Semua Bab Pembalasan Rita : Bab 21 - Bab 30
55 Bab
Chapter 21 Semesta
Awan kelabu menggelayut semakin pekat ditambah dengan gemuruhnya guntur dan petir yang saling bersahutan. Angin berhembus kencang menerbangkan daun-daun yang berguguran. Namun semua itu tidak tidak membuat tiga lelaki dewasa menghentikan kegiatan mereka membersihkan sebuah makam dan menggantinya dengan nisan batu berbahan marmer dengan bertuliskan nama Angelica Princess Chandara. Tubuh mungil janin perempuan terkubur di bawah sana, tertutup rumput gajah yang tingginya hampir menyamai pria gagah dengan pakaian santai itu. Arka mengenakan celana pendek selutut berwarna khaki dan kaos polos hitam membantu dua orang pekerjanya mencabut habis rumput-rumput itu dan memasang nisan di atasnya. Setelah semuanya usai, kedua orang lainnya mengundurkan diri untuk berteduh di sebuah gazebo yang terletak tidak jauh dari sana sementara Arka menggunakan jas hujan berwarna hitam tetap berada di sana menabur air mawar dan bunga untuk putrinya."Kau tahu, Sayang. Mulai saat ini dan seterusnya kamu akan
Baca selengkapnya
Chapter 22 Demam
Rita menoleh ke belakang tubuh saat mendengar keributan kecil waktu menunggu antrian lift bersama dengan pegawai yang lain. Ia kemudian menelan saliva-nya kasar melihat Arka dengan senyum lebarnya membalas hampir semua sapaan pegawai perempuan di gedung ini. Namun dahinya mengernyit saat melihat Arka bukannya mengenakan pakaian kerja dengan jas rapi tetapi hanya menggunakan baju kaos berkerah warna biru muda dan celana kain berwarna hitam."Ayo bergabung denganku di lift satunya," ajak Arka tanpa benar-benar berhenti di depan Rita dan hanya melihatnya sekilas. Rita mengikuti pria itu dalam diam dan sampai berada di lift yang hanya berisi mereka berdua pun, Arka masih terlihat santai namun juga tidak memulai percakapan. Entah hanya sekedar basa-basi atau apalah. Sungguh berbeda dengan apa yang dilakukan oleh pria itu saat mereka berada di villa. Tak terasa hal itu membuat Rita merindu walau, rasa bersalah menyeruak mungkin sikapnya yang ketus pada pria itu dan menyuruhnya untuk tidak
Baca selengkapnya
Chapter 23 Tetap Di Sini
Rita dibantu dua orang pegawai pria memapah tubuh Arka menuju ruangannya. "Bapak mau ke UKS saja?" tanya Rita dengan sikap formal karena ada dua orang rekan kerjanya.Arka yang berbaring di sofa berwarna hitam membuka matanya yang memerah sebentar melirik tajam ke arah Rita yang berdiri menjaga jarak darinya. "Tidak. Aku membutuhkanmu di sini," ujarnya dengan suara parau."Jika di Unit Kesehatan ada Dokter di sana yang mengobati." Rita masih gigih menyuarakan pendapatnya dan mendapatkan gelengan dari Arka."Kalian berdua bisa kembali bekerja.""Baik Pak," balas keduanya nyaris dalam waktu yang bersamaan. "Mbak Rita, kalau butuh apa-apa panggil saya saja," kata salah satu diantaranya.Rita mengangguk dan tersenyum simpul. Rita kemudian memusatkan perhatian kepada Arka dan berserobok dengan mata setajam elang nan dingin walau wajah itu memerah karena demam. Rita mendengkus dan mendekat. Percuma membujuk Arka untuk ke UKS. Jadi ia duduk di tepi sofa setelah Arka kembali memejamkan ma
