All Chapters of Suamiku Jadul: Chapter 451 - Chapter 460
528 Chapters
Gara-gara Ustadz Rizal
Aku terkejut karena peta itu menunjukkan lokasi pesantren, tak bisa kubayangkan jika pesantren terlibat pencurian laptop di sekolah Butet. Aku menyuruh Sandy untuk memeriksa sekali lagi, mungkin alatnya salah tidak mungkin rasanya pesantren menyimpan barang curian. Pemuda itu mencoba berulang kali tetap saja lokasi pesantren itu yang ditunjukkan peta, kulihat bang Parlin, dia pun sepertinya heran. Bang Parlin lalu mengambil telepon terus menghubungi kepala sekolah."Pak, apakah email yang bapak berikan itu benar?" Tanya Bang Parlin setelah sambungan telepon tersambung, Bang Parlin menghidupkan speaker HP."Benar, Bang Parlin, sebenarnya kami sudah periksa, ada ahli IT dari kepolisian. Kami sudah tahu pesantren Bang Parlin itu tempatnya," kata Kepala Sekolah itu lagi."Lalu, kenapa lagi minta bantuan pada kami?" tanya Bang Parlin."Karena kami menghormati bapak, ini sarana Kapolsek, beliau juga sangat menghormati bapak, kami tidak berani menuduh pesantren bapak, jadi kami serahkan pa
Read more
Butet Dilamar Orang
PoV ButetTernyata banyak yang suka Ustadz Rizal, tidak nyangka sampai gadis tiga belas tahun pun suka padanya. Bela-belain ambil hp orang tuanya hanya untuk bisa memoto Ustadz Tampan itu. Akan tetapi aksinya itu justru membuat kasus ini jadi terkuak.Saat kami pergi ke sekolah keesokan harinya, penjaga sekolah itu sudah tidak ada konon sudah ditangkap polisi. Akan tetapi laptop sekolah sudah sempat dijual."Kok bisa tukang listrik atur isi cctv-nya, Bang Sandy?" tanyaku pada Bang Sandy, saat itu aku sudah pulang sekolah, akan tetapi Bang Ucok belum pulang, aku menunggu Bang Ucok di rumah makan Bang Sandy."Entahlah, rasanya tidak mungkin," kata Bang Sandy."Kenapa, Bang?""Atur chanel itu sangat sulit, itu butuh waktu lama, bukan pekerjaan sebentar dan butuh alat mahal. Itu kan membajak siaran TV dan menayangkannya di cctv, itu butuh ahlinya, aku saja belum pernah coba," kata Bang Sandy."Jadi ada tersangka lain?""Begitulah, tapi biar sajalah, itu bukan urusan kita lagi, sudah ditan
Read more
Ayah Diktator
PoV Butet Aku harus jawab apa? Sungguh baru kali ini aku tidak tahu apa yang akan kukatakan. Aku bisa berdebat dengan polisi, bahkan bupati, akan tetapi kali ini lain dari pada yang lain. "Diam berarti ya, aku yakin itu," kata ibunya Bang Sandy. "Oh, bukan , diam bukan berarti ya, diam berarti karena bingung, karena aku masih polos, aku turut ayah saja," kataku kemudian. Mereka tampak kecewa, mereka akhirnya pulang juga, setelah mereka pulang, aku langsung periksa rantang bawaan mereka. Ada rendang daging. "Asyik, makan enak," kataku seraya mengambil piring. Bang Ucok ikut gabung, dia juga ambil piring dan kami makan di ruang tengah. "Lamaran ditolak, tapi rendangnya disantap," kata Bang Ucok. "Ya, iyalah," "Terkejut aku tadi, Tet, kupikir mau kau langkahi aku," kata Bang Ucok "Langkahi macam mana, Bang?" "Kau kawin duluan," kata Bang Ucok lagi," "Hahaha," "Kok bisa mikirin gitulah si Sandy itu, pikirannya sempit sekali, takut bersaing lamar duluan," kata Bang Ucok l
Read more
Kisah Cinta Pria Introvert
