All Chapters of Sisi Lain Pelakor: Chapter 61 - Chapter 70
102 Chapters
Bab 61
Pov FarelTiinn ... Tiinn.... Aku dan Yasmin terkejut, sontak mengalihkan pandangan ke samping, tepat di mana mobilku berada. Suara klakson mobil kembali berbunyi. Lagi dan lagi Rian mengganggu kedekatanku dan Yasmin. Kenapa dia tak memberiku ruang untuk mendekati Yasmin. Dasar anak kemarin sore! Aku menghembuskan nafas kasar, ingin memaki tapi percuma. Rian pasti tertawa melihatku kesal. "Ayo masuk, Rel!" Aku mengangguk lalu melangkah masuk ke dalam mobil. Kulirik Rian yang duduk tepat di sebelah kemudian. Wajahnya masam seperti tanggal tua tak kunjung gajian. Dia pasti cemburu, sama seperti yang kurasakan saat dia bersama Yasmin. Aku melajukan mobil meninggalkan hotel menuju kontrakan baru Yasmin. Sebuah kontrakan yang terletak tak jauh dari rumah sakit. Dan berada di depan jalan raya. Ya, aku sengaja memilih kontrakan itu agar Yasmin bisa berniaga dan lepas dari Bagaskara? Aku bahkan tak segan mengeluarkan puluhan jutaan rupiah untuk menyewa rumah dan memberi modal Yasmin mem
Read more
Bab 62
Pov Farel"Wanita apa?" tanyaku penasaran. Perasaanku mengatakan jika Rian mengetahui sesuatu. Tapi apa? "Bukan apa-apa, lupakan saja. Aku pulang dulu, Rel." Dia sedikit berlari meninggalkan rumah kontrakan Yasmin. Niat awal ingin mengantar Rian pulang. Namun kini justru aku penasaran dengan kalimat baru saja dia ucapkan. Apa apa antara dia dan Yasmin? ***Aku berjalan perlahan memasuki rumah. Jantungku seakan dipacu lebih cepat. Permintaan papa agar aku langsung pulang membuat perasaanku semakin tak enak. Ingin menolak dengan alasan jadwal praktek. Tapi papa jauh lebih cepat. Beliau sudah meminta dokter lain untuk menggantikan pekerjaanku. Menjadi pemilik rumah sakit membuatnya bisa bertindak dengan cepat. "Masuk, Rel!" ucap mama saat melihatku berada di ambang pintu masuk. Sepertinya mereka sudah menantiku terlalu lama. Aku mendekat dan mencium tangan papa, mama dan Mbak Hazna dengan takzim. Mereka hanya menatap tanpa mengucapkan sepatah kata. "Bisa tolong jelaskan ini, Rel?"
Read more
Bab 63
Sudah tiga hari jasa laundry kubuka. Namun hingga detik ini belum ada satu pelanggan yang menggunakan jasa mencuci atau menyetrika baju. Membuka usaha baru memang tak semudah menjalankan usaha yang sudah ada. Kita harus pandai melakukan promosi. Di sinilah skil dan tekat dibutuhkan. Sebenarnya masih ada keraguan dalam hatiku. Apa aku mampu mengelola laundry ini? Sementara sejak kecil aku tak pernah mencuci. Semua pekerjaan itu dilakukan oleh asisten rumah tangga. Aku hanya terima beres saja. Namun untuk menolak aku juga tak tega. Lagi pula mencari pekerjaan di jaman sekarang sangatlah susah. Sekalinya diterima ada saja cobaan yang datang mendera. Dari dipermalukan orang hingga dilecehkan atasan sendiri. Dan menjalankan usaha ini adalah satu-satunya jalan yang terbaik untukku.Aku mencoba mencuci dan menyetrika sebisaku. Sedikit-sedikit aku mulai bisa meski tak secepat dan serapi orang lain. Butuh waktu untuk membiasakan hal yang tak pernah ku lakukan. Dan semua ini tak lepas dari d
Read more
Bab 64