Baca selengkapnya
Chapter 24 Percaya
Rita duduk dibalik kemudi sementara Arka merebahkan diri di kursi penumpang. Rita terpaksa mengantarkan pria itu pulang setelah drama bubur ayam tercampur potongan seledri. Arka kembali seperti anak-anak jika menyangkut bubur dan daun seledri. "Kamu mau pulang ke mana?""Ke rumahmu."Rita melotot dari balik kemudi. Mereka saat ini masih berada di halaman parkir. "Gila."Arka yang sedang memijat keningnya sendiri kemudian menoleh. "Apanya yang gila. Aku berhak berada di rumahmu. Aku bahkan lebih seperti suamimu daripada si Apri.""Jangan ngawur. Apa kata tetanggaku nantinya."Arka tersenyum kecut dan memutar bola matanya malas. "Seperti kamu peduli dengan kata mereka saja. Aku bahkan tahu jika rumahmu yang berpagar tembok setinggi 3 meter itu bahkan tidak bisa diintip dari luar.""Konyol. Seharusnya kamu ke rumah sakit saja, bagaimana?""Tidak.""Kalau begitu ke rumah orang tuamu.""Tidak.""Ayolah jangan keras kepala.""Aku ingin kamu yang mengurusku. Bukan orang lain. Aku tidak ped
Baca selengkapnya
Chapter 25 Gagal
"Maaf sebelumnya Bu. Saya dulu sempat dengar kalau Bu Rakmi itu sebetulnya nggak suka punya mantu Bu Rita karena nggak cocok sama Bu Daya. Soal makam saya belum pernah dengar kecuali makamnya jabang bayi kliwon saja.""Jabang bayi kliwon?""Iya. Jabang bayi kliwon anaknya Ibu."Rita menghela napas panjang seraya menempelkan dahinya pada jendela kamar yang menghadap ke taman yang saat ini basah oleh air hujan. Hatinya bertambah sakit menjadi-jadi mengingat pembicaraannya dengan, Eli. Bayinya dari kehamilan kedua yang gugur saat kehamilan enam bulan bahkan susah ia siapkan nama dan ternyata hanya disebut sebagai bayi kliwon. Mereka ternyata memang tidak pernah menghargai keberadaannya. Ia bahkan sudah memberikan nama itu untuk di tulis di makam. Rita sampai saat ini juga tidak tahu di mana makam anaknya karena ia masih tidak kuasa untuk melihat. Rita memukul-mukul dadanya sendiri karena benci akan kelemahannya."Ibu macam apa aku. Bahkan melihat makam anaknya sendiri saja tidak kuat," g
Baca selengkapnya
Chapter 26 Urban Hill
Rita yang sedang fokus menumis terkejut mendapatkan kecupan di pipi dan rengkuhan erat di perut merapatkan dua tubuh lawan jenis merapat bagaikan terkena magnet."Aku sedang masak. Kondisikan dirimu." Lidah bisa saja menegur, ketus. Namun hati meleleh bagai es terkena sengatan matahari. Jika salah satu tangannya tak bisa menopang tubuh, sudah bisa dipastikan lututnya yang terasa lemas takkan mampu menopang bobot tubuhnya."Memangnya apa yang aku lakukan? Aku hanya menyapa kekasihku. Kekasihku yang menghilang dan kini kembali pulang, ke pelukanku tentu saja," ujar Arka seraya kini bibirnya berpindah pada daun telinga Rita dan menggigitnya lembut."Jorok ih," protes Rita menjauhkan kepala yang lantas ditahan oleh Arka dengan mengalungkan lengannya menahan kepala itu untuk tidak menjauh serta memberikan kecupan di pipi, dalam dan lama."Aku selalu mencintaimu." Arka merentangkan telapak tangannya diperut bagian bawah Rita dan melanjutkan perkataannya, "aku tidak peduli bahwa kamu pernah
Baca selengkapnya
Chapter 27 Kamu Mencintainya?