Setelah percobaan tunangan dari Bang Sandy itu, aku jadi malas mampir ke rumah makan mereka, ibunya seperti berharap lain padaku. Seperti siang itu sepulang sekolah, Bang Ucok terlambat lagi Aku duduk di depan sekolah menunggu sambil main HP. Ada pesan masuk dari Bang Sandy, ketika kubuka ternyata foto diriku yang sepertinya baru diambil. Kutatap ke seberang jalan, Bang Shandy melambaikan tangan. Akan tetapi aku malas untuk datang.Bang Sandy mengirim video, yang sepertinya video cctv dari halaman sekolah. Dalam video itu nampak Bang Ucok sedang berkumpul dengan siswa lain."Bang Ucok masih lama, mampir dulu," pesannya kemudian.Aku hanya membalas dengan emoticon senyum. Lalu dia balas lagi dengan emoticon sedih. "Maaf, aku gak bisa datang, takut khilap makan banyak, lagi diet," pesanku beralasan.Bang Ucok akhirnya datang juga, aku langsung naik ke boncengan motornya."Kok lama kali, Bang?" tanyaku saat kami dalam perjalanan pulang."Kami lagi membahas kemalingan itu," jawab Bang U
Read more
Ketika Butet Jadi Obat
PoV Nia"Mak, kasihan Bang Sandy," kata Butet di suatu hari, saat itu dia menemaniku di kantor desa. "Kasihan kenapa, Tet?" tanyaku seraya mata' fokus ke berkas yang di depanku. Aku memang lagi banyak kerjaan, karena ada beberapa surat-surat yang harus kuperiksa."Penyakitnya kumat," kata Butet lagi."Penyakit apa itu?""Introvert akut,""Oh, udah, gak usah pikiri," jawabku kemudian."Dia gak pernah mau keluar lagi, patah hati kata ibunya," kata Butet lagi."Udah, Tet, biar saja, kita gak mungkin bisa jadi penyelamat semua orang," kataku kemudian.Aku memang lagi banyak kerjaan, berkas-berkas ini sangat menyita waktu dan pikiran. Aku harus memeriksa kelayakan surat lalu menandatangani, jika belum lengkap menghubungi orangnya. Ini perintah langsung dari Bupati melalui dinas pertanahan dan tata ruang. Desa kami dapat giliran pembagian akte tanah gratis dari pemerintah. Warga desa sangat antusias dengan program pemerintah ini.Bang Parlindungan datang, begitu dia sampai langsung kusodor
Read more
Virus Ayah
Rusdi, dulu dia datang minta tolong, katanyat dia tak punya tempat tinggal. Mau bangun gubuk di lahan dekat kuburan. Tanah wakaf itu memang baru ada beberapa kuburan. Masih banyak lahan yang kosong. Bang Parlindungan yang pengurus tanah wakaf membantu saja. Pertama' dia bangun semacam tenda darurat. Baru pondok kecil dari kayu dan bambu. Keluarganya pun datang entah dari mana. Tanpa minta izin lagi dia bangun rumah semi permanen, alasannya untuk melindungi keluarganya.Ketika ada bantuan sertifikat rumah gratis, dia mengurus supaya tanah itu jadir hak miliknya. Rusdi ini benar-benar keterlaluan. Dia menanyakan harga tanda tanganku. Tentu saja aku tersinggung."Kamu pendatang di sini, Ktp-mu sajak bukan beralamatkan di desa ini," aku masih mencoba bicara' santun."Tak ada hukum yang melarang memiliki tanah di desa orang, Bu," kata Rusdi."Memang benar, Pak, tapi menguasai lahan wakaf itu melanggar hukum, mencoba menyuap kepala desa itu melanggar hukum," kataku."Katakan saja harganya,
Read more
Kode Dari Bu Kades
Bang Parlin tak pulang juga dari mesjid, ini tidak biasa, padahal hari sudah jam sepuluh. Segera kusuruh Ucok melihat ayahnya. Tak berapa lama kemudian, Ucok pulang dan melapor."Ayah lagi ada pertemuan dengan bapak-bapak," kata Ucok.Tumben Bang Parlindungan begitu, biasanya jika ada masalah dia membicarakan dengan kami keluarganya, ini dengan jema'ah masjid."Lagi bahas apa, Bang, kok bahasnya di masjid, kok gak di kantor desa, kok kepala desa gak dilibatkan?" aku memberondong suami dengan berbagai pertanyaan begitu dia pulang. "Bahas tanah Wakaf, " jawab Bang Parlin."Oh, terus, bagaimana keputusannya?" tanyaku gak sabar."Masyarakat desa juga ternyata menyalahkan kita yang memberikan tempat buat si Rusdi itu, " kata Bang Parlin."Inilah akibatnya kalau gak tegaan," kataku."Iya, Dek, ini pelajaran berharga bagi kita, " "Jadi bagaimana keputusan rapat?""Rusdi diusir dari situ, besok sehabis Jum'at, kami akan beramai-ramai ke sana, untuk mengusirnya," kata Bang Parlin."Wah, kasi
