All Chapters of Cintaku yang Terbaik: Chapter 31 - Chapter 40
43 Chapters
31. Yang Telah Terjadi
Amanda membuatkan jadwal keseharian Panji di rumah. Kapan harus bersama dirinya, kapan juga harus bersama Selma. Panji tidak punya alasan kuat untuk menolak. Biarpun ia harus tidur kesulitan tidur saat harus bersama Selma, atau tidak semangat melakukan apapun, tetap ia jalani. Menunjukkan bahwa kepatuhannya adalah bukti cinta untuk Amanda.Malam ini adalah giliran Panji tidur di kamar Selma. Ini sudah yang kelima kalinya. Tetap saja, sulit untuk membiasakan diri.Tentu saja, ketika Panji berada di kamar Selma, Amanda tidur sendirian di lantai dua. Malam yang terasa agak panjang, karena Amanda tidur lebih awal.Sementara itu, di kamar Selma, Panji masih memainkan ponselnya, membaca berita-berita kesehatan, untuk menjemput kantuk yang tidak kunjung hadir.Tiba-tiba... terdengar suara Amanda berteriak dari dalam kamarnya. Panji segera bangkit, dan berlari ke lantai dua. Dilihatnya, Amanda sudah membuka mata. Seluruh badannya basah karena keringat."Kamu kenapa?" tanya Panja."A-aku... mi
Read more
32. Tamparan Keras
Amanda masih saja belum usai kepikiran semua yang telah Ratri katakan kemarin. Ia yang pada dasarnya mudah merasa stress, akhirnya tumbang juga.Pagi, ketika sedang menyiapkan sarapan untuk Panji, Amanda merasakan nyeri pada rahimnya. Kemudian ada darah yang mengalir di sela-sela kakinya. Hal itu diketahui oleh Selma yang sedang berjalan ke dapur untuk ambil minum."Amanda! Kamu kenapa?" teriak Selma."A-aku juga gak tahu," jawab Amanda. Dirinya semakin panik dan janinnya kenapa-kenapa."Mas Panji!" Selma berteriak memanggil Panji yang masih berpakaian di lantai dua.Panji segera datang saat mendengar teriakan panik itu. Ia pun terkejut melihat yang terjadi pada Amanda. "Sayang! Kamu kenapa?"Amanda menggelengkan kepala. Panji segera mengambil kunci mobil dan handphone. Lalu menggendong sang istri muda ke mobil. Langsung membawanya ke rumah sakit. Dalam perjalanan, ia menghubungi UGD dan dokter Lina.Dokter Lina memang baru tiba di rumah sakit. Ia segera menyiapkan pertolongan pertama
Read more
33. Keputusan Paling Berat
Padmi bergeming saat Panji membawa Amanda meninggalkan rumah itu. Pratiwi sibuk membujuk kakaknya agar mengalah. Panji jadi emosi mendengar cara Pratiwi membujuknya. Setelah membantu Amanda duduk di jok depan mobil, ia menjawab semua bujukan adiknya. "Maksudmu mengalah dengan cara apa? Meninggalkan Amanda? Seperti yang Mama mau?" Panji mantap mengatakan, "Gak akan pernah!" "Mas, bukan gitu maksud aku. Diomongin baik-baik sama Mama. Jangan pake emosi seperti ini." Pratwisi masih bersikeras membujuk kakaknya. Di dalam mobil, yang tertutup, meski tidak mendengar semua kalimat yang keluar dari mulut mereka, Amanda bisa melihat, adu mulut yang tampak dari urat-urat leher mereka yang menyembul. Kenapa jadi seperti ini? Kalau saja tidak memikirkan bayi yang dikandungnya, ia pasti sudah keluar dan ikut ribut. Ia hanya bisa menangis. Buru-buru dihapusnya air mata, ketika Panji masuk ke mobil. Mereka meninggalkan rumah itu, membawa impian lain setelah meneteskan tangis seorang ibu. Asrama do
Read more
34. Karena Kita Saudari
Panji dan Selma akhirnya bicara mengenai pengasuhan kedua bayi. Kelahiran keduanya relatif bersamaan. Bagaimana kelak jika mereka bertanya. Panji tidak akan sanggup menceritakan yang sebenarnya tentang Amanda dan Arjuna. Maka, mereka bersepakat, akan menjadikan mereka saudara kembar. Kembar yang tidak identik. Bukankah tidak semua saudara kembar memiliki wajah yang mirip? Panji terpaksa menukar nama belakang Milka, yang tadinya Yudhistira menjadi Setiawan. Mirip dengan putri Selma, yaitu Mashala Kirana Setiawan."Kamu jangan khawatir, Mas," kata Selma. "Aku akan menyayangi Milka, sama seperti Masha.""Aku percaya, kamu bisa lakukan itu," jawab Panji. Sesuai permintaan terakhir Amanda yang tertulis dalam surat, dirinya akan berdamai dan berusaha hidup berdampingan dengan Selma. Dirinya juga pergi ke Jember, bertemu Padmi, dan memohon agar ibunya juga menyimpan rahasia ini. Demi kedamaian seluruh keluarga.Keluarga mereka bertambah, Panji pun memutuskan membawa mereka pindah ke rumah ya
Read more
35. Biangnya Rasa Penasaran
Kemunculan gadis SMP yang mengganggu acara pembalasan dendam untuk Masha, turut mengganggu ketenangan Mara. "Siapa sih, tuh cewek?" Ia mengingat penampilan gadis itu yang mengenakan seragam putih biru khas anak SMP. Wajahnya tidak mirip dengan Masha. "Pasti bukan saudaranya." Tetapi ancaman gadis SMP itu cukup menjadi alasan bagi Mara, Bimo, dan Jodi untuk berhenti mengganggu Masha."Masa lu takut cuma gara-gara anak SMP itu?" ledek Bimo. Tetapi ledekan itu akhirnya kembali pula pada dirinya sendiri."Gue bukannya takut, ya!" elak Mara. "Cuma gak mau berurusan dengan masalah yang jauh lebih rumit. Ngerti gak, lo?"Jodi melirik Bimo, merasa ada yang Mara pendam.Sebenarnya, Milka masih mengkhawatirkan Masha. "Kak, kalo dia macem-macem lagi sama Kakak, kasih tahu aku. Ya?" Ia mengingatkan sang kakak, saat dalam perjalanan ke sekolah."Udah, kamu gak perlu khawatir," kata Masha, menenangkan sang adik. "Kan udah kamu ancam. Mereka pasti gak berani lagi."Mereka lupa, obrolan ini didengar
Read more
36. Diri Berbeda
Untuk ke sekian kalinya, Mara memperhatikan Milka, yang baru datang ke sekolah itu untuk menjemput saudaranya, Masha. Hari itu, Milka memang sengaja tidak turun dari mobil. Ia hanya membuka pintu mobil, dan merasakan embusan angin yang menerpa tubuhnya. Gadis itu disibukkan dengan pekerjaan menggunakan laptop, dan sesekali menelepon.Mara melihatnya dari jendela kelasnya yang berada di lantai dua, dan dari sana bisa melihat pemandangan di depan sekolah, yang mana tempat parkir berada di sana. Ia benar-benar memperhatikan Milka dengan wajah cantiknya yang sangat khas seorang remaja.Tiba-tiba, terdengar suara 'tok-tok' pada meja belajarnya. Pak Anton, guru kelas mereka menegur, karena sejak tadi Mara tidak fokus belajar, malah melamun, dengan pandangan terlempar keluar dari jendela."Maaf, Pak," ucap Mara.Pak Anton melanjutkan pelajaran ekonomi di kelas yang hanya terisi tiga orang tersebut. Kelas khusus bagi Mara, Bimo, dan Jodi, sebagai bentu hukuman sosial, akibat laporan Masha tem
Read more
37. Yang Paling Sibuk
"Kakak lagi jatuh cinta, ya?" tebak Milka, ketika mereka baru turun dari mobil, dan memasuki rumah."Ah, kamu nih!" elak Masha. "Gak usah sok tahu, deh." Tetapi raut wajahnya seperti membenarkan tebakan sang adik."Tapi beneran kan, Kak?" Milka semakin menggodanya. Sampai mereka masuk rumah, dan suara canda tawa didengar oleh Selma, ibu mereka."Kalian becandain apa, sih?" tanya Selma. "Kedengerannya heboh banget.""Ini lho, Ma, Kak Masha..." Milka mau meneruskan, tetapi ditahannya, karena ia tahu tadi hanya gurauan."Kak Masha kenapa?" Selma malah mendesaknya untuk bicara."E... Kak Masha..." Tiba-tiba Milka merasa tidak enak sendiri. Seharusnya ia berhenti saja menggoda Masha, sebelum masuk rumah.Kemudian, Masha yang menyadari situasi itu, langsung mengubah arah pembicaraan. "Ah, Mama. Jangan ditanya terus Milka-nya. Ntar kartu aku terbuka semua.""Memangnya ada apa, sih?" Selma masih penasaran."Ini lho, aku tadi tuh baru dapet tugas dari kakak pembina di ekskul tata busana, buat
Read more
38. Rasa Salah Tujuan?
"Lepasin!" pinta Milka, ketika ia dibawa Mara sampai ke tengah hallroom.Mara melepaskannya. "Kamu tunggu di sini. Aku akan mulai pestanya." Ia meninggalkan Milka dengan sejuta kebingungannya.Setelah Mara pergi, giliran Masha datang. "Apa-apaan ini, Milka?""Dia pasti salah gandeng tangan aku, Kak," kata Milka."Jangan bohong kamu! Pasti tiap kali jemput kakak di sekolah, kamu akrab-akrabin Mara, kan?" Tiba-tiba Masha melontarkan kemarahan yang tidak berdasar. Sang adik sampai terperangah saking kagetnya."Aku juga gak ngerti, Kak. Aku gak pernah mengakrabi Mara sama sekali." Milka berusaha menjelaskan pada kakaknya. Kini dia tahu, bahwa cowok yang jadi penebar bunga-bunga asmara di hati Masha itu siapa. Mara. Tapi, apa yang sudah dilakukan pria itu.Masha tidak mempercayai penjelasan Milka, jika membandingkan dengan apa yang baru saja tampak di depan matanya. Apalagi, ketika acara mulai.Mara naik ke panggung, ketika pembawa acara memanggil. Semua orang dipandu untuk menyanyikan lag
Read more
39. Mentas dari Samudra Luka
Rasa sakit hati, marah, dan kecewa menumpuk jadi satu dan menimbulkan rasa baru bernama benci di hati Masha. Melihat sosok Milka, menyebabkan hatinya kian perih. Karena mengingatkannya pada kejadian malam itu, di mana perasaan Mara terungkap dengan gamblang. Apalagi kamar pintu mereka berdua berhadapan. Setiap pagi, hendak bersiap ke sekolah, mereka sering keluar bersamaan dari kamar masing-masing. Masha selalu membuang muka.Milka merasa sedih dengan situasi ini. Tetapi apa yang dapat dilakukannya? Semua ini gara-gara Mara! Milka jadi semakin tidak suka pada pria itu.Mara tidak bisa diam saja. Ia merasa kurang berbuat sesuatu supaya Milka mau menerima perasaannya. Ia mulai mencari tahu lebih banyak tentang Milka. Yaitu sekolahnya. Hari itu, ia terpaksa bolos sekolah, agar bisa mendatangi Milka di sekolahnya. Karena jam pulang sekolah anak SMP dan SMA berbeda beberapa jam.Bel berdentang. Kemudian para pelajar berseragam putih biru menyeruak keluar melewati ambang gerbang. Tampak se
Read more
40. Kamulah Orangnya
Waktu pun berlalu. Masha berhasil mendapatkan beasiswa sekolah fashion ke New York, Amerika Serikat. Tetapi, dia harus meninggalkan SMA di Jakarta ini, dan pindah ke sana.Selma kembali merasa berat hati, ketika anaknya harus pergi ke tempat yang sangat jauh. "Pikirin lagi, Sha.""Ma, udah berapa kali harus Masha bilang? Masha yakin kok." Masha harus meyakinkan ibunya agar berhenti mencegahnya pergi.Selma menelepon Panji agar segera pulang, supaya bisa bantu membujuk Masha agar membatalkan pindah sekolah ke Amerika."Kamu urus aja gimana baiknya," sahut Panji tanpa memberikan bantuan pada Selma."Mas, mau sampai kapan sih, kamu bersikap acuh sama Masha? Dia itu putri kamu sendiri. Anak kandung kamu." Selma habis kesabaran. "Coba kalau Milka yang begini, kamu pasti akan bela-belain melakukan segalanya. Padahal, darah kamu aja, setetes pun gak mengalir di tubuhnya! Kenapa harus bersikap pilih kasih kayak gini, hah?""Dulu, yang ingin punya anak, siapa?" Panji mengembalikan pertanyaan i
Read more
PREV
12345
DMCA.com Protection Status