Pelanggan silih berganti datang. Entah mencuci atau sekedar menyeterika pakaian. Semua ku terima dengan senang hati. Meski harus menguras energi. Namun aku senang mendapatkan uang dari hasil keringatku sendiri. Memang tak sebanyak yang Om Bagas berikan. Tapi ini sudah membuatku bahagia. "Mbak! Mbak Nabila!" Panggil seseorang dari depan ruko. Segera aku hentikan aktivitas menyeterika. Sedikit berjalan cepat aku menuju ruko. Tentu setelah mematikan setrika. Dua orang wanita berdiri tepat di depan meja kayu yang biasanya digunakan untuk meletakkan timbangan. Kedua wanita itu membawa kantung plastik berisi pakaian. Pasti mereka ingin kembali menggunakan jasa laundry yang ku kelola. "Ada yang bisa saya bantu, Mbak?" tanyaku lembut. BRUUGKedua wanita itu serempak melemparkan kantung plastik berisi pakaian di atas meja. Seketika pakaian itu berhamburan ke luar. Bahkan ada yang jatuh di bawah meja. Ada apa ini? Kenapa, mereka seperti itu? Sebuah tanda tanya besar tergambar jelas dalam p
Read more
Bab 65
Sudah beberapa minggu Yasmin belajar mengaji dengan Fathiya. Setelah isya Fathiya datang ke rumah Yasmin. Tentu laundry milik Yasmin sudah tutup. Fathiya tak ingin menganggu Yasmin yang sedang bekerja. Dia juga tak mau proses belajar terganggu karena kedatangan pelanggan.Tidak hanya mengaji, Yasmin juga mulai shalat lima waktu. Meski masih bolong sesekali. Namun dia sudah menunjukkan keseriusannya. Dia ingin menepati janjinya kepada Tuhan. Meski perlahan. "Maaf nih, Mbak. Boleh tanya sesuatu?" tanya Fathiya setelah mengajar mengaji. "Boleh, Mbak. Silakan!" jawab Yasmin seraya meletakkan gelas di atas meja. Jus jeruk sudah berpindah tempat dan masuk ke dalam perut Yasmin. Setelah satu jam belajar mengaji membuat tenggorokannya kering. Hingga dalam hitungan detik satu gelas jus jeruk habis tak tersisa. Fathiya menghirup oksigen dalam lalu mengeluarkannya perlahan. Pertanyaan yang ingin ia sampaikan merupakan hal sensitif. Maka dari itu dia berusaha merangkai kata agar kalimat yang m
Read more
Bab 66
Ting ....Sebuah notifikasi pesan masuk terdengar. Yasmin bangun lalu mengambil benda pipih yang ada di samping bantal berwarna merah muda. Tangan kanannya dengan cepat menari di atas layar. Senyum yang sempat hilang kini singgah kembali. Pesan dari Farel bagai air yang menyejukkan. Membuat rasa berdosa itu terkikis untuk sementara. Tuhan seakan sengaja mengirimkan Farel untuk mengubah kehidupan Yasmin. Habis gelap terbitlah terang. Sudah persis judul buku R.A. Kartini. Begitulah sekenario yang Tuhan berikan pada setiap hambanya. Namun ada saja yang masih tak terima dan bahkan memaki Sang Pencipta. Mereka seolah lupa bahwa Allah sebaik-baiknya pembuat sekenario.[ Sudah shalat kan,Yas. Jangan lupa berdoa. Maaf belum sempat main ke tempatmu. Aku masih sibuk.][Ku harap kamu tidak rindu. Cukup aku saja yang selalu merindukanmu.]Pipi Yasmin memerah saat membaca pesan yang Farel kirimkan. Sebuah lengkungan masih bertahan di bibirnya. Dia sangat bersyukur Tuhan mengirimkan malaikat tak b
Read more
Bab 67
"Kamu tak pantas dengan Farel! Jauhi dia!"Kalimat yang diucapkan papa Farel kembali terngiang di telingaku. Rasa sesak menyeruak memenuhi rongga dada. Ingin rasanya aku pergi dan menghilang tapi sayang semua itu tak bisa kulakukan. Apa salah jika aku berteman dengan Farel? Aku bahkan tak berniat untuk menjadikan Farel target atau pacar. Berteman dengan dia sudah lebih dari cukup. Aku duduk di teras seraya menghapus jejak air mata yang tertinggal di pipi. Rasa kecewa dan marah melebur menjadi satu. Bukan, bukan marah kepada orang tua Farel. Namun aku marah dengan diriku sendiri. Kesalahanku di masa lalu kini berdampak sekarang. Dan mungkin masa depan. Aku tak menyalahkan orang tua Farel. Mereka benar, sebagai orang tua tentu menginginkan menantu yang baik bukan seperti diriku, seorang mantan simpanan lelaki hidung belang. Orang tua mana yang mau anaknya dekat denganku? Tak ada! Dan tak akan pernah ada! "Mbak! Laundrynya belum buka?" Suara lantang seorang lelaki menyentakku dari la
