Semua Bab Suamiku Lupa Privasi Story WhatsApp: Bab 31 - Bab 40
61 Bab
Laras vs Nadia
"Mas yakin, Pak detektif ini pasti punya maksud lain. Tak mungkin membantu secara cuma-cuma."Brak!Meja digebrak keras oleh Laras. Kopi sampai muncrat mengotori meja. Adikku murka. Dia tak segan-segan mengamuk, kalau orang yang dia sayang dijelek-jelekkan."Bang Ilyas mulutnya bener-bener harus dijejelin cabai setan. Gak disaring banget. Ini rumah kami, Bang. Tolonglah, bicara yang sopan. Jangan nuduh-nuduh yang gak baik sama Mas Arya. Dia udah tulus mau membantu keluarga ini.""Bener kata Laras, Mas. Minta maaf sama Arya.""Tapi, La, aku cuman mau urusan kasus anak kita, biar aku yang urus. Bapak dan ibu, yang bakal membantu kita. Buat bayar berapapun, asal Zahwa bisa segera bebas.""Gini Pak Ilyas, lebih baik kita kerja sama. Pakai pengacara rekomendasi Bapak juga boleh. Biar Bapak lebih tenang. Nanti, pihak saya, biar membantu mencari bukti dan saksi untuk meringankan hukuman Zahwa.""Tuh, dengerin Bang. Meskipun Mas Arya udah diomongin nyelekit, dia tetep baik. Mau cari jalan ten
Baca selengkapnya
Kelicikan Nadia
POV NadiaSetelah beberapa hari, Mas Ilyas mengurus kasus anaknya yang masuk penjara. Aku sengaja merayu dia, agar mengajakku tinggal dengan orang tuanya. Apalagi, Mas Ilyas memang berniat mau pindah kerja di Surabaya. Cukup sulit membujuk Mas Ilyas. Namun, aku tak menyerah. Kesempatan emas di depan mata. Aku bertekad mendapatkan hati mertuaku yang kaya raya. Dengan segala cara. Meskipun harus menggunakan jalan setan lagi.Beruntung, Mas Ilyas memberiku uang lebih. Sisa uang memesan tiket pesawat ke Surabaya, aku gunakan untuk mampir di tempat dukun yang direkomendasikan tetangga. Tipe yang mudah bergaul, membuatku akrab dengan tetangga. Maka, dengan mudah mereka membongkar aib pribadi. Termasuk memberitahu tentang rahasia menaklukan suami, maupun mertua."Pakai minyak wangi asihan ini. Tatap mata mertuamu, lalu tampilkan senyuman. Dijamin, mertuamu akan patuh dan menyangimu.""Siap, Mbah. Terima kasih.""Tapi ingat, mantra-mantra ini hanya bertahan beberapa bulan. Kalau mau panjang
Baca selengkapnya
Azab Untuk Nadia
Ibu mertua akan membahas hal penting setelah makan bersama. Tentu untuk membicarakan permintaanku di depan bapak mertua dan Mas Ilyas. Meminta keadilan, untuk anakku kelak. "Langsung saja, Pak. Ibu mau bapak menyerahkan setengah harta warisan untuk calon anaknya Nadia," ujar ibu setelah makan malam selesai."Nadia hamil, Bu?" tanya Mas Ilyas kaget."Belum. Tapi, sebentar lagi Nadia pasti punya anak.""Hahaha, kamu ini lucu, Bu."Bapak malah tertawa. Diiringi senyum sinis. Dia meneguk segelas air putih. Lalu, menatap tajam ke arahku."Lucu gimana sih, Pak. Ibu serius. Bapak harus adil.""Sadar Bu, menantu kesayangan ibu ini, belum hamil. Tak Sudi Bapak memberikan harta warisan, dari sekarang. Pasti perempuan licik seperti dia ingin menguasai hartaku.""Bapak, dijaga ucapannya.""Emang bener, toh. Iya 'Kan Nadia?"Pria tua itu menatap dongkol. Kenapa dia bisa membaca gerak gerikku? sialan. Kakek tua yang tidak tahu diri. Harusnya dia tidak berkata demikian. Apa susahnya menghibahkan h
