All Chapters of Pembalasan dari Istri yang Tersakiti: Chapter 21 - Chapter 30
150 Chapters
Bab 21. Apa Kabar Indah?
"Kamu?!" kata wanita yang hendak mewawancarai Arini. "Indah!" lirih Arini. Kedua mata mereka saling tatap. Dua sahabat yang sudah lama tak bertemu. Indah adalah sahabat Arini dari kampung. Arini dan Indah berpisah saat Arini meneruskan pendidikannya di kota dan Indah pindah dari kampungnya. Karena sedang berada situasi yang tak memungkinkan untuk berbicara, mereka berdua menahan diri. Selama sesi wawancara di mulai, Arini terlihat tenang dan juga mampu menjawab pertanyaan dengan baik. "Baik. Terima kasih, Arini. Tunggu kabar dari kami selanjutnya," ucap salah seorang penguji yang ada di dalam. "Baik, terima kasih! Saya mohon undur diri," balas Arini dengan membungkukkan badannya. Sebelum Arini keluar, Indah memanggilnya. "Arini ... bisa minta waktunya sebentar? Jangan pulang dulu," kata Indah pada Arini. Arini menganggukkan kepalanya. Arini teringat pada Rahman yang menunggunya. Sudah lebih dari dua jam Arini berada di dalam gedung. Rasa tak enak seketika menyeruak dalam hatinya
Read more
Bab 22. Masalah Indah
"Sudah tiga tahun aku menikah dengan Mas Firman. Tapi, kami belum diberikan momongan." Mata Indah tampak berkaca-kaca. Arini pun mengusap punggung sahabatnya itu pelan. "Keluarga Mas Firman sebenarnya tidak mempermasalahkannya. Tapi, aku sebagai menantu satu-satunya di rumah itu merasa sedih karena tak kunjung memberikan mereka pewaris," ucap Indah lagi. Indah menghela nafas lagi. "Apalagi suamiku dokter kandungan, tapi aku sendiri belum juga hamil!" lirih Indah sambil menunduk. "Firman? Suami Indah dokter? Jangan-jangan dokter yang menanganiku waktu itu —?" ucap Arini dalam hati. "Semua sudah digariskan oleh Allah, Ndah. Percaya dan yakin kalau Allah tak akan menguji kita di luar batas kemampuan kita," kata Arini mencoba menghibur Indah. Nasehat Arini untuk Indah juga berlaku untuk dirinya sendiri. Bagaimana tidak? Setelah kehilangan anak, sekarang sikap suaminya Arman juga berubah padanya. Dulu saat Ibu Ida, Salma dan Bela tak menyukainya, Arini tak mempermasalahkan itu. Tapi s
Read more
Bab 23. Memilih Pergi
"Arini! Mulai hari ini kamu gak boleh keluar rumah tanpa izinku!" dicekalnya kuat tangan Arini dan Arman menariknya kasar."Lepaskan, Mas! Sakit!" Arini mencoba melepaskan cekalan tangan Arman. Tapi, karena kuatnya tenaga Arman, Arini tak mampu. "Man! Kenapa gak mau ceraikan saja si Arini itu?" teriak Ibu Ida dari depan pintu rumah."Iya, Mas! Buat apa masih menahan istri tukang selingkuh?" ucap Bela ikut mendukung keputusan Ibu Ida. Sarah dan Tuti juga ada di rumah itu. Mereka senang melihat pertengahan antara keluarga ini."Masuk kataku!" bentak Arman. Karena kencangnya tarikan Arman, Arini pun terjerembab ke lantai teras dan dahinya terpentok lantai. Rahman yang melihatnya tak tega. Tapi, untuk membantu Arini, itu sama saja akan membuat masalah lain. Akhirnya Rahman memutuskan untuk pergi dari tempat itu.PLAAAKK! Sebuah tamparan dari Arman melayang di pipi sebelah kiri Arini ketika mereka sudah sampai di dalam rumah. Arini yang tak percaya, memegang pipinya yang memerah itu. Ada
Read more
Bab 24. Pergi dengan Luka
