All Chapters of Suamiku Jadul: Chapter 471 - Chapter 480
528 Chapters
Good Looking
Sidang itu berakhir dengan keputusan yang di luar perkiraan. Ika mengaku karena didesak Butet untuk melihat isi HP-nya. Yang membuat aku tercengeng dan kagum, cara ustadz ini menghadapi masalah yang menimpanya. Dia tetap tenang, dan berakhir dengan manis. Ika diberi semangat dengan harapan suatu hari kelak mereka berjodoh. Di satu sisi ini jenis PHP pada gadis lain, akan tetapi di sisi lain, ini adalah cara ampuh untuk membuat gadis penggemarnya semangat. Satu yang membuat aku kagum, perkataannya, jika benar-benar hijrah, tak akan menuntut yang bukan haknya."Apa pelajaran yang bisa diambil dari kasus ini?" kata Bang Parlin saat kami semua sudah di rumah."Dari kasus ini aku dapat pelajaran, semua yang terlalu itu tidak baik, terlalu good looking pun tidak baik," kata Ucok."Apa pula good looking ini, Cok?" tanya Bang Parlin."Tampan, Yah,""Kenapa pula harus good looking segala?""Makin lama Abang Ucok ini makin ke sana," kata Butet."Apa, Tet, kan betul, ustadz itu terlalu tampan, j
Read more
Bersatu Melawan Korupsi
Saat itu hari sudah jam dua, Ucok dan Butet sudah pulang dari sekolah. Kami memang harus membicarakan ini. Aku tak bisa memutuskan sendiri. "Mohon maaf, Pak, bisa minta waktu satu jam, silakan ngopi saja dulu," kataku pada utusan bupati tersebut saat Ucok dan Butet sudah datang, Bang Parlin juga tiba di kantor desa."Oh, boleh, boleh," kata pria utusan bupati tersebut seraya pergi keluar dari kantor."Ada masalah apa, Mak?" tanya Ucok."Begini, karena Bang Nyatan sudah menghentikan aliran dananya untuk pesantren, mamak coba cari sumber dana lain, kebetulan bupati mau datang kemari bagi-bagi sertifikat tanah gratis." Aku menjeda pembicaraan ."Terus?" Butet sepertinya sudah tidak sabar."Terus itu utusan bupati datang, dia bisa cairkan satna untuk pesantren lima puluh juta," kataku kemudian."Itu rezeki, Mak, rezeki gak boleh ditolak," kata Ucok."Masalahnya, di kertas ini ditulis seratus juta, dan mamak harus tanda tangan, katanya yang lima puluhan juta itu uang pelicin," kataku lagi
Read more
Balada Uang Pelicin
Aku tentu saja jadi bingung, mau tunjuk bukti juga sudah ada masuk seratus juta, dua kali pengiriman. Kulihat Bang Parlindungan, suamiku itu malah mengulurkan tangannya. Bang Parlin mungkin belum tahu soal uang yang masuk barusan."Kenapa, Mak?" tanya Ucok yang duduk di sampingku."Ini, Cok, baru masuk lima puluh juta lagi, jadi sudah pas seratus," kataku kemudian."Wah, berarti utusan bupati itu menyimak di sini," kata Ucok."Iya, Cok," "Sini HP -nya, Dek," kata Bang Parlin.Aku lalu berjalan menuju podium."Bang, barusan masuk lima puluh juta lagi," bisikku kemudian."Wah!""Jadi gimana, Bang?""Kita tetap pada rencana semula," kata Bang Parlin seraya mengambil HP -ku.Bang Parlin lalu menunjukkan isi hp tersebut kepada Bupati. Lalu ...."Begini, kemarin yang masuk cuma lima puluh juta, mereka juga bilang hanya lima puluh juta lagi uang pelicin," kata Bang Parlin.Bupatinya melihat' isinya HP -ku, lalu memanggil seseorang. Akan tetapi utusan Bupati kemarin tidak kelihatan."Ini bag
Read more
Bang Parlin Jadi Tim Sukses?
