All Chapters of Bahagia Setelah Dibuang: Chapter 71 - Chapter 80
128 Chapters
Bab 70
Aku menangis tersedu sembari duduk bersimpuh di kaki