Setelah mendengarkan telepon dari Mila itu, kini aku pun kembali ke tokoku sendiri. Mencoba menetralisir emosi yang ada, jangan sampai aku tak bisa menguasai diriku sendiri saat ini.Kutek warna biru laut dan juga cincin kupu-kupu tadi saja sebenarnya sudah menjelaskan dengan gamblang hubungan antara Mas Johan dan juga Mila. Namun, aku sungguh ingin melihat dengan mata kepalaku sendiri tentang kecurangan mereka. Barulah saat itu aku akan bertindak.Ponsel yang kuletakkan di meja kasir kini berdering, saat kulihat ternyata itu adalah panggilan dari Mbak Sarah. Kutengok dari lapak mie ayamnya, memang kakak iparku itu, kini belum terlihat batang hidungnya."Ya Assalamualaikum, ada apa Mbak Sarah?" tanyaku memulai obrolan melalui sambungan telepon ini."Waalaikum salam, Rin. Maaf ya, kali ini kayaknya aku nggak bisa ke lapak deh, ada sesuatu yang penting nih. Tolong nanti siang kamu ambil dulu uang yang ada di kotak. Sekalian ambilin belanjaan seperti biasa, uangnya nanti langsung potong
Read more