Semua Bab Diceraikan Karena Bukan Wanita Karier : Bab 181 - Bab 190
231 Bab
BAB 181 EKTRA PART
EKSTRA PART ( Kami Membutuhkanmu, Mas)Dengkuran halus Mas Rafli sampai di telingaku. Jam di dinding yang menghadap langsung ke arah tempat tidur sudah menunjukkan pukul tujuh pagi. Dia hanya bangun sebentar untuk menunaikan salat subuh kemudian melanjutkan kembali tidurnya. Mas Rafli pulang hampir jam satu dini hari setelah meninjau proyek pembangunan swalayan yang akhir-akhir ini kudengar sedikit bermasalah. Aku mengetahui pembangunan tersebut bermasalah bukan darinya langsung, melainkan aku yang sempat mendengarnya secara tak sengaja saat dia tengah berbicara dengan orang kepercayaannya. Pantas saja wajahnya itu terlihat amat kelelahan. Bahkan dengkurannya pun bisa menunjukkan betapa letihnya dia menghadapi permasalahannya tanpa berniat membagikannya denganku. Terkadang aku membenci sifatnya yang satu itu. Entah karena khawatir dengan kondisi diriku yang menurutnya rawan stres akibat memiliki bayi kecil dan kakak-kakaknya yang masih membutuhkan ibunya, atau memang dia tak memp
Baca selengkapnya
BAB 182
Laki-laki itu menghentikan gerakan tangannya yang tengah mengeringkan rambutnya. “Lagi?” tanyanya dengan suara heran. Ya, Ibu memang baru dua hari yang lalu kemari. Pantas saja lelaki itu menampilkan wajahnya yang lucu. “Mas….”“Minta saja dia pindah kemari. Malah kalau bisa tidur di kamar kita, menggantikan posisiku tidur bersama kau dan Zafran,” ujarnya dengan suara menggerutu. Aku tersenyum. Ekspresi wajahnya benar-benar lucu. “Namanya juga baru punya cucu, Mas. Nggak boleh seperti itu. Nanti dia tersinggung,” jawabku sambil berlalu. Namun baru saja akan keluar, laki-laki itu meraih pinggangku hingga membuat gerakanku terkunci seketika. “Mumpung ada Ibu, ada yang jaga Zoya dan Zafran. Kau di sini, temani Mas.” Deru napas lelaki itu menerpa telingaku. Aku sedikit menjauhkan tubuhku darinya. “Maafkan aku, Vinda. Akhir-akhir ini aku terlampau sibuk. Banyak sekali hal yang harus kuselesaikan.” Wajah yang semula penuh senyum itu perlahan memudar. Sorot wajahnya terlihat serius. Kua
Baca selengkapnya
BAB 183
"Kan… Apa kubilang. Mas terlalu memikirkan orang lain. Mas Rafli orang yang amat penyayang pada siapapun. Tetapi tak bisakah kau menyayangi dirimu sendiri? Tidakkah Mas kasihan padaku dan anak-anak?" "Sayang….""Kalau Mas terus-menerus seperti ini maka secara tak langsung Mas Rafli sudah mendzolimi istri dan anak-anakmu."Laki-laki itu tercekat. Kalimatku berhasil menyentil dirinya. "Mas terlalu sibuk mengumpulkan pundi-pundi uang. Memang uang itu untuk kami. Tapi waktu yang Mas berikan menjadi terpangkas. Bisakah Mas memikirkan sampai ke arah sana?" Wajah itu bersemu merah. Kurasa dia tengah menahan malu akibat kuungkit semua ini. "Saatnya meredakan beban pikiran. Saatnya merefresh pikiran. Saatnya Mas beristirahat. Luangkan waktu bermain dengan anak-anak. Kau tahu, bahkan Zoya berkali-kali kecewa mendapati ayahnya tak berada di kamar sesuai prediksinya. Mas sadar berapa lama Mas sibuk mengurusi proyek ini?" Mas Rafli menatapku dalam-dalam. Aku tersenyum sambil menunjukkan angka
Baca selengkapnya
BAB 184