Bupati terlihat marah, tangannya mengepal, bisa dimaklumi, orang kepercayaannya ternyata mengkhianatinya, tidak tanggung-tanggung, lima puluh juta sekali transaksi."Sudah berapa kali kamu lakukan seperti ini?" tanya Bupati."Maaf, Pak,""Aku tanya sudah berapa kali?""Ampun, Pak, bukan hanya aku, uangnya kami bagi semua," kata Amir."Kami siapa?""Kami semua, Pak,""Kalian semua, ya, Allah, jangan-jangan bantuan untuk anak yatim pun kalian sunat?" Pria itu terdiam."Apa benar, bantuan untuk anak yatim bulan lalu kalian sunat?" Bupati mengeraskan suaranya."Tunggu kutelepon pengurus panti asuhan itu ya, awas saja jika kalian sunat?" kata bupati tersebut seraya mengambil HP."Ampun, Pak, memang kami ambil sebagian, sudah kesepakatan kami dengan pihak panti asuhan, dengan ini pun kami sebenarnya sudah sepakat, mereka ikut berperan," katanya seraya menunjuk ke arahku."Astaghfirullah, ternyata saya dikelilingi orang-orang serakah," kata bupati seragam memegang kepalanya."Pergi dari had
Read more
Cobaan Bu Kades
Kami berkumpul di teras rumah, Ucok juga sudah ikut bergabung, sedangkan Cantik lagi tidur di ayunan. Bang Parlin memulai diskusi."Sudah sering bupati berganti di daerah kita, baru kaki inilah bertemu bupati yang jujur, mau mengeluarkan uang pribadinya untuk bantuan, itu sesuatu yang langka," kata Bang Parlin memulai pembicaraan."Iya, Yah, yang satu ini memang jujur dan tegas, dia langsung pecat tujuh orang saat itu juga," kata Ucok."Jadi begini, ayah ditawari jadi tim sukses, pemilihan Bupati masih tahun depan, tapi pekerjaannya sudah mulai dari sekarang," kata Bang Parlin lagi."Bagaimana, Tet?" tanyaku pada Butet."Aku setuju saja, apapun keputusan ayah pasti yang terbaik," kata Butet."Apa nya kau, Tet, mana sikap kritismu?""Lagi mode anak berbakti, Mak," kata Butet seraya senyum-senyum."Kau, Cok?" kulihat anak laki-lakiku itu, yang belakangan ini juga seperti melempem, tak lagi seperti dulu dengan ide-ide kreatifnya. "Aku setuju, orang jujur memang harus dibantu," kata Ucok
Read more
Kepala Desa Menghilang
PoV ButetHari itu sepulang sekolah, aku langsung ke kantor desa, kasihan mamak ngantor sambil bawa anak. Adikku Cantik kubawa pulang ke rumah. Sampai di rumah, aku langsung membuat makanan untuk Cantik, memberikan makan adikku itu lalu kutidurkan di ayunan sambil menyanyi lagu ungut-ungut, Bang Ucok datang."Mamak mana?" tanya Bang Ucok."Tadi kan di kantor," jawabku. Heran juga melihat abangku ini, padahal tadi kami sama-sama ke kantor desa jemput Cantik."Ayah mana?" tanya Bang Ucok lagi."Entah, emang kenapa, Bang?""Perasaanku tidak enak, Butet,""Tidak enak bagaimana, Bang,""Gak tau, pokoknya tidak enak, telepon dulu ayah," perintah Bang Ucok.Aku lalu mengambil HP, coba hubungi ayah lewat wa, akan tetapi tulisan di layar HP memanggil terus, tidak kunjung berganti berdering, itu artinya wa ayah tidak aktif. Aku coba pakai telepon biasa, akan tetapi sana saja, telepon ayah tidak aktif."Gak aktif, Bang,""Aduh, ayo kita cari ayah, Tet, perasaanku tidak enak," kata Bang Ucok.Ke
Read more
Bu Kades Hilang 2
Saat kami tiba di rumah Pak Anggi, di rumah itu justru sedang terjadi keributan. Dua bersaudara itu sedang cekcok masalah warisan. "Hei, Angga, sini dulu kau!" ayah memanggil dari luar."Kebetulan Bang Parlin di sini, Abang saksinya ya, tanah itu tanah warisan," kata Angga."Betul, Bang Parlin, tanah itu memang tanah warisan, tapi warisan bagianku, bagiannya sudah dia jual, Abang tahu itu kan, Abang saat itu ikut tanda tangan sebagai saksi," kata Anggi."Anggi, yang sudah dijual itu tidak dihitung lagi, yang dihitung itu yang tersisa, jangan bodoh jadi orang, ayah dulu pernah jual juga untuk biaya sekolah kau, mana dihitung, yang dihitungnya itu yang tinggal, rumah dan tanah, aku minta bagianku," kata Angga."Bagianmu sudah kau jual," jawab Anggi.Bang Ucok sepertinya sudah tidak sabar, kami kemari mau cari mamak, justru dilibatkan salam urusan harta warisan mereka."Bang Angga, bilang apa tadi sama mamakku?" tanya Bang Ucok."Cuma mau tanya soal sertifikat tanah," jawab Angga."Teru
