Semua Bab Gara-Gara Status Palsu: Bab 11 - Bab 20
51 Bab
Mulai Merasa Terganggu
"Maksudmu? Waa ... wa ... waah! Kamu kemaren malam pingsan bohongan, Ra?" Otak Zayen cukup cerdas untuk membuat kesimpulan sendiri."Kalau iya kenapa? Aku juga tau kalau ternyata tanganmu jahil juga. Suka gentayangan kemana-mana di badan orang. Katanya enggak tertarik, nyatanya .... he-em!" Mulut Aira mencebik sambil melepaskan dirinya dari Zayen."Ooohhh! Dasar kamu, Ra! Ratunya dalam berpura-pura. Nyesal aku cuma pakai tangan kemaren malam. Tau gitu sekalian aja kulahap kamu, Ra," getutu Zayen yang makin salah tingkah."Sekalian aja apa?" ketus Aira sambil menatap Zayen tajam."Sekalian pake kaki, kuinjak-injak!" sahut Zayen asal.Aira mencibir, tapi tak menjawab. Ia takut Zayen marah, lalu meninggalkannya sendiri di atas pohon bila ia banyak bicara. Zayen berbalik bersiap-siap kembali menuju pohon."Zayeeen, tunggu! Aku enggak bisa jalan," pinta Aira karena ia masih ketakutan jika melihat ke bawah.Zayen berpura pura tak mendengar, dan terus aja melangkah menuju ke ujung jembatan.
Baca selengkapnya
Gundah
Tiiing ....[Kamu masih belum keluar kamar hari ini, Ra?]Aira terlonjak, karena terlalu lama berfikir dia lupa janjinya untuk mengirim foto kepada Bu Indarti hingga notif pesan WA nya berbunyi.[Heheheh ... tadi ke Pantai Lamaru aja, Bu][Fotonya?][Oh, iya ... maaf lupa, Bu.]Lalu Aira memilih-milih foto mereka ketika di pantai. Sesekali dia tersenyum, dipilih 2 foto yang menurutnya terbaik, lalu di kirim ke Bu Indarti.[Besok mau kemana lagi?][Besok enggak kemana-mana, Bu. Capek, hehe]Bu indarti hanya membalas dengan stiker love bertubi-tubi. Entah kebohongan ke berapa yang di katakan Aira. Kini hati kecilnya harus menanggung rasa bersalah, akibat kepalsuan-kepalsuan yang di lakukan sebelum menikah. Jika waktu bisa di putar kembali, Aira tidak akan memilih caranya yang norak untuk mendapatkan laki-laki kaya. Toh, akhirnya yang ia dapatkan hanya seorang Zayen, yang membuatnya hidup dalam kebohongan dan kebohongan yang saling bersambungan.Keesokan harinya, Aira hanya menghabiska
Baca selengkapnya
Kejutan Lagi dan Lagi
Zayen mengurut-urut pelipisnya dengan jari tengah dan jempolnya. Ada keraguan dihati untuk melepaskan Aira sendiri, ditambah lagi dengan permintaan Aira yang ingin menjauh. Tapi ia tak bisa berbuat apa-apa, karena sudah terlanjur menyanggupi. Lagi pula, Zayen sadar jika Aira tidak menginginkan dirinya. Memaksa Aira untuk selalu dekat, akan membuat keduanya sama-sama tersiksa."Kamu benar, Ra! Mungkin memang sebaiknya kita saling menjauh. Lalu pelan-pelan saling melepaskan diri, dari ikatan yang penuh kepalsuan ini."Zayen bergumam lirih di dalam hati. Di lihatnya sekali lagi wajah Aira dengan lekat. Hatinya bertambah masygul."Pak, nanti kita ke tempat dia dulu, ambil semua barang-barangnya," ucap Zayen akhirnya sambil melempar pandangan ke luar.Driver travel tersebut tidak menjawab, hanya melirik di kaca. Perlahan mobil meninggalkan Bukit Soeharto dan mulai memasuki kawasan padat penduduk. Di kanan-kiri jalan banyak terlihat buah-buahan berjejer dengan rapi, dijual langsung dari pe
