All Chapters of Pembalasan Rita : Chapter 41 - Chapter 50
55 Chapters
Chapter 41 Dokument
Sudah kali kedua Rita memeriksa keberadaan Eshan yang terbaring sungguh nyenyak di ranjang yang biasa ditempati oleh Arka. Walaupun awalnya harus memulai perdebatan panjang karena bocah tersebut ingin tidur di depan televisi seperti saat tidur siang. Ia beralasan sudah cukup nyaman dengan alas tidur yang tersedia.Sampai dini hari, Rita terbangun di samping Eshan. Sosok Arka baru juga nampak di rumahnya. Jarum jam sudah mengarah ke angka tiga dini hari. "Maaf Sayang. Setelah Ilham pergi, Ayah mengajakku mengobrol."Raut wajah yang letih dan sayu membuat hati Rita bersimpati. Tentu saja ia bisa memaklumi, bagaimanapun Arka masih memiliki orang tua yang lebih punya hak atas dirinya, terlebih belum ada ikatan pernikahan di antara mereka."Apakah dia mencariku?" tanya Arka setelah menyematkan sebuah kecupan di dahi Rita. Kedua ibu jarinya masih mengusap rahang wanitanya. Rita mengangguk. "Huum, dia sempat menanyakanmu. Aku bilang kamu kerja."Arka tersenyum lembut dengan hati yang mengh
Read more
Chapter 42 Proses Perceraian
Apriyanto mengamuk dengan melepas infus yang tertancap di lengan kanannya. Dua orang perawat menahan tubuhnya agar tidak bangkit dari ranjang. Terbangun dan menyadari ia berada di rumah sakit, membuat dirinya seketika panik. Hal terakhir yang dirinya ingat adalah mencari Rita. Ia harus mendapatkan sertifikat itu, dan menghentikan upaya sang istri untuk menceraikan dirinya. Apriyanto tidak ingin kehilangan wanitanya, di dunia ini yang bisa menerima apa adanya hanyalah Rita. Sementara yang lain penuh kepalsuan dan memanfaatkan dirinya. Walaupun upaya untuk mendapatkan Rita juga bukan dengan cara yang benar. "Jangan halangi aku. Biarkan aku pergi, kalian akan menyesal menahanku di sini, " geramnya penuh amarah dengan sorot putus asa. Sedetik kemudian tubuhnya kembali lemas dan terbaring. "Aku harus hentikan perceraian ini. Jangan biarkan Rita menceraikan aku Mbak Yesi," racaunya dengan tatapan mengiba ke arah Yesi sebelum hilang kesadaran akibat suntikan penenang dari Dokter. Yesi yan
Read more
Chapter 43 Pergi
Tujuan Rita berikutnya setelah persidangan adalah ke makam desa ia ingin mencari makam anaknya, si Jabang Bayi Kliwon.Saat ia melewati rumah mertuanya, ada Yesi berdiri di depan gerbang. Wajah wanita itu tampak sendu. Rita menepikan kendaraan mengingat mertuanya tidak ada di rumah jadi ia tidak perlu bertemu dan berurusan dengan rubah betina tersebut."Ada apa?" tanyanya begitu berdiri tepat di depan Yesi. "Kamu benar. Bayi itu bukan anak Apriyanto.""Kamu sudah punya bukti?" tanya Rita. Rita yang sejujurnya merasa ragu jika anak tersebut adalah buah hati dari suaminya tentu sudah memeriksa. Waktunya tidak pas. Devon yang sudah membantunya untuk mengumpulkan bukti. Yesi mengulurkan sebuah amplop putih. Rita menerimanya dan segera membaca isinya. Ia sudah menduga jika itu adalah hasil tes DNA karena ada tanda rumah sakit di luar amplop. "Ya ampun. Benar-benar tidak tahu diuntung Asmi itu. Teganya dia membodohi semuanya.""Apa yang harus aku katakan kepada Ibu dan Apri?" tanya Yesi d
Read more
Chapter 44 Bian Surya