Tentang Soraya "Jadi Mas memilih mundur dari proyek itu?" tanyaku pada Mas Rafli yang tengah menikmati sarapan nasi ayam mentega yang kumasak. Laki-laki yang tak suka rasa pedas itu menjadikan makanan tersebut sebagai salah satu menu favoritnya."Sepertinya iya. Mas tidak ingin memperjuangkan sesuatu yang sudah terlihat tak mungkin diperjuangkan dari awalnya." Laki-laki itu menjawab dengan keyakinan yang terpancar jelas dari wajahnya. Aku mengangguk paham. Memang keluarga Wita tak akan mudah ditaklukkan. Bahkan setelah wanita itu tiada, beberapa kali kami sempat bertemu dan mereka masih saja menampakkan wajah tak bersahabat. Kami tak mempermasalahkannya. Selagi tak mengusik kenyamanan keluargaku, semuanya tak perlu dipikirkan. "Mas ingin rehat sebentar. Kebetulan ada beberapa proyek yang dalam proses finishing. Sepertinya aku bisa meninggalkannya sebentar agar kita bisa menghabiskan waktu untuk berlibur. Kau setuju dengan usulku?" Mas Rafli yang selesai menyantap makanannya meraih
Baca selengkapnya
BAB 185
"Jadi tolong, kalian berdua awasi adikmu bermain. Zoya sungguh tak bisa diam. Dia tak akan pernah betah berlama-lama bermain satu permainan saja." Entah sudah berapa kali aku memperingatkan Zayn dan Ziyan tentang adiknya. Sementara anak yang sedang kami bicarakan tidur dengan santainya di tengah-tengah kakaknya.Pipi gembul anak itu terlihat bersemu merah. Lucu sekali melihatnya tidur seperti ini. "Jangan sampai lengah. Ayah dan Bunda akan tetap mengawasi kalian," lanjutkan yang langsung ditanggapi dengan anggukan kepala. Kudengar suara tawa lirih Mas Rafli. "Kau terlalu berlebihan, Bun. Sepertinya kau ketakutan sekali Zoya akan lepas kendali." Laki-laki itu tertawa lagi sambil menggelengkan kepala. "Yah, kita tahu Zoya seperti apa. Dia tak pernah kehabisan tenaga sama sekali," jawabku sambil memajukan bibirku. "Tenang saja. Aku akan jaga tuan putri kita dengan baik." Mas Rafli mengalah. Dia tak ingin berdebat lagi denganku. Zoya memang terlihat istimewa, terlebih dia anak pere
Baca selengkapnya
BAB 186
Jantungku berdetak tak karuan. Benar sekali dugaanku. Orang yang berada di belakangku memang Soraya. Dia … wanita yang bertahun-tahun yang lalu membuat hidupku berantakan. "No. Jangan salah sangka. Aku kemari memang karena ingin memutuskan semuanya. Aku tak bisa lagi menjalin kedekatan ini. Aku tak ingin merampas kebahagiaan Mbak Cintya dengan anak-anak kalian." Tawa dari sang lelaki meledak. Terdengar cukup mengintimidasi. Sungguh, ingin sekali aku pergi. Beruntung sekat sebatas kepala tetap membuat tempat dudukku kini tak terlihat dari arah sebelah. "Kau sungguh terlihat tak biasa. Kau sedang main-main denganku? Ingat, Soraya. Pantang bagi seorang Aryasatya bergerak mundur. Kemana saja selama ini jika kau bilang tak ingin merampas kebahagiaan Cintya dan anak-anakku? Bahkan kau sudah dianggap adik oleh istriku. Kau lebih lama mengenalnya daripada mengenalku. Seharusnya kau berpikir baik-baik sebelum mendekatiku seperti lintah! Bahkan kau orang pertama yang mampu melihat bagaimana
Baca selengkapnya
BAB 187
Karma Dibayar Tunai "Mas, tolong. Kita sudahi semuanya. Aku yakin hubungan Mas Arya dengan Mbak Cintya masih bisa diperbaiki. Ingat, ada Devano dan Raya. Mereka butuh ayah ibunya lengkap. Mereka butuh Mas untuk jadi pelindung keluarga. Ingat, Mas. Mbak Cintya amat sayang dan patuh dengan Mas Arya. Dia …." "Cukup. Kau sudah membuang-buang waktuku. Keputusanku bulat. Aku akan menggugat cerai Cintya, dengan atau tanpa persetujuan darimu. Dan kau…jangan coba-coba kabur dariku, Soraya. Pantang untuk seorang Aryasatya dipecundangi seperti ini! Kau tak akan bisa kabur begitu saja setelah berhasil merebut hatiku." Lirih tangis Soraya terdengar. Entah dia benar-benar serius atau hanya alibinya semata untuk menghindar dari hubungan yang amat tak sehat itu. Bisa saja dia sudah menemukan mangsa baru yang lebih membuatnya tertantang. Soraya bukan wanita kekurangan. Keluarganya cukup berada, bahkan bisa dibilang kaya raya. Tak mungkin faktor ekonomi adalah satu-satunya alasan yang membuat Soray