Baca selengkapnya
Maju Salah Mundur Salah
"Baiklah, kalau begitu! Saya sangat-sangat berterima kasih atas kebaikan Bapak dan Ibu. Saya tidak keberatan menerimanya, hanya Allah yang bisa membalas kebaikan Bapak dan Ibu. Saya juga tidak keberatan gajih saya di potong. Bagaimana denganmu, Aira?" tanya Zayen sambil berpaling seolah-olah meminta persetujuan Aira."A-Aku ... enggak keberatan, terima kasih atas kebaikan Bapak dan Ibu," ucap Aira terbata-bata sambi menunduk."Alhamdulillah ...." keempat majikan mereka serempak menjawab ucapan Aira sambil menyapu wajah dengan kedua telapak tangan ."Nah, Aira ... mulai sekarang, dapurmu ada dua ya. Masak dulu buat suamimu, baru masak ke tempat Ibu," ucap Bu Indarti sambil menepuk pundak Aira.Aira tersenyum dan cepat-cepat menunduk, menyembunyikan senyum getir yang tersungging di bibirnya.Zayen menarik nafas panjang, lega karena Aira ikut meringankan bebannya menanggung cicilan rumah. Walaupun ia melihat gurat kekecewaan yang berdampingan dengan senyum Aira."Tenang aja Zayen, Aira
Baca selengkapnya
Sepakat
Zayen pergi ke belakang untuk melihat-lihat kamar mandi. Walaupun sederhana, namun kamar mandi dan toilet di rumah tersebut tidak bergabung, melainkan berdampingan. Desain yang lumayan bagus oleh pemilik sebelumnya.Masih tanpa bicara, Aira dan Zayen kembali melangkah ke ruang tamu. Walau tanpa meja dan kursi, namun ruangan tersebut tetap terlihat nyaman. Ada sebuah ambal ukuran sedang terhampar di depan meja, di atasnya ada televisi model tabung jaman dahulu dengan layar 14 inch. Cukup untuk sekedar melihat kabar dari berbagai penjuru Indonesia. Toh, jaman now manusia lebih banyak memandang layar handphone daripada layar televisi.Aira mengarahkan pandangannya menuju sebuah pintu yang menghadap ke ruang tamu. Rupanya, rumah tersebut hanya memiliki satu buah kamar tidur. Tentu saja, Aira langsung bergegas menuju kamar. "Omegot!" Seru Aira setengah terpekik begitu tiba di depan pintu kamar. Zayen terkejut dan langsung menghampiri Aira yang masih menutup mulut."Ada apa? Kok teriak-ter
Baca selengkapnya
Keanehan Sikap Aira
"Raaa! Sisain tempat bajuku," teriak Zayen dari depan televisi pada Aira yang sedang asyik menyusun beberapa pakaian miliknya."Iya-ya! Ga usah teriak-teriak kaya Tarzan, telingaku enggak budeg," ketus Aira sambil keluar dari kamar."Sudah tu! giliranmu," lanjutnya sambil merebut remot televisi dari tangan Zayen.Zayen melangkah masuk ke dalam kamar. Ia meraih koper dan tas miliknya lalu membuka lemari."Kok, aku cuma di sisain satu tempat, Ra?" protesnya."Itu sih, derita loe! Siapa suruh nyusun belakangan," jawab Aira dari luar sambil memindah-mindahkan chanel televisi."Enggak bisa gitu dong! Mana muat bajuku cuma satu tempat," sungut Zayen."Nih! Sementara. Ntar beli sendiri aja lemarinya," ucap Aira sambil melempar sebuah kardus bekas ke dalam kamar."Ya mendingan di koper, lah!" Zayen balas melempar kardusnya keluar."Sombong!" gerutu Aira sambil melangkah menuju dapur.Aira mulai diserang rasa lapar. Tapi lelah juga masih belum berniat pergi dari anggota tubuhnya. Aira melihat
Baca selengkapnya
Cemburu?
