Semua Bab Aku Mundur, Mas! : Bab 71 - Bab 80
84 Bab
Pipi Merah Seperti Badut
"Kapan kalian menikah?"Tiga kata yang tak pernah kusangka akan secepat ini keluar dari mulut Om Bram. Ini seperti mimpi. Ya Allah,terima kasih.Akan ada pelangi setelah hujan. Kata-kata bijak itu memang benar, setelah ujian bertubi-tubi akhirnya Allah memberikan kebahagian padaku. Menghapuskan setiap lara menggantinya dengan tawa bahagia."Aisyah..." panggilan Om Bram menyentakku dari lamunan."I-iya Om." jawabku tergagap."Jangan panggil Om, biasakan panggil papa, karena sebentar lagi kamu akan menjadi bagian keluarga Dewantara." ucapannya bagai angin surga untukku."Iya Om, eh Pa."Mereka tertawa melihat lidahku yang kaku saat memanggil kata papa."Nah gitu dong sayang, sekarang panggil mama ya bukan tante lagi." mama Daniel datang membawaku dalam pelukannya.Begitu hangat pelukan tante Maria, mengingatkanku kepada bunda dan Umi. Dua wanita yang telah berpulang. Semoga Allah menempatkan tempat terindah untuk mereka. Tanpa terasa bulir bening mengalir membasahi pipiku."Kenapa menan
Baca selengkapnya
Undangan Pernikahan
Pov AdamDuduk di meja kerja dengan beberapa dokumen yang harus kuperiksa. Setelah kepergian Umi, banyak pekerjaan menumpuk dan harus segera aku kerjakan.Melelahkan, tapi tak semelelahkan menghadapai sikap Jesica yang kekanak-kanakan. Setiap bertengkar selalu besembunyi di ketiak papinya.Setelah kepergiannya dari rumah Abi tiga minggu yang lalu. Tak pernah ada lagi kabar darinya. Jesica seperti hilang di telan lautan. Sikapnya yang seperti ini membuatku semakin kesal padanya. Aku bahkan tak pernah memberi kabar atau bahkan mencarinya. Dia yang pergi, tak perlu lagi aku mencarinya. Karena bila aku melakukannya, Jesica akan semakin besar kepala.Tok ... Tok ... Tok.... Suara pintu diketuk dari luar."Masuk...!"Luna, sekertarisku berjalan perlahan masuk ke dalam. Ku perhatikan dari ujung kaki hingga ujung kepala penampilannya membuatku geleng-geleng kepala.Astagfirullah pakaian dengan bahan kurang kenapa dipakai di kantor."Selamat pagi Pak, saya hanya ingin mengingatkan bapak jika
Baca selengkapnya
Pernikahan 21+
"Sah..." ucap serempak saksi di dalam Masjid. Bulir bening mengalir dari sudut netra. Bahagia bercampur haru menjadi satu."Baarakallahu laka wabarakoa 'alaika wajma'a bainakumaa fii khoir." ucap Pak Penghulu.Tanganku menengadah, mengaminkan doa yang dipanjatkan penghulu kepada kami.Aku berjalan perlahan digandeng Mbak Bella masuk ke dalam masjid. Setiap satu langkah semakin jelas terdengar debaran jantung ini. Menikah dengan orang yang dicintai memang berbeda dibanding menikah karena terpaksa. Semoga ini adalah pernikahan terakhirku.Duduk di samping Daniel, kucium punggung tangannya dengan khidmat. Daniel mencium keningku. Ada desiran hangat saat bibirnya menempel di dahiku. Membuat jantung seperti ingin lepas dari tempatnya.Daniel memegang pucuk kepala, membacakan doa dengan terbata.Aku tahu, dia sudah berusaha semaksimal mungkin. Karena belajar ilmu agama tak semudah yang kita bayangkan. Banyak godaan yang akan mengiringi.Selesai menandatangani berkas-berkas dan buku nikah. Ka
Baca selengkapnya
Pernikahan 2
Aku duduk di atas ranjang memikirkan Mukhlas dan Mukhlis yang ada di rumah Mbak Bella. Ya, karena kakak suamiku melarang kami membawa si kembar saat berbulan madu.Aku tak berkeberatan,toh Mukhlas dan Mukhlis tak lagi meminum asiku.Ya,setelah masuk rumah sakit tempo hari,kedua jagoanku kompak tak mau meminum asiku.Mungkin karena asiku mulai berkurang. Dengan terpaksa aku memberinya susu formula.Sambil menunggu Daniel kubuka kado dari Mbak Bella."Di buka waktu di hotel ya Aisyah, dan harus dipakai." ucapnya tadi saat memberikannya padaku.Perlahan ku lbuka kotak berwarna merah. Ku ambil isi di dalamnya. Aku geleng-geleng kepala saat melihatnya. Baru pertama kali aku melihat dan memegangnya. Karena saat menjadi istri Mas Adam tak sekalipun aku berniat memilikinya. Tiga buah lingerie berwarna merah, pink,dan putih.KreeekSuara pintu kamar mandi di buka. Daniel keluar hanya menggunakan celana pendek di atas lutut. Ada desiran tak menentu kalau melihat suamiku bertelanjang dada."Sayang.
