Semua Bab Aku Mundur, Mas! : Bab 61 - Bab 70
84 Bab
Keputusan Aisyah
Aisyah masih diam membisu, netranya menatap setiap pasang mata yang ada di sekelilingnya. Rasa tak tega menelusup di dalam sanubari wanita berhijab toska itu.Bayangan kebaikan dan kasih sayang umi menari-nari di pelupuk matanya. Bagaimana mungkin Aisyah tega mengecewakan wanita yang sudah dianggap ibunya.segera bayangan itu berganti saat adam memaki dan melemparkan uang di hadapannya.semua kenangan silir berganti memenuhi angan aisyah.Kini hatinya bingung harus memilih apa, hati kecilnya tak tega mengecewakan umi. Tapi sebagian hati dan logikanya menolak permintaan abi. kini ia dilanda dilema."Bagaimana keputusanmu Aisyah?" tanya umi lembut. Wanita yang telah melahirkan adam itu menatap aisyah penuh harap. Dia tak ingin kehilangan cucu yang baru pertama dia temui.Aisyah menelan paksa saliva yang menempel di tenggorokan. Menyusun setiap kata agar tak ada yang merasa tersakiti dengan ucapannya."Maaf Umi, Aisyah tidak bisa menerima permintaan Abi dan Umi. Bukan maksud mengecewakan k
Baca selengkapnya
Keputusan Aisyah 2
PLAAK! PLAAK! Dua tamparan mendarat di pipi Adam. Meninggalkan rona merah dan rasa nyeri di pipinya. Aisyah menatap nyalang ke arah mantan suaminya. Rasa sakit dipipi mantan suaminya tak sebanding dengan luka yang sudah Adam torehkan di hatinya."Aisyah!Kamu berani sama aku!" teriak Adam tak terima dengan perlakuan mantan istrinya. Mata melotot seperti hendak menerkam Aisyah hidup-hidup."Dasar lelaki egois. Tidak cukup kamu menyakitiku selama ini. Kamu bawa wanita lain saat aku masih sah menjadi istrimu. Menanti kamu berlaku adil tapi nyatanya itu hanya omong kosong kamu. Aku dulu sudah meminta kamu bertanggung jawab atas kedua putraku. Tapi dengan angkuh kamu melempar uang ke arahku. Mengusirku yang tengah hamil. Apa kamu lupa itu?"teriak Aisyah sambil menunjuk Adam. Sudah habis kesabarannya dengan kelakuan Adam yang tak henti-henti menoreh luka di hati. Hingga sejenak dia lupa jika Umi baru saja terkena serangan jantung.Adam diam membisu. Ucapan Aisyah membuatnya terpojok. Bahkan
Baca selengkapnya
Lara Ditinggal Umi Pergi
Pov AdamKuhentikan langkah kakiku tepat di dekat pintu. Melihat keluar, sebuah mobil yang sangat ku kenal berhenti di halaman rumah. Tak lama seorang lelaki dan perempuan keluar dari mobil itu. Berjalan mendekati tempatku berdiri.Aisyah dan Daniel semakin mendekat. Ada getaran yang muncul kala melihat wanita yang ku sia-siakan mengenakan gamis putih. Dia terlihat begitu menawan. Kenapa selama ini aku tak menyadari jika Aisyah begitu cantik luar dan dalam.Rasa itu berubah menjadi tak suka saat ku lihat Daniel memakai koko berwarna senada dengan gamis Aisyah. Mereka seperti sepasang suami istri. Berjalan sambil bersenda gurau. Dada terasa panas melihat kedekatan mereka.Apa aku cemburu?Ah, tidak-tidak! Mana mungkin aku jatuh hati pada Aisyah. Jelas-jelas cintaku hanya untuk Jesica.Mungkin benar kata orang rumput tetangga lebih indah. Dulu saat Aisyah ku miliki, aku justru sama sekali tak tertarik. Dan kini setelah dia bukan lagi milikku Aisyah terlihat begitu cantik dan menawan.Tu
Baca selengkapnya
Lara Ditinggal Umi Pergi 2