"Sorry, kepencet," ucap Aira berbohong."Rem motormu masih beres, kan?" Selidik Zayen."Emm ... enggak terlalu cakram aja, sih," lanjut Aira berbohong. Padahal memang karena fokus memencet klakson, tangannya lupa menarik rem.Zayen berbalik masuk di iringi oleh Aira. Langkah Aira tergesa-gesa ingin mendahului Zayen."Kamu kenapa sih, Ra?""Mau pipis! Kebelet tau," jawabnya.Zayen hanya geleng-geleng kepala melihat tingkah istrinya. Sesampai di dapur, Aira heran ada mangkok berisi sambel goreng hati, kentang dan buncis. Satu lagi piring berisi rendang daging. Aira meneguk liur melihat rendang sapi kesukaannya."Tapi, siapa yang masak?""Apa dia beli?""Ah, enggak mungkin. Kan kata Bu May, dia enggak doyan makanan dari luar,"Aira berpikir lalu menepis sendiri pertanyaan di kepalanya.Berbalik ke kamar mengambil handuk dan baju ganti. Melihat menu di meja makan perutnya mendadak di serang rasa lapar. Tak sabar ia ingin memindahkan isi mangkok dan piring tersebut ke dalam perut.Selesai
Baca selengkapnya
Pengakuan yang Terlambat
Malam ketiga, giliran Aira kembali tidur di kamar. Ia merebahkan dirinya sambil tersenyum. Diraihnya handphone lalu jari-jarinya mulai berselancar di aplikasi facebook dan instagram. Tangannya berhenti pada sebuah foto profil seorang lelaki yang muncul di kolom penawaran pertemanan. walaupun dengan setelan baju koko dan kopiah berwarna hitam, tak mengurangi ketampanannya. Tangannya tertarik untuk mengklik profil suaminya tersebut. Selama ini ia dan Zayen memang hanya terhubung lewat WA. Untuk sosial media yang lain Aira tidak begitu perduli.Tapi malam ini, entah mengapa ia ingin melihat-lihat beranda milik suaminya tersebut."Sial!" umpatnya.Rupanya Zayen sudah mengunci pengaturan privasi di akun milikknya. Yang bisa melihat berandanya, hanya yang berteman saja. Sedangkan dia tidak berteman. "Add enggak, ya?"Aira berbicara dengan dirinya sendiri sambil memutar-mutar hp di tangannya. "Ah, enggak usah!" sambil meletakkan kembali handphone di pembaringan.Aira merasa tenggorokanny
Baca selengkapnya
Bimbang
"Kita pulang," ucap Aira sambil menarik tangannya dari genggaman Niko yang mulai mengombang-ambingkan perasaannya.Sepanjang perjalanan pulang Aira dan Niko hanya berdiam diri. Aira tak berniat berbicara hingga mereka tiba di rumah Niko kembali. Aira keluar dari mobil dan langsung saja menuju garasi.Aira mengeluarkan sepeda motornya dan langsung saja pulang tampa pamit pada Niko yang memandangnya dengan pandangan serba salah.Sepanjang perjalanan pulang, Aira memikirkan ucapan Niko di Taman tadi. Ternyata perasaannya dulu pada Niko tak bertepuk sebelah tangan seperti yang ia pikirkan sebelumnya."Hhhhuuuhh"Aira mendengkus di dalam hati, sedikit menyesali semua yang terjadi. Tapi sekarang, dia bisa apa?Bayangan Niko dan Zayen silih berganti mengiringi Aira yang memacu sepeda motor lebih cepat dari biasanya, karena hari sudah mulai memasuki waktu magrib.***Aira tiba rumahnya setelah magrib. Ketika ingin memasuki pintu rumah, ia mendengar suara Zayen tengah berbicara dengan seseoran
Baca selengkapnya
Keributan dan Permintaan
Dalam kekalutan pikiran Zayen terpikir untuk menelpon Bu Indarti. Berkali-kali ia memencet tombol panggilan di handphonenya, berkali-kali pula jempolnya membatalkan. Zayen ragu dan malu jika harus meminta bantuan pada orang yang terlalu banyak membantunya. Tapi, kalau bukan Bu Indarti, siapa lagi? Akhirnya Zayen memutuskan untuk tetap menghubunginya."Asalamualaikum, Bu! Maaf menggangu, Saya ... saya ...memerlukan bantuan Ibu," ungkap Zayen terbata-bata."Ada apa, Zayen?""Bu ... Aira kecelakaan, dia belum sadar dan mengalami pendarahan di bagian kepala. Aira ....""Katakan di rumah sakit mana?" Potong Bu Indarti cepat.Setelah menyebutkan rumah sakit tempat mereka berada, Zayen menutup sambungan teleponnya. Zayen terduduk lemas dan tak henti-hentinya berdoa untuk keselamatan Aira. Sekitar setengah jam kemudian, Bu Indarti tiba dan menghampiri Zayen dengan terburu-buru."Bagaimana keadaan Aira?""Masih ditindak, Bu," suara Zayen terdengar parau."Kenapa bisa jadi begini? Tadi Aira p
Baca selengkapnya
Sebelumnya
123456
DMCA.com Protection Status