Read more
Bu Kades Hilang 3
PoV NiaAku terkejut melihat Amir turun dari mobil silver itu, kulihat ke belakang tiga pria makin mendekat. "Amir, mau ngapain kau?" kataku seraya mundur. Ngeri juga melihat' wajah pria ini, tatapan matanya seakan hendak membunuhku. "Ini balas dendam, kamu telah menghancurkan karirku, mempermalukan aku, tujuh orang anggotaku kehilangan pekerjaan gara-gara kamu!" katanya seraya menunjuk ke arahku.Aku mencium gelagat tidak baik, aku kembali ke motor akan tetapi seorang pria yang dibelakangku langsung mencabut kuncin motor yang masih tergantung di motor tersebut.Kulihat ke kiri dan kanan, tak ada mobil atau motor yang lewat, jalan desa ini memang selalu sepi. "Kau pikir kamu akan selamat jika membuatku celaka?" Kataku kemudian."Sekarang pun kami sudah tidak selamat, kami kehilangan pekerjaan, kehilangan kepercayaan, bahkan akan dipolisikan, semua itu gara-gara kamu yang sok suci," kata Amir."Jangan coba-coba!" kataku ketika salah satu pria itu memegang tanganku.Dari jauh terli
Read more
Orang Jujur Tak Selalu Mujur
PoV ButetKami akhirnya menemukan mamak, akan tetapi kondisinya sangat menghawatirkan. Terbaring di bawah pokok sawit, tak bisa menggerakkan badannya. Aku menangis. "Tunggu, jangan sembarangan diangkat, kitar tunggu medis, sepertinya ada tulang yang patah," kata seorang aparat desa.Kulihat mamak masih memegang HP, matanya menatapku. Tangisku makin keras, ya, Allah, kenapa mamakku? orang yang baik yang harus begini. Beberapa saat kemudian, Bu Bidan datang. Atas saran Bu Bidan, cara mengangkat mamak diluruskan di tandu, baru kaki dan kepala diikatkan ke tandu tersebut. Tidak boleh kepalanya bergerak, khawatir leher mamak patah.Saat orang-orang mengangkat mamak, ibuku itu pingsan lagi. Malam itu juga mamak dibawa ke rumah sakit di kota. Selama dalam perjalanan, aku terus memegangi tangan mamak, Bang Ucok juga tak henti-hentinya menangis.Tengah malam, kami baru sampai di rumah sakit kota. Mamak pun langsung ditangani. Ternyata dua tulang rusuk mamak patah. Rahangnya juga bergeser. M
Read more
Balas Dendam
Bang Umar dan rombongan pergi juga akhirnya, aku kembali ke dalam rumah sakit. Saat aku sampai di kamar mamak dirawat, Bang Ucok sedang duduk di kursi sambil memegangi tangan mamak."Mak, aku berjanji akan membalas mereka semua," kata Bang Ucok. Sementara mamak masih tidur."Bang Ucok, mau balas bagaimana?" tanyaku kemudian."Mereka patahkan dua tulang rusuk mamak, akan kupatahkan dua tulang rusuk mereka," kata Bang Ucok."Biar Abang dipenjara gitu?""Iya, Tet, gak apa-apa dipenjara, pokoknya dendamku terbalas," jawab Bang Ucok."Heh, Bang, Abang pikir cuma Abang yang ingin balas dendam, Aku juga ingin membunuh mereka semua, Ayah lagi yang paling marah, tapi kita harus tetap berpikir jernih," kataku lagi.Tiba-tiba mamak terbangun, beliau lalu mengelus rambut Bang Ucok."Ucok, patah tulang rusuk dua, tak harus dibalas dengan patahkan tulang rusuk orang, Cok," kata Mamak, ternyata mamak mendengar pembicaraan kami."Darah bayar darah, nyawa bayar nyawa," kata Bang Ucok."Apakah pemerkos
Read more
PREV
1
...
4647484950
...
53
DMCA.com Protection Status