“Gimana ya, Mbak. Apa aku jual saja rumah dan mobilku saja, ya?” tanya Bayu pada Wulan. Satu-satunya orang yang bisa dimintai pertimbangannya.Setiap membezuk, mamanya, selalu menanyakan Fahira. Rasa bersalah masih saja menyelimuti benak mertua Fahira itu. Bukan Bayu tak mau menyusul Fahira, tapi banyak hal yang mesti dipertimbangkannya, terutama urusan finansial. Belum lagi urusan Nabila yang harus ditinggalkannya. Tidak mungkin meninggalkan Nabila tanpa memberinya nafkah.“Terus, nanti kalau Fahira pulang, kalian mau tinggal dimana? Pikir baik-baik. Bukan dengan emosi.” Wulan mencoba menasehati. “Atau, aku jual dulu rumah itu. Kalau sudah laku, uangnya aku pakai untuk membeli rumah yang ukurannya kecil secara cash. Jadi, aku tak perlu repot memikirkan cicilannya selama aku tidak ada,” lanjut Bayu. Wulan hanya menggeleng-gelengkan kepalanya. Tak menyangka. Adiknya yang dulu jadi kebanggan. Cerdas. Lulusan perguruan tinggi ternama. Kini mengalami dilema. Tapi biarlah. Dia harus bela
Read more