Read more
Perang Medsos Lagi
Itulah suamiku ini, menghadapi parang seperti ini, dia justru bisa tenang. Padahal aku sudah ketakutan sekali. Bang Parlin lalu menyuruhku masuk ke mobil. "Ayo pulang, Bang," aku menarik tangan Bang Parlin.Sementara itu Rusdi masih berteriak-teriak tak jelas sambil mengacungkan parang. Kami memilih meninggalkan tempat tersebut dan terus ke kantor desa. Baru saja masuk kantor, seorang pria datang, begitu datang langsung marah-marah, akan tetapi bukan marah pada kami, tapi marah pada Rusdi."Aku tadi lihat kejadian itu, Pak Parlin, aku gak rela Bu kades yang pemimpin kami, yang lagi gendong anak diancam pake parang seperti itu, izinkan aku tantang duel si Rusdi itu, Pak Parlin, biar kukeluarkan ususnya dua belas meter, mohon izinkan, darah Batakku mendidih ini," kata Pria tersebut. Pria itu biasa kami panggil Rambe, dia bekerja memanen sawit, masih lajang tapi sudah berumur. "Sabar, Rambe, sabar," kataku kemudian."Bagaimana aku bisa sabar, Bu, kebetulan tadi aku lihat dia acungkan
Read more
Ketika Bang Parlin Ditantang
Dengan menaiki motor aku dan Butet segera ke rumah Rusdi yang berada di tanah wakaf. Butet menggendong Cantik Jelita, aku mengemudi dengan kecepatan sedang. Begitu kami sampai ternyata sudah ramai orang. Akan tetapi mana Bang Parlin?"Ada apa ini?" tanyaku pada seorang warga."Gak tau, Bu, aku baru datang," jawab pria tersebut. Sementara orang sudah ramai sekali. Aku dan Butet menerobos masuk untuk melihat.Ternyata rumah itu sudah roboh ke tanah. Yang aku heran tidak ada yang memadamkan api, biasanya jika ada kebakaran, warga desa akan bergotongroyong memadamkan api, ini hanya menonton. "Mana Bang Parlin," tanyaku pada seorang warga yang menyapaku."Pergi, Bu, bawa Rusdi," jawab warga tersebut."Aduh, Ucok?" tanyaku kemudian, rasa was-was mulai menghampiri."Gak tau, Bu," jawab pria itu.Butet lalu kusuruh menelepon Ucok, tentu saja tidak aktif, karena Ucok pergi dari rumah untuk salat Jum'at, tentu saja tidak bawa HP. Akhirnya aku dapat jawaban juga dari seorang warga tetangga kam
Read more
Bang Parlin Tak Masuk Logika
Saat kami sampai, lagi-lagi bertemu Umar. Dia tampak mendampingi seorang polisi berpangkat perwira. Aku lalu mendekat dan menyalami polisi tersebut."Bagaimana kejadiannya, Bu," tanya polisi tersebut.Aku pun coba menjelaskan secara rinci, tanpa ada yang terlewat. Polisi itu tampak manggut-manggut."Apapun kesalahan orang, membakar rumahnya tidak bisa dibenarkan, itu melanggar hukum'," kata polisi tersebut."Iya, Pak, saya mengerti," jawabku."Mana korbannya?" tanya Polisi' itu lagi.Seorang warga desa yang mendengar kami bicara mendekat."Pak, pelaku dibawa korban ke rumah sakit," kata pria tersebut."Saya kurang mengerti, pelaku dibawa korban? Mungkin terbalik, Korban dibawa pelaku," kata polisi tersebut."Bukan, Pak, memang pelaku yang dibawa korban," jawab pria itu."Cobalah jelaskan, saya tidak mengerti, bagaimana bisa korban membawa pelaku, padahal kan korban, aneh," kata polisi itu lagi."Kan sudah saya jelaskan tadi, Pak, suami saya diancam pakai parang, tentu suami saya korb
Read more
PREV
1
...
4445464748
...
53
DMCA.com Protection Status