Baca selengkapnya
Pov Jesica
Apa kalian tahu rasanya bila mendengar orang yang kita cintai telah memiliki istri? Sakit dan hancur. Dan itu yang kurasakan. Beberapa tahun aku mengenalnya, menjadikan dia kekasih meski aku tahu kita berbeda keyakinan. Hingga suatu saat dia berkata jika telah menikah dengan Aisyah. Wanita yang diakui sebagai sepupu. Tapi dialah perebut Adam dariku. Sakit, rasanya seperti di tusuk sembilu. Lalu untuk apa kedekatannya selama ini? Untuk apa bertahan dengan perbedaan. Jika pada akhirnya dia pergi meninggalkanku dengan luka yang ia torehkan dalam sanubari. Aku hancur, mengurung diri dalam kamar. Meratapi kepergiannya dengan tangisan. Aku tahu Adam mencintaiku dan dia terpaksa menikah dengan Aisyah. Harusnya aku yang menjadi istrinya. Bukan Aisyah. Berhari-hari tak makan, hingga akhirnya aku tumbang dan di bawa ke rumah sakit. Mami dan papi sedih melihat keadaanku. Orang tua mana yang tak sedih melihat putri satu-satunya tersiksa seperti ini. Berhari-hari dengan keadaan seperti ini me
Baca selengkapnya
Adam Kena Batunya
Pov AdamAda nyeri di sanubari saat melihat Aisyah duduk di pelaminan bersanding dengan Daniel. Sesak dada untuk bernafas pun rasanya susah. Harusnya aku yang ada di sana bukan Daniel. Persis lagu yang barusan aku nyanyikan.Berjalan mendekat, bukan untuk memberi selamat tapi untuk melihat Aisyah lebih dekat. Pandangan tak suka nampak jelas terlihat di wajah Om Bram, ayah sahabatku."Santai saja Om, aku hanya ingin melihat ibu dari anak-anakku lebih dekat," batinku.Semakin dekat dengan Aisyah,entah kenapa jantung kian berdetak kencang. Dengan perasaan yang sulit ku artikan.Kenapa aku justru merasakan benih cinta mulai mekar saat bunga itu telah tumbuh subuh di halaman rumah orang lain?Kenapa cinta ini terlambat? Saat dia telah pergi aku baru menyadari dia begitu berarti.Kutatap wajah ibu dari kedua anakku. Dia sungguh cantik mempesona. Dan kenapa aku baru menyadarinya? Kemana saja diriku selama ini?"Selamat ya, jaga Aisyah baik-baik. Sebelum aku mengambilnya kembali," ucapku pela
Baca selengkapnya
Adam Kena Batunya 2
Jarum jam sudah menunjukkan angka empat. Ku matikan laptop dan segera berjalan menuju pintu."Pak." panggilan Luna menghentikan langkahku."Ada apa?""Kita ada meeting sebentar lagi."Ya Allah, aku sampai lupa kalau akan meeting. Bagaimana ini? Kalau aku tak datang Papi akan marah besar."Tolong atur jadwal lagi, saya ada keperluan mendesak." ucapku lalu meninggalkannya begitu saja.Aku berjalan menuju lift,netra melihat setiap sudut kantor.Karyawan masih banyak yang berlalu lalang. Dan tersenyum saat aku melewatinya.Bagaimana jika perusahaan ini bangkrut? Mereka akan kerja dimana untuk menghidupi keluarganya? Ya Allah, isi semua karena aku tak fokus hingga investor terbesar membatalkan kerjasamanya.Ya Allah, kenapa ujian bertubi-tubi menimpaku?Apa karena aku kurang bersedekah?Atau karena aku tega menyakiti hati Aisyah?"Pak..." panggilan seseorang menyentakku dari lamunan."I-iya." ucapku terbata."Maaf Pak, apakah ada yang bisa saya bantu? Saya lihat dari tadi Bapak berdiri di
Baca selengkapnya
Kebahagiaan Aisyah
