka udah masuk?" tanyaku sambil merapikan jilbab.Untuk wajah sengaja tak meriasnya karena dalam
Baca selengkapnya
Bab 38.A
(POV Heri)"Ibu ini bukan pembantu kalian, aku ini orang tua kalian!" sungut ibu marah-marah.Aku berdecak kesal pasalnya setiap hari selalu saja ada keributan, padahal sekarang aku dan Ardan sudah bekerja ya walaupun hanya jadi montir serabutan."Yang namanya numpang itu harus tahu diri dong," sahut Tante Eva dengan gemulaiWanita itu memang pandai menyulut api, semua pertengkaran yang terjadi antara ibu dan Tania pasti berawal dari kata-kata pedasnya, andai saja kami masih punya rumah, sudah kutinggalkan neraka ini."Dasar ga pernah makan bangku sekolah! Begitu kelakuannya sama orang tua, gini-gini juga aku mertuamu, Tania!" sergah ibu penuh emosi."Hallaaah sudahlah, kalau ga mau masak ya sudah tidur aja sana, biar kita berdua order makanan, iya ga, Tante? kalau masih mau makan ya masak kalau ga mau puasa aja jangan minta makanan sama kita," jawab Tania dengan pongah.Jujur, sebagai suami dan anak harga diri ini terasa diinjak-injak, hanya karena tak bisa memberinya uang banyak ia
Baca selengkapnya
Bab 38.B
(POV HERI)"Jadi pembantu di rumah orang, Alhamdulillah dia mau bayar harian ga dibulankan, kalau ga gini kita ga bisa bayar hutang!" Dadaku makin sesak mendengar ucapan ibu, teringat dulu ia selalu memperlakukan Amira seperti pembantu padahal ia seorang menantu, kini semua kesusahan dan kesedihan itu berbalik pada diri kami masing-masing."Maafkan aku, Bu. Tapi gimana lagi Ibu sabar aja dulu semoga ke depannya aku dapat kerjaan yang mendingan, dulu aku pernah bilang 'kan jangan banyak berhutang, sekarang Ibu rasakan sendiri akibatnya.""Ibu sudah bilang ceraikan Tania dan kembalilah dengan Amira, Ibu yakin lama-lama dia akan luluh kalau kamu tulus, lihatlah sekarang dia sudah kaya," ucap ibu seenaknya.Aku memandang ibu dengan kecewa karena bisa mengatur hidupku seenaknya, dipikir mudah mengejar Amira yang sudah terluka, dipikir ia wanita bo*oh yang mudah terbuai dengan kata cinta."Dahulu waktu jadi istrimu dia ga kurang ajar seperti Tania, malah kalau Ibu minta uang dia suka ngas
Baca selengkapnya
Bab 39.A
(POV Heri)"Bu, Tania mau adopsi anak, aku tuh pusing, Hanan sama Nasya aja ditelantarkan, bisa-bisa aku gila karena larut dalam penyesalan kalau beneran adopsi anak," ujarku, mencoba berbagi duka dengan ibu.Kebetulan Tania sedang tak ada di rumah, ia bilang ingin berbelanja dengan Tantenya, entah ia punya uang dari mana, karena nafkah yang kukasih hanya cukup untuk makan saja."Jangan diturutin! Kamu harus tegas sama Tania, kalau mau anak ya hamil sendiri ngapain harus ngurusin anak orang, mending kalau anak itu diambil dari keluarga baik-baik, lah kalau anak hasil perzinahan atau anak dari orang tua yang penyakitan misal HIV, 'kan ngeri," jawab ibu, memang ada benarnya juga."Aku juga udah nolak eh dia malah ngasih aku pilihan kita ngurus Hanan atau adopsi anak," jawabku sambil mengacak rambut."Kalau ngurus Hanan sih Ibu setuju, tapi masalahnya 'kan Amira mana mungkin ngasih. Sudahlah Ibu bilang juga balikan lagi sama dia."Curhat dengan ibu bukan menemukan solusi malah memperkeru
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
345678
DMCA.com Protection Status