Baca selengkapnya
BAB 188
Aku tersenyum. Aku bukan tengah bersandiwara. Semata-mata hanya simpati yang membuatku melakukan hal demikian.Soraya meraih tisu yang kusodorkan. Diusapnya air mata yang membanjir di pipi pualamnya hingga benar-benar kering. Kubiarkan dia menyelesaikan tangisannya. Beberapa saat kupandangi wanita itu. Bagaimana pun aku harus tetap berterima kasih, atas luka yang dia torehkan membuatku mampu berdiri sekuat ini. Atas luka yang dia torehkan membawaku bertemu dengan laki-laki yang membuat hidupku jauh lebih baik dan bermakna. Aku berterima kasih, atas partisipasinya menghancurkan hidupku membawaku pada pelukan mertua yang amat baik, yang memperlakukanku dengan begitu manis. Mertua yang bahkan tak pernah membedakan diriku dengan anak perempuannya. Dimana lagi aku mendapatkan kebaikan hati mertua semacam itu?"Aku sungguh memalukan, Vinda…." Soraya tertunduk. Tak ada lagi tatapan congkak wanita itu tak seperti bertahun-tahun yang lalu saat dengan sombongnya berhasil mengambil Mas Galih
Baca selengkapnya
BAB 189
Soraya mengigit bibirnya. Kurasa kalimatku berhasil memberinya pukulan. Benar, tak semua wanita sekuat diriku. Aku bisa bangkit membesarkan anak-anakku sebelum menikah dengan Mas Rafli. Tanpa pekerjaan, tanpa dukungan materi dari Mas Galih sebagai ayah kandung mereka. Bahkan setelah perceraian pun aku dihadapkan pada situasi yang amat menguras emosi. Mereka datang untuk mengambil salah satu dari anakku. "Maaf," ucapnya dengan suara bergetar. "Seharusnya kau bisa mencegah dirimu larut dengan nafsu yang kini justru membelitmu sedemikian kuat." Dia mengangguk. Nyatanya begitu, dia ingin lepas dari laki-laki bernama Arya, namun laki-laki itu sepertinya bergerak di luar kendali. "Kukira Mas Arya hanya bermain-main, sama sepertiku. Dia hanya butuh bersenang-senang sesaat. Jika sampai dia ingin bercerai dari istrinya, sungguh itu di luar dugaan. Aku kalah dengan permainan yang kuciptakan sendiri." Mata itu kembali dipenuhi kaca-kaca bening. Soraya terlihat amat kacau. "Berhentilah. Se
Baca selengkapnya
BAB 190
Pertemuan "Bawa anak-anak bertemu ayahnya." Mas Rafli menatapku penuh keseriusan. Mata beriris coklat itu makin membuatku tenggelam. Hatinya yang begitu lapang tiba-tiba mengutarakan hal tersebut setelah aku mengabarkan pertemuanku dengan Soraya. Laki-laki itu tak menyela sebelum aku menyelesaikan kalimatku. Dengan penuh perhatian dia mendengarkan seluruh ceritaku. "Jangan membentangkan jarak antara anak-anak dan ayahnya." Mas Rafli meraih tanganku dan mengusap punggung tanganku penuh kelembutan. Aku menenggelamkan kepalaku dalam dadanya. Tempat paling nyaman yang pernah kutemui dalam hidupku. Disanalah segala bentuk bahagia dan sedihku berlabuh. Disanalah dermaga yang kutuju setelah perahuku lelah berlayar. Mas Rafli memelukku erat. Wangi parfum khas miliknya amat menenangkanku. Laki-laki yang tak pernah terpikirkan akan menjadi pendamping di sisa usiaku ini benar-benar memperlakukanku bak seorang ratu dalam sebuah kerajaan. "Aku tak akan pernah melarangmu mempertemukan mereka
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
1718192021
...
24
DMCA.com Protection Status