Aku menata pakaian ke dalam koper. Tak terasa sudah tiga hari kami menghabiskan waktu untuk berbulan madu. Rasa rindu pada si kembar kian menggebu. Meski setiap hari melakukan videocall namun rinduku masih belum terobati kalau belum bertemu."Sudah selesai sayang?" tanya Daniel yang baru keluar dari kamar mandi. Handuk hanya melilit bagian pinggangnya.Ku tatap suamiku yang masih bertelanjang dada. Ada debaran tak menentu saat melihat Daniel seperti itu.Lelaki yang sudah sah menjadi imamku berjalan mendekat. Dan lagi desiran hangat memenuhi sekujur tubuh. Degup jantung kian berdetak kencang."Kenapa lihatin seperti itu?Mau?" wajahnya kini hanya berjarak beberapa senti dari wajahku.CUPSatu kecupan mendarat di bibir. Ah, Daniel selalu seperti itu.Membuatku melayang ke angkasa."Aku baru selesai mandi lho,Yang, rambut juga masih basah," ucapku manja."Ih, kamu pikiranya ke situ terus. Mau lagi ya?" mengerlingkan mata, menggoda."Apaan sih?" Kututup wajah ini yang mulai bersemu merah.D
Baca selengkapnya
Hamil?
Aku duduk di teras sambil menyuapi Mukhlas dan Mukhlis. Ya, sekarang mereka sudah bisa makan bubur saring karena usia mereka sudah delapan bulan. Kedua buah hatiku dengan lahap memakan bubur saring dengan hati ayam dan brokoli. Mereka menyukai bubur buatan sendiri dibandingkan bubur kemasan. Ini membuat PR untukku agar lebih kreatif dalam membuat makanan agar mereka tak bosan. "Suapan terakhir sayang," ucapku pada Mukhlas.Mukhlas menutup mulut rapat-rapat sama seperti Mukhlis. Mungkin keduanya sudah kenyang. Karena hanya satu sendok yang tersisa. Suara mobil berhenti di depan rumah. Lelaki yang kini menemani hari-hariku keluar dari mobil dengan wajah sumringah. "Mbak Sari, tolong bersihkan bekas makan yang menempel di pipi ya." Mbak Sari mengangguk lalu mendorong stroller masuk ke dalam rumah. Meninggalkan diriku di teras rumah. "Assalamu'alaikum,Sayang." Daniel mendekat. Bau terasi terdeteksi oleh indera penciuman. Semakin lama semakin mendekat. Kenapa Daniel baunya seperti ini
Baca selengkapnya
Maaf
Aku duduk di ruang tunggu bersama Daniel. Menunggu seorang suster memanggil namaku. Sudah dua puluh menit kami menunggu. Hingga membuatku merasa bosan. "Nyonya Tiara Aisyah Kurniawan." panggil seorang suster. Berjalan memasuki ruang periksa dokter dengan tangan digandeng Daniel. "Selamat siang Dok...." sapaku kepada dokter Asih, dokter yang menangani ku saat hamil si kembar dulu. "Selamat siang, Bu Aisyah apa kabar?Bagaimana keadaan si kembar?" tanyanya basa-basi. Mungkin dia masih ingat kalau aku pasiennya dulu. "Alhamdulillah sehat dok.""Nah, gitu dong Pak. Kalau istrinya periksa kandungan di temani. Jangan seperti dulu. Kasihan istrinya." ucap dokter Asih membuatku dan Daniel saling pandang. Mungkin wanita di hadapanku ini mengira jika dulu ayah si kembar adalah Daniel. Daniel hanya mengangguk. Menjelaskan secara rinci juga tak mungkin. "Saya belum tahu istri saya hamil atau tidak dok. Tapi sudah telat satu minggu." ucap Daniel. "Baik Pak, biar saya periksa terlebih dahul
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
456789
DMCA.com Protection Status