Rita memakai kacamata hitamnya saat melihat ketiga keponakan Apriyanto sudah berdiri di samping mobil. Ia sengaja memakai kacamata agar ketiga anak itu tidak melihat kemarahan yang ia rasakan dan terpantul pada kedua sorot matanya. Akibat bertemu dengan sekutu ibu mertuanya, Rakmi. Namun ia cukup puas bisa membuat wanita bermulut seperti ular berbisa itu menjadi tak berkutik.Si Kecil, Rio langsung berhambur memeluknya. "Rio kangen Bunda," ujarnya dengan wajah terbenam pada perut Rita.Rita membalas dengan mengusap kepala anak itu pada bagian belakang. "Bunda juga kangen Rio. Rio mau tinggal dengan Bunda?"Anak itu mendongak dengan wajah penuh keceriaan serta harapan. "Sungguh? Kami semua?""Iya," jawab Rita dengan sungguh-sungguh. Kedua anak Yesi yang lain ikut memeluknya dan Evita segera berkata, "Ayo cepat pergi Bunda. Keburu Papa pulang."Mereka segera melerai pelukan dan memasukan semua barang dan pergi dari sana. "Titip rumah ya, Bu," pamit Rita pada sosok Asih balas mengangg
Read more
Chapter 45 BERTEMU
Rita melirik pada Yesi yang kini memejamkan mata di jok penumpang. Ia tidak ragu sedikitpun dengan pernyataan wanita itu. Intuisinya sebagai seorang ibu juga sangat yakin jika makam yang tadi mereka singgahi adalah makam Bian. Rita mengulum senyum saat kembali teringat mereka juga mengunjungi makam Angel.Memperkenalkan anak Rita yang lain kepada para keponakannya. Biar saja ikatan antara dirinya dan Apriyanto berakhir tapi ikatan batinnya dengan ketiga malaikat yang seperti halnya dilakukan oleh mama mereka, terlelap di bangku belakang, tetap terjalin selamanya. Rita sesungguhnya masih penasaran dengan nisan yang dikatakan oleh Novi. Siapa yang dikubur di sana jika selama ini memang Yesi yang mengurusi? Apakah anaknya kembar dan mereka dimakamkan secara terpisah atau bagaimana? Pemikiran ini membuat mental Rita lelah luar biasa. Begitu sampai di rumah. Rita membawa keempatnya ke pondok samping. "Kalian akan tinggal di sini. Di rumah utama hanya ada 2 kamar jadi tidak akan cukup. Ke
Read more
Chapter 46 Senyum
Hendro termenung menatap rumah Apriyanto di Dongo. Sudah hari ketiga ia di sini tetapi tidak melihat kemunculan bayi Asmi. Hendro menjambak rambutnya kasar. Hendro sudah berkeliling Kabupaten untuk mencari keberadaan anak itu tetapi tidak juga ditemukan. "Di mana kamu, Zidan?" gumamnya sarat putus asa.Mata Hendro melotot tajam begitu mendapatkan pesan dari Asih jika Yesi dan ketiga anak mereka telah meninggalkan rumah. Kepala Hendro terasa nyeri saat ini."Sial! Nggak mungkin Yesi tahu."Hendro bergegas memeriksa tasnya, hingga menumpahkan semua isinya di atas ranjang. Raut wajahnya semakin panik saat tidak menemukan apa yang dicarinya, kunci brankas. Ia pun menepuk dahinya saat teringat kalau meninggalkan kunci tersebut di dalam laci pada meja kerjanya. Akibat buru-buru pergi demi mencari buah hatinya yang lain beginilah akibatnya. Suara ketukan di pintu depan membuatnya menegakkan tubuh dan bergegas membukakan pintu. Hendro tertegun menatap seorang wanita menggendong bayi laki-la
Read more
Chapter 47 Akta Eshan
Hari beranjak senja dan Rita merasakan perubahan suhu pada tubuhnya membuatnya berkeringat dingin. Kejutan akhir-akhir ini rupanya mulai mempengaruhi fisiknya. Rita masih terbayang-bayang dengan keberadaan bocah kecil memiliki tompel seperti papanya itu sampai saat ini. Banyak dugaan berkecamuk di hati, banyak menduga tapi tak berani menjatuhkan sangka."Nggak mungkin dia anakku? Anakku sudah meninggal dan cuma satu saja," gumamnya. Lidahnya menolak tetapi dalam hati bersorak. Berseru lantang meyakini anak itu adalah si jantung hati. Banyak hal harus segera ia bicarakan dengan Arka. Termasuk juga masa depan Eshan dan pendidikannya. Ia harus mencari Asmi untuk mendapatkan akte kelahiran anak itu atau mencari tahu keberadaan wanita bernama Heni yang selama ini lebih banyak menghabiskan waktu bersama dengan putranya. Saat ini ia sedang duduk di teras depan menunggu Arka pulang kerja. Terlihat seperti seorang istri yang ideal, sudah cantik dan rapi pada sore hari menyambut kedatangan sa