Kedua insan itu sedang fokus pada aktivitas mereka, sehingga tak menyadari kehadiran Arini. Belum sembuh luka tamparan dari Arman, sekarang Arini harus terluka lagi ketika melihat suaminya menc*mbu mesra Tuti pembantunya."Ya Allah ... ujian apa lagi ini?!" teriak Arini dalam hati. Karena, untuk bersuara pun Arini tak mampu.Dengan langkah berat, Arini menghampiri keduanya. Arini tak mau suaminya melakukan perbuatan dosa lebih jauh lagi. Masih jadi tugas Arini sebagai istri Arman untuk mengingatkan suaminya itu. Biarpun dia harus menahan luka, luka yang masih terbuka tapi sengaja disiram garam oleh Arman."Mas!" lirih Arini. Sontak keduanya pun kaget dan segera menghentikan aktivitasnya. Tuti membetulkan kancing bajunya yang dilepas oleh Arman. Sedangkan Arman gelagapan karena ketahuan oleh istrinya."Sudah cukup! Sebelum kalian melakukan yang lebih lagi. Ingat dosa, Mas! Mas Arman masih suamiku," ucap Arini. Tuti membuang muka saat Arini menatapnya. "Tahu apa kamu dengan dosa? Sedan
Read more
Bab 25. Bertemu Orang Baik
"Gak apa-apa Mbak Arini, saya tinggal hanya berdua dengan istri saya. Kebetulan masih ada kamar yang kosong. Jadi, Mbak Arini untuk malam ini menginap dulu di rumah saya. Tidak baik perempuan malam-malam masih berkeliaran seperti ini," ucap Pak Sobari panjang lebar.Akhirnya ... setelah berpikir agak lama, Arini menyetujui ajakan Pak Sobari. Malam yang semakin larut tak memungkinkan Arini masih berjalan seorang diri, apalagi dia seorang wanita. Takut akan ada hal-hal buruk yang tak diinginkan.Rumah Pak Sobari tidaklah jauh dari masjid, hanya butuh lima menit untuk sampai. Disepanjang perjalanan, Pak Sobari dan Arini tak saling bicara."Assalamualaikum, Bu!" Pak Sobari mengucap salam sambil membuka pintu rumah yang belum terkunci. Tak lama kemudian, istri Pak Sobari keluar."Wa'alaikumsalam, Pak!" balas Bu Fatimah istri Pak Sobari. Beliau tampak mengernyitkan keningnya karena melihat sosok Arini yang berdiri di belakang suaminya."Mari silahkan masuk Mbak Arini!" ajak Pak Sobari. Arin
Read more
Bab 26. Kediaman Pak Sobari
Semakin hari, Arman dan Tuti semakin dekat. Sehari saja Arman tak melihat Tuti, pasti akan dia cari. Arini sudah tak Arman pedulikan. Kebencian sudah tertanam di hatinya. Mereka berdua akan mencuri waktu untuk bisa berduaan saja. Tak jarang saat di dapur, mereka bermesraan."Mas, Tuti punya rencana," ujar Tuti pada suatu hari ketika Arman libur kerja. Arman yang sedang menikmati teh hangat buatan Tuti seketika menatap Tuti lekat."Gak perlu gitu juga kali Mas ngelihatin Tutinya!" kata Tuti."Rencana apa maksudnya?" tanya Arman. "Jadi begini Mas ... Mas kan sudah gak cinta lagi sama Mbak Arini. Gimana kalau Mas Arman menikah dengan Mbak Sarah," jelas Tuti. Arman pun kaget dengan penuturan Tuti. Saat akan melanjutkan, Arman memotong perkataan Tuti."Gila kamu, Tut! Gak mau aku nikah sama Sarah!" ucap Arman tegas. "Kalau pun aku bercerai dengan Arini, yang akan aku nikahi itu kamu!" ucap Arman lagi."Duh, Mas Arman! Dengarkan Tuti dulu penjelasan Tuti!" ucap Tuti kesal."Jadi, Mas Arma
Read more
Bab 27. Bertemu Sarah
"Astagfirullah! Memang berumah tangga itu banyak sekali lika-likunya, Nak. Kita sebagai istri juga harus mengerti keadaan suami. Tapi, jika suami sudah melakukan hal di luar batasannya, kita wajib mengingatkan!" kata Bu Fatimah."Tapi, Arini merasa dikhianati, Bu! Mas Arman menuduh Arini bermain api dibelakangnya. Tapi ternyata Mas Arman sendiri yang melakukannya," bantah Arini."Semua keputusan ada di tangan Nak Arini. Ibu hanya memberi saran saja. Pikirkan matang-matang apa yang akan Nak Arini lakukan ke depannya. Jangan sampai Nak Arini menyesal," Bu Fatimah menasehati Arini. "Iya, Bu. Terima kasih," balas Arini.Semua hidangan sarapan sudah siap dan tersedia di meja makan. Saat ini mereka sedang menunggu Pak Sobari pulang dari masjid. Biasanya, Pak Sobari akan pulang tepat pukul setengah tujuh. Sembari menunggu yang punya rumah pulang, Arini mandi pagi. Badan Arini terasa jauh lebih baik dan segar setelah mandi. Tak lama Pak Sobari pulang dan mereka pun sarapan bersama."Nak Ari