Baca selengkapnya
Sidang Putusan
POV Ela"Pergi kalian, pergi!" usir Nadia.Sejujurnya aku begitu prihatin dengan keadaan Nadia. Tidak ada tanda-tanda petaka, tiba-tiba berita kecelakaan Nadia Samapi ke telinga. Kemarin Mas Ilyas yang mengabari. Besoknya, aku dan Laras sengaja menjenguk. Ikut bersimpati, dan berniat mendoakan kesembuhannya. Namun, Nadia malah mengusir kami. Ternyata, musibah yang dia dapatkan sama sekali tidak menyadarkannya. Atas dosa-dosa yang sudah diperbuat."Nadia, tenang. Kami ke sini sama sekali tidak ada maksud jelek.""Pergi kalian. Gak usah sok baik!" bentaknya diiringi Isak tangis. Tangan yang sedang diinfus, dia kibas-kibaskan untuk mengusirku."Heh, Nenek Gayung. Kami bukan sok baik. Tapi hati kamu saja yang julid. Orang berbuat baik, dianggap mau ngeledek. Sengklek nih, orang.""Diam! pergi, hiks, hiks. Puas kalian liat kondisiku? puas, hah?""Istigfar, Dek, tenanglah.""Usir mereka, Mas.""Nadia, kamu benar-benar keterlaluan. Sadarlah, kamu yang mengundang bala. Saya tau, kamu mau meni
Baca selengkapnya
Memaafkan Ayah
POV Zahwa"Berpikirlah sebelum bertindak, Wa. Dendam yang kamu tanam, hanya menyiksa dirimu sendiri. Sama sekali tidak menyelesaikan masalah," nasihat Kak Fauzi saat di rumah sakit."Tapi Awa benci Ayah, Ka. Awa jadi kaya gini semua karena Ayah.""Kamu kaya gini, bukan karena Ayah. Tapi, Awa sendiri yang memilih jalan yang salah.""Enggak. Ayah yang salah. Andai keluarga Awa masih utuh. Andai Ayah gak pernah berkhianat. Awa gak bakal melampiaskannya sama narkoba.""Jangan menyalahkan orang lain, atas kesalahan yang dibuat sendiri. Awa bukan anak kecil lagi. Seharusnya paham, bagaimana cara terbaik merespon masalah.""Halah, Kakak emang gak pernah ngertiin aku. Coba Ka Fauzi di posisi aku.""Kakak memang tidak akan bisa merasakan perasaan kamu seutuhnya. Tapi, Kakak menegaskan bahwa apapun alasannya, menggunakan narkoba secara sadar, itu perbuatan yang salah. Dosa besar, Wa."Kak Fauzi berbicara penuh penekanan. Baru kali ini, aku melihat wajahnya yang begitu serius. Dia menunjukan kek
Baca selengkapnya
Isi Hati Arya
POV Ela"Dor!""Laras," Jawabku datar.Laras berulah. Dia merecokiku yang sedang sibuk di dapur. Aku respon dengan kesal. Tidak kaget sama sekali. Derap langkah Laras sudah terdengar lebih dulu. Sehingga, paham dia sengaja mengagetiku. Aku memilih abai, dan lanjut meracik masker organik. Tak bergairah untuk melakukan lelucon."Mbak ko, gak kaget, sih. Jawabnya datar kaya setrikaan. Lempeng tapi bikin panas.""Diem, Ras.""Yaelah, Mbak. Santuy Napa. Mukanya suram dan gelap banget kaya pantat panci.""Heem.""Heem-heem doang lagi. Mbak sakit gigi?""Ras, Mbak lagi fokus kerja, nih. Jangan ganggu.""Senyum dong, Mbak. Nih, Laras keluarin jurus sarimin pergi memasak."Laras berjalan mengangkang. Wajah dan gerakan tubuhnya disamakan dengan monyet. Kemudian, tangannya bergaya ala-ala orang memegang spatula."Edan. Sana atraksi di pasar. Bukannya bantuin. Malah aneh-aneh," responku tak acuh.Selucu apapun Laras melawak, hati rasanya tak tersentuh untuk tertawa. Bibir seakan direkatkan rem.