Rita tertegun menatap bagaimana lahapnya Arka menyantap soto ayam dan ini adalah porsi keduanya dan dua buah tahu isi dan beberapa tusuk sate telur puyuh dan usus ayam. Sementara ia saja hanya mampu menghabiskan satu mangkok soto dan sebungkus kerupuk rambak."Kamu benar-benar kelaparan, doyan atau seperti orang yang sudah tidak pernah makan makanan itu." Rita mengatakan hal itu seraya menggeleng-gelengkan kepalanya takjub."Aku tidak pernah makan di pinggir jalan begini sejak tidak lagi ada kamu di sisiku."Rita tertegun kini. Hatinya jelas tersentuh dengan apa yang diucapkan oleh Arka, ternyata pria ini semenderita itu selama tidak bersamanya. "Apakah kamu tidak pernah berhub ….""Tidak pernah. Hanya kamu dan selamanya cuma kamu," potong Arka yang kini menghentikan suapan dan meraih gelas es jeruknya.Arka mengucapkan hal itu bukan dengan melakukan sesuatu yang romantis tetapi seolah ucapan itu seperti biasa saja. Santai dan tidak ada beban, tetapi jelas dari sorot matanya yang dala
Baca selengkapnya
Chapter 28 Cari Tahu
Rita nyaris menyemburkan cairan kopi dalam mulutnya saat tanpa sengaja membaca artikel digital di halaman pencarian laptopnya. 'Saham perusahaan Kayu Emas menurun tajam dikarenakan sang pemimpin yang tidak lain adalah Aprianto Suhardiman memiliki istri baru tanpa meminta restu dulu dengan istri pertama dan membawa serta seorang bayi''Para investor mencabut semua dana karena menganggap pemimpin Kayu Emas tak lagi kompeten''Rita Zaire istri pertama dari Apriyanto Suhardiman terlihat menghabiskan acara makan siangnya di sebuah kedai soto bersama dengan Arka Chandara yang tidak lain adalah mantan pacarnya. Apakah semua ada hubungannya dengan Rita yang pergi dari rumah mertuanya?''Desas desus perceraian antara Rita Zaire dan Aprianto Suhardiman dinilai sebagai salah satu sebab menurunnya harga saham perusahaan Kayu Emas''Demo di depan pendopo sanggar seni berakhir dengan damai.''Kesalahpahaman tentang ditutupnya pendopo kesenian. Berakhir dengan baik setelah Yuda Wibowo yang diketahu
Baca selengkapnya
Chapter 29 Segera
"Apa kamu tahu, mertuamu opname?""Masa? Bisa sakit juga dia ternyata setelah kepergianku," jawab Rita dingin."Mbak, kamu ... nggak apa-apa?""Aku sehat. Kalau itu yang kamu khawatirkan.""Aku merasa suhu udara pagi ini sampai pada titik beku begitu mendengar jawabanmu," ujar Edwin dengan nada hati-hati. Ia jelas tidak ingin merusak suasana hati kliennya pagi-pagi."Ck. Kamu berlebihan. Aku memang sudah tidak peduli dengan mereka. Dan benci setengah mati." Kalimat terakhir tentu tidak diucapkan oleh Rita. Balas dendamnya akan ia lakukan secara diam-diam."Mbak, jangan sungkan jika ingin meminta bantuanku."Rita tertegun sebentar mendengar penuturan Edwin. Ia merasa pengacara mudanya itu seperti bisa membaca pikirannya."Apa maksudmu?""Aku tidak bisa menutup mata dan mengenyahkan pikiran. Melihat apa yang terjadi di dalam keluarga Suhardiman. Aku tidak yakin jika kamu akan diam menerima perlakuan mereka. Aku tahu kamu bertanya lagi soal kasus kecelakaan yang menimpamu dulu.""Kamu be
Baca selengkapnya
Chapter 30 Perceraian
Hendro yang semula duduk di kursi tunggu depan kamar Rakmi langsung bangkit melihat Apriyanto datang dengan keadaan tak terurus. "Mau apa kamu kemari?" Hendro menghadang Apriyanto seraya bertanya."Mau melihat Ibu-lah," balasnya tak kalah sengit.Hendro memicingkan matanya memindai sang adik dari kaki sampai ke puncak kepala. "Dalam keadaan kacau begini? Berapa lama sih, kamu nggak mandi? Pulang sana, bersihkan diri dan urus anak-istrimu.""Aku ingin bertemu Ibu." Apriyanto bersikeras."Aku tidak izinkan. Tampangmu payah begini, bisa-bisa Ibu semakin sakit melihatmu.""Memangnya sakit apa Ibu, Mas?""Kanker Servik, puas kamu?!""Kanker? Ah ... nggak mungkin, Mas pasti bercanda.""Terserah kalau kamu nggak percaya.""Ibu sudah tua. Bahkan sudah menopause. Bagaimana mungkin masih bisa sakit begitu.""Apa yang tidak bisa di dunia ini.""Kalau begitu, aku bisa mendapatkan Rita kembali.""Dalam mimpimu. Sudah pulanglah, ada surat dari Rita untukmu.""Surat apa? Rita bisa hubungi nomorku j
Baca selengkapnya
Sebelumnya
123456
DMCA.com Protection Status