Read more
Bab 28. Kabar Menggembirakan
Hati Arini berdenyut perih mendengar perkataan Sarah. Walaupun dia memutuskan untuk pergi dari sana, tapi tak bisa Arini pungkiri kalau rasa cinta itu masih ada untuk suaminya."Aku bahkan sudah tidak akan peduli lagi pada kalian. Walaupun dalam hatiku, aku sungguh merasakan perih," ucap Arini dalam hati."Tunggu saja kehancuranmu, Arini!" bisik Sarah sembari melewati Arini.Sarah berjalan ke arah Arini dan sengaja menyenggol lengannya. Dengan tatapan sinis, Sarah berlalu meninggalkan Arini begitu saja."Astaghfirullah al'adzim!" seru Arini sambil mengelus-elus dadanya. Sungguh, Sarah itu perempuan yang tidak punya hati. Sesama perempuan saja dia bisa melakukan hal seperti ini. Walaupun sakit, Arini merasa beruntung karena itu tandanya Allah masih menyayanginya dan menunjukkan watak asli suaminya.Lamunan Arini buyar ketika mendengar suara ponselnya berdering. Bergegas Arini menuju kasir karena Arini sudah selesai berbelanja. Ketika Arini mengangkat telepon itu, ada suara perempuan d
Read more
Bab 29. Kehangatan Keluarga Pak Sobari
"Halo! Maaf Arini, tadi lagi dipanggil suami jadi gak tahu kalau kamu sudah angkat! He ... he ... he ...." kata Indah terkekeh. Ternyata yang menelepon Arini itu Indah. "Huft! Kamu itu, ya, Ndah, buat aku jantungan aja tahu gak?" protes Arini. Karena permasalahan dengan Arman tak kunjung selesai, jadi Arini terkadang suka 'parno' dengan nomor-nomor yang tidak dikenal."Ya, maaf!" ucap Indah tapi masih dengan tawa pelannya."Kenapa harus jantungan, Ar?" tanya Indah heran."Ada apa telepon malam-malam, Ndah? Dan kamu tahu nomorku dari mana?" tanya Arini mengalihkan pembicaraan."Eh iya ... sampai lupa mau ngomong. Besok aku jemput kamu, ya, kalau kamu mau ke kantor? Ada yang mau bicarakan sama kamu!" ucap Indah. Kali ini nada bicaranya terdengar serius."Gak usah, Ndah! Besok aku datang sendiri aja. Kayak anak kecil aja, pakai dijemput segala!" kata Arini dengan bibir mengerucut. "Pokoknya besok aku jemput kamu, Ar! Titik!" Indah pun tak mau kalah, dia tetap ingin menjemput Arini."K
Read more
Bab 30. Kejutan dari Indah
Tepat pukul tujuh, mobil Indah sudah ada di depan rumah Pak Sobari. Kali ini sang sopir turun dan menghampiri Arini."Maaf, Bu! Saya ditugaskan Bu Indah untuk menjemput Ibu," kata sopir yang bernama Pak Parto itu dengan sopan. Usianya kurang lebih lima puluh tahunan."Lho ... Indahnya kemana, Pak?" tanya Arini."Kebetulan waktu mau menjemput Ibu, Bu Indah ada keperluan mendadak yang tak bisa ditinggalkan. Makanya saya sekarang yang ditugaskan untuk menjemput Bu Arini," jelas Pak Parto. "Baiklah. Tunggu sebentar, ya, Pak!" seru Arini. Lalu, Arini masuk ke dalam rumah untuk berpamitan dengan Pak Sobari dan Bu Fatimah. Tak selang berapa lama, Arini pun keluar lagi dan langsung mengajak Pak Parto untuk berangkat.Sepanjang perjalanan, Pak Parto dan Arini tak banyak berbicara. Arini seakan menikmati perjalanannya kali ini. Tak sedetikpun Arini lepaskan pandangannya dari sisi jendela. Tanpa Arini sadari, sedari tadi Pak Parto meliriknya dari kaca depan pengemudi."Kenapa anak ini mirip sek
Read more
PREV
123456
...
15
DMCA.com Protection Status