Baca selengkapnya
Laras Menangis
"Aku suka sama kamu, El," ulang Arya."Hahaha, ya ampun, Pak Detektif lagi kenapa? kurang seons nih, hatinya. Bilang suka-suka segala. Emang aku Andin, sampe ngefens gitu.""Kurang tepat yah, kata-katanya. Aku ulang lagi."Arya membenarkan posisi duduknya. Bersila menghadapku. Dengan raut wajah serius. Dihiasi tatapan yang sulit diartikan."El, aku sayang sama kamu. Apa kamu punya perasaan yang sama?"Jantung mengalun bagai alunan musik reggae. Jedag jedug, tak menentu. Sorot mata Arya, benar-benar menggambarkan isi ucapannya. Sama sekali tak ada sisi bercanda. Apa benar dia menyukaiku? aku harus jawab apa?"Maaf, El. Aku harus tahu perasaan kamu. Sebelum semuanya terlambat. Tolong berikan jawaban apapun. Supaya perasaanku lega.""Pak detektif, jujur aku gak tahu harus jawab apa. Bapak ini, kebanyakan makan jengkol atau udang rebus? ko, ngomongnya ngelantur gitu.""Aku memang benar-benar menyukaimu, El. Bidadari hebat, yang selama beberapa bulan ini, mengisi hati. Yang bayangannya ter
Baca selengkapnya
Surat Undangan
"Nginep di sini? Mas ngelindur, yah?" tanyaku memastikan."Enggak, La. Tolong, Mas benar-benar kacau."Penampilan Mas Ilyas memang urak-urakan. Dia hanya datang menggunakan motor, dengan baju kaos dan celana pendek. Wajahnya suram. Apa yang terjadi? kenapa hari ini, hidupku dipenuhi orang-orang galau. Awalnya Arya, kemudian Laras, dan sekarang Mas Ilyas. Mereka pikir, aku badut yang bisa menghibur dikala gundah gulana? baiklah, tak ada salahnya membantu sesama manusia, yang sedang dihampiri penderitaan perasaan."Masuk, Mas. Duduk dulu.""Makasih, La"Inginku mengusir Mas Ilyas. Biar dia tidak seenaknya tinggal di sini. Namun, tak tega melihat kondisinya. Aku percaya, dia jujur tentang keadaannya saat ini. Sebenarnya apa yang terjadi? apa mungkin sudah meletus perang dunia ke sepuluh diantara Mas Ilyas dan Nadia? ah, kenapa juga harus ke sini? Mas Ilyas pikir, aku tempat pelarian? enak saja. Aku bukan sandal jepit yang bisa digunakan kapanpun, dan dibuang seenaknya. "Nih, minum kopi
Baca selengkapnya
Resepsi Pernikahan
"Satu, dua, tiga!" Brugh!Aba-aba dua orang pria yang mendobrak pintu kamar Laras. Dengan kekuatan penuh, akhirnya pintu dapat terbuka. "Mbak, usir ulat bulunya," ucap Laras yang bersembunyi didekat lemari. Aku ikuti arah telunjuk Laras. Ternyata ada ulat bulu yang sedang nangkring di atas bantal. Ulat berukuran jempol manusia. Berwarna hitam, dengan bulu lebat yang nampak mekar. Akibat kehadiran makhluk imut itu, kamar Laras jadi berantakan. Vas bunga kesayangannya pecah berserakan. Selimut acak-acakan di lantai."Ya Allah, Laras. Bikin orang tua jantungan.""Hehehe, maaf, Emak. 'Kan Emak tahu, Laras dari kecil fobia ulat bulu. Ih, liat tuh Mak bulunya. Kaya jarum. Pasti gatel, dan bikin sakit dikulit."Laras memang punya fobia terhadap ulat bulu. Berawal dari sekolah dasar. Waktu itu, emak panik ketika Laras pulang bermain malah menangis. Dia menunjukan bagian paha yang tertutup rok selutut. Ternyata, ada ulat bulu nemplok di pahanya. Anak itu, memang suka bermain di kebun, lari
Baca selengkapnya
Melepas Dengan Ikhlas
"Mas Arya, hiks, hiks."Laras mendekap erat pujaan hatinya. Arya nampak melirik pada sang istri. Mereka seakan saling memberi kode. Aku lihat, istri Arys hanya tersenyum. Seolah-olah membiarkan Laras mengungkapkan isi hatinya."Ras, tenang, yah," bujuk Arya."Mas Arya. Kalau boleh negosiasi, aku pengen Mas jadi jodohku. Tapi, kalau Tuhan berkata, Laras bukan jodoh Mas. Aku bisa apa?""Ras, lepasin. Malu diliatin tamu," perintahku. Namun, tak digubris sama sekali.“Bentar, Mbak. Ngertiin Laras kali ini saja, hiks, hiks,” jawab Laras tanpa melepaskan pelukannya.Dunia seakan hanya milik Laras. Dia tak perduli banyak mata yang menatap dengan anggapan yang beragam. Desas desus gosip mulai terdengar. Beberapa orang memandang tak suka dengan perlakuan Laras. Ada lagi yang memanfaatkan suasana untuk membuat konten. Sengaja memvideokan kejadian ini.Kepalaku bagai tertimpa kontener. Pusing lima belas keliling. Tak tahu harus berbuat apa. Kalau nekat memisahkan Laras dari Arya, khawatir adikku
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1234567
DMCA.com Protection Status