Read more
Chapter 48 Jangan Khawatir
Eshan memperhatikan bagaimana Pribadi memeriksa keadaan Rita dan kemudian menuliskan resep untuk diberikan kepada Eli. "Anda harus banyak istirahat dan jangan terlalu berpikir yang berat-berat. Jika tidak Anda bisa mengalami vertigo nanti."Rita hanya mengangguk mengiyakan. Sementara Eshan yang mendengarkan hal itu, merasa ragu untuk menanyakan siapa orang tua kandungnya. Begitu melihat wanita yang ia panggil tante terbaring sakit. Eshan sedih melihatnya, walau mereka belum lama bertemu tetapi Eshan yakin jika ia menyayangi Rita. Mungkin malah lebih dari rasa sayangnya kepada wanita yang selama ini ia anggap sebagai mama kandungnya. Pantas saja mamanya yang itu tidak pernah ada waktu untuk Eshan, jika pun bertemu tidak ada hari tanpa wanita itu berbicara ketus kepadanya. Sedangkan dengan Rita, tidak pernah sekalipun wanita cantik itu meninggikan suaranya. Bahkan Rita selalu menyediakan masakan rumah untuknya. Suara deru mobil mengalihkan perhatian Eshan dan ia bergegas terlebih dahul
Read more
Chapter 49 PUPUS SUDAH
Pribadi mengulurkan sebuah amplop berlogo Rumah Sakit tempatnya bekerja. "Hasil tes DNA sudah keluar. Kamu benar, dia memang anakmu."Senyum Arka mengembang sempurna, raut bahagia terpancar jelas di wajahnya. "Kamu memang Dokter terbaik," ujarnya seraya meremas bahu Pribadi.Pribadi meremas bahu Arka sekilas. "Kamu berhak mendapatkannya, mengingat dulu bagaimana depresinya kamu karena Rita menikah dengan Apri."Wajah Arka memucat dan melirik sekilas ke dalam rumah dengan raut cemas."Ada apa? Jangan khawatir dia tidak akan tahu jika kamu dulu hampir gila," tambah Pribadi lagi.Namun mereka tidak menyadari jika Rita berdiri di balik pintu. Wajahnya yang pucat semakin memucat mendengar dan jelas tak bisa membayangkan bagaimana penderitaan yang dialami Arka. Batal menikah, kecelakaan, pemulihan sekaligus depresi karena harus menerima kenyataan bahwa calon istri menikahi salah satu sahabatnya. Kehilangan harapan atas hak pada anak yang dikandung sang kekasih. Rita jelas tidak bisa membaya
Read more
Chapter 50 Merasa Depresi
Sepekan telah berlalu, kesehatan Rita sudah semakin membaik dan anak-anak sudah memulai kegiatan belajar mengajar di Sekolah yang baru. Salah satu sekolah dengan sistem penjagaan keamanan terbaik yang ada di kota untuk Eshan dan ketiga anak Yesi. Sebagai orang tua mereka tentu berjaga-jaga dari kemungkinan terburuk mengingat masih harus berurusan dengan keluarga Suhardiman. Mereka tidak ingin Hendro atau siapapun mengganggu keempat anak yang masih berusaha beradaptasi dengan lingkungan yang baru ini.Disisi lain Rita tidak bisa mengesampingkan pikiran tentang keberadaan anak yang memiliki tanda lahir seperti papanya itu. Hati kecilnya tak bisa melupakan begitu saja keberadaan anak itu, walau seperti informasi yang diberikan oleh Eli, anak itu dirawat dengan baik dalam keluarga sederhana. Semakin ia berusaha melupakan dan menerima kenyataan atau bersyukur lebih tepatnya karena sudah menemukan salah satu buah hati masih dalam keadaan hidup tiada lain adalah Eshan, jauh di lubuk hatinya
Read more
PREV
123456
DMCA.com Protection Status