Read more
Bab 68
“Huuu ....”“Wanita murahan!!”“Tidak tahu malu!”Sorak orang-orang itu! Mereka dengan mudah terprovokasi ucapan lelaki yang pandai bersilat lidah. Tanpa mencari tahu kebenaran mereka menyudutkanku. Apa karena aku mantan wanita simpanan? Hingga semua keburukan selalu menempel padaku?“Bohong! Lelaki itu berbohong! Aku tak serendah itu! Lelaki itu yang hendak melecehkan aku.” Aku berusaha membela diri. Mesk i aku tahu tak ada seorang pun yang mempercayai kalimat yang keluar dari mulut wanita sepertiku.“Mana mungkin aku melecehkan wanita mur*han seperti dia!” elak lelaki itu seraya menunjuk wajahku.“Aku tidak seperti itu,” ucapku parau dengan linangan air mata membasahi pipi. Namun percuma saja, tak ada satu orang yang mempercayaiku. Mereka justru menatap hina diri ini.“Cukup tak usah membela diri! Sekali wanita mur*han akan tetap menjadi wanita mur*han!” wanita itu menatapku tajam. Aku hanya bisa diam. Percuma membela diri. Semua orang tak akan percaya.“Dan kamu,pa! Ayo pulang!” Wa
Read more
Bab 69
Uhuuk ... Uhuuk.... Yasmin terbatuk mendengar ucapan Brian. Nasi yang belum sempurna dikunyah masuk begitu saja. Wajah Yasmin memerah dengan rasa panas menjalar di tenggorokannya. Uhuuk ... Uhuuk .... Brian dengan cepat mengambil air putih dan memberikan pada Yasmin. Dalam hitungan detik gelas itu sudah berubah kosong. Air putih sudah habis tak tersisa. Perkataan Brian membuat napsu makannya menguap ke udara. Tiba-tiba jantung Yasmin dipacu lebih cepat. Ada getaran yang tak bisa ia jelaskan. Ini bukan kali pertama Brian menyatakan perasaannya. Namun perkataan Brian kali ini membuat Yasmin berdebar. Tidak bisa dipungkiri ada rasa cinta yang mulai tumbuh di hati Yasmin. Rasa itu hadir saat Brian mempertaruhkan nyawa untuk menolongnya dari Riki. Namun Yasmin berusaha mengelak perasaan itu. Yasmin ragu untuk menjalin hubungan karena takut kecewa untuk kesekian kalinya. "Kamu sudah baikan, Bil?" tanya Brian seraya memijit tengkuk Yasmin. "Sudah, Ri. Makasih." Brian melepas tangannya
Read more
Bab 70
"Mbak Fathiya membuat kaget saja," ucap Yasmin lalu menghembuskan nafas pelan. Yasmin pikir yang menyentuh pundaknya adalah salah satu dari ketiga wanita tadi. Yasmin bisa kehilangan kendali jika itu benar-benar terjadi. Yasmin dan Fathiya berjalan beriringan. Kemudian duduk di kursi plastik yang ada di depan ruko laundrynya."Mbak mau ....." Yasmin menghentikan ucapannya kala melihat Fathiya tak membawa kantung plastik berisi pakaian kotor. "Saya tidak mau mencucikan baju, Mbak. Hanya ingin memastikan kamu baik-baik saja." Fathiya tersenyum manis. "Masuk ke dalam saja, Mbak." Yasmin mengajak Fathiya masuk ke dalam rumah. "Diminum dulu, Mbak. Seadanya." Yasmin meletakkan dua cangkir teh hangat di atas meja. Kemudian menjatuhkan bobot tepat di samping Fathiya. Perlahan bulir bening nan hangat jatuh membasahi pipi putih Yasmin. Wanita dengan rambut panjang itu kian terisak. Dia ceritakan musibah yang menimpanya dua hari yang lalu. Yasmin sudah tak sanggup menahan beban hidup seora
Read more
PREV
1
...
56789
...
11
DMCA.com Protection Status