Pov AdamAda apa lagi ini? Batinku bertanya-tanya. Tak biasanya Abi seperti ini. Menatap Daniel seperti hendak menyampaikan hal yang penting.Apa jangan-jangan meminta sahabatku itu untuk meninggalkan Aisyah? Bukan sahabat tapi mantan sahabat.Ah, pasti Abi ingin aku dan Aisyah rujuk kembali. Terima kasih Abi."Ada apa bi?" tanyanya masih bisa ku dengar dari teras.Sabar Dan, tunggu kejutan dari Abi agar kamu berhenti mendekati Aisyah. Dia itu milikku. Dan selamanya akan menjadi milikku. ha ha ha"Tolong jaga Aisyah Dan, jangan pernah sakiti hati dan perasaannya.Abi percaya kamu pasti bisa membahagiakan Aisyah dan cucu-cucu Abi."ucap abi walau sama-sama terdengar.Ya Allah, hatiku ambyar mendengar ucapan Abi untuk Daniel. Kenapa Abi justru mendukung Daniel bukan aku yang anak kandung Abi sendiri.Kesal dan kecewa, itu yang tengah ku rasakan. Aisyah kembalilah padaku!Ku acak rambut, frustasi.Kurebahkan tubuh di atas ranjang tepat disebelah Jesica yang tidur membelakangiku. Jesica mem
Baca selengkapnya
Cemburu
Pov AdamKuhentikan langkah kakiku tepat di dekat pintu. Melihat keluar, sebuah mobil yang sangat kukenal berhenti di halaman rumah. Tak lama seorang lelaki dan perempuan keluar dari mobil itu lalu berjalan mendekati tempatku berdiri.Aisyah dan Daniel semakin mendekat. Ada getaran yang muncul kala melihat wanita yang ku sia-siakan mengenakan gamis putih. Dia terlihat begitu menawan. Kenapa selama ini aku tak menyadari jika Aisyah begitu cantik luar dan dalam.Rasa itu berubah menjadi tak suka saat kulihat Daniel memakai koko berwarna senada dengan gamis Aisyah. Mereka seperti sepasang suami istri. Berjalan sambil bersenda gurau. Dada terasa panas melihat kedekatan mereka.Apa aku cemburu?Ah, tidak-tidak! Mana mungkin aku jatuh hati pada Aisyah. Jelas-jelas cintaku hanya untuk Jesica.Mungkin benar kata orang rumput tetangga lebih indah. Dulu saat Aisyah ku miliki, aku justru sama sekali tak tertarik. Dan kini setelah dia bukan lagi milikku Aisyah terlihat begitu cantik dan menawan.
Baca selengkapnya
Cemburu 2
Pov Adam"Ada apa,Bi?" tanyanya masih bisa ku dengar dari teras.Sabar Dan, tunggu kejutan dari Abi agar kamu berhenti mendekati Aisyah. Dia itu milikku. Dan selamanya akan menjadi milikku. ha ha ha"Tolong jaga Aisyah Dan, jangan pernah sakiti hati dan perasaannya.Abi percaya kamu pasti bisa membahagiakan Aisyah dan cucu-cucu Abi."ucap abi walau sama-sama terdengar.Ya Allah, hatiku ambyar mendengar ucapan Abi untuk Daniel. Kenapa Abi justru mendukung Daniel bukan aku yang anak kandung Abi sendiri.Kesal dan kecewa, itu yang tengah ku rasakan. Aisyah kembalilah padaku!Ku acak rambut, frustasi.Kurebahkan tubuh di atas ranjang tepat disebelah Jesica yang tidur membelakangiku. Jesica memang selalu seperti itu tiap merajuk. Padahal dia tahu, aku hanya salah menyebut nama. Karena pikiranku saat itu hanya terisi Umi dan Aisyah. Harusnya dia tahu, aku sedang berkabung. Menghiburku kek, bukan justru merajuk seperti anak kecil begini.Kucoba pejamkan mata, namun bayang-bayang Aisyah bersama
Baca selengkapnya
Korban Tabrak Lari
Aku berhenti tepat di depan bangunan bernuansa klasik modern. Lalu aku melangkahkan kaki memasuki bangunan dengan nuansa indah itu."Assalamu'alaikum...," ucapku dan Daniel serentak."Waalaikumsalam," jawab Mbak Bella sambil berjalan ke arah kami."Si kembar bagaimana Mbak? Apakah merepotkan Mbak Bella?" tanyaku tak enak hati.Rasanya canggung jika harus meminta tolong Mbak Bella menjaga kedua putraku. Bukan hanya karena dia kakak Daniel tapi juga mantan atasanku. Rasanya tak sopan jika mantan bawahan meminta tolong kepada atasannya.Meski aku tahu Mbak Bella tak akan pernah mempermasalahkan. Karena kakak kandung Daniel ini sangat merindukan hadirnya tangis bayi, namun Allah belum memberikannya amanah."Mereka aman terkendali,Ais."ucapnya sambil tersenyum."Kalau begitu Aisyah pulang sekarang saja ya Mbak, takut kemalaman."berjalan menuju kamar si kembar di tidurkan."Kata siapa kamu boleh pulang?"Kusatukan kedua alis, tak mengerti maksud perkataan Mbak Bella. Kenapa aku tak boleh pu
Baca selengkapnya
Menyelamatkan Nyawa
Aku berjalan masuk ke dalam kerumunan. Mataku membulat saat melihat lelaki bersimbah darah tergeletak tak berdaya di depanku. Jantungku berdetak tak menentu. Tubuhku luruh di aspal. Bulir bening mengalir dari sudut netra tanpa bisa ku bendung.Ya Allah bagaimana ini?"Tolong dibawa ke rumah sakit Pak, dia ayah saya."ucapku dengan kaki gemetaran.Sontak semua mata tertuju padaku, ada pandangan penuh tanya ada pula yang merasa iba dan kasihan.Dua orang lelaki membopong tubuh besar Om Bram mendekati mobil putih tak jauh dari tempat kecelakaan. Aku duduk di belakang sambil memangku kepala Om Bram."Kenapa di masukkan ke dalam mobil ini Pak?" tanyaku ragu."Tadi saya lihat ayah anda keluar dari mobil ini Mbak." terang salah satu lelaki.Mobil yang sedari tadi mengawasiku adalah mobil Om Bram. Atau jangan-jangan Om Bram yang memata-matai diriku? Untuk apa dia seperti itu? Apa karena dia mencari cela menjauhkanku dengan Daniel?AstagfirullahKenapa berburuk sangka sih Aisyah?"Masa anaknya
Baca selengkapnya
Menyelamatkan Nyawa 2
Seorang suster datang menghampiriku. Pasti akan menanyakan pendonor darah. Atau aku saja yang menjadi pendonornya? Kebetulan golongan darah kami sama."Keluarga pasien atas nama Bram Dewantara?" tanya suster berhijab putih itu."Iya saya keluarganya.Bagaimana keadaan Om Bram ya sus?""Pasien membutuhkan segera transfusi darah. Apakah sudah mendapatkan darahnya Bu?"BismillahSemoga ini keputusan yang tepat. Dokter tidak melarang berarti aku masih bisa mendonorkan darahku untuk Om Bram."Saya yang akan mendonorkan darah,Sus." ucapku penuh keyakinan."Kalau begitu mari ikut saya Bu,agar bisa memeriksa kesehatan ibu. Semoga saja darah ibu cocok untuk pasien."Ku ikuti setiap langkah suster. Sebenarnya ada rasa khawatir karena aku masih memberi asi secara eksklusif. Semoga tidak ada efek samping untuk asiku.Kutidurkan tubuh di atas kasur khas rumah sakit. Dengan perlahan suster mengambil darah sesuai prosedur yang tepat. Ada rasa ngeri saat melihat peralatannya. Ku alihkan pandanganku ag
Baca selengkapnya
Restu Yang Dinanti
Aisyah duduk terdiam di kasur khas rumah sakit. Angannya berkelana memikirkan kedua buah hati yang kini jauh darinya. Apakah mereka rewel? Apakah mereka mau minum susu formula? Ya, karena asip telah habis. Itu yang selalu mengganggu pikiran wanita beranak dua ini. Apalagi si kembar tak pernah jauh dari ibunya.Aisyah tahu Mukhlas dan Mukhlis akan dijaga dengan baik oleh Bella. Tak bisa dipungkiri dalam lubuh hatinya sangat menghawatirkan kedua putranya.Seorang suster berseragam hijau berjalan mendekat. Mengeluarkan alat pengukur tekanan darah dan mulai mengukur tekanan darah Aisyah."Selamat siang Bu Aisyah. Saya ukur tekanan darahnya dulu ya." ucap suster itu ramah.Mengeluarkan sfigmomanometer atau lebih dikenal dengan istilah tensimeter. Segera mengukur tekanan darah Aisyah."Alhamdulillah tekanan darah ibu sudah normal."ucap suster dengan senyum tipis.Aisyah melengkungkan bibirnya hingga seperti bulan sabit. Ia yakin sebentar lagi bisa segera pulang. Karena kondisinya sudah memb
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
456789
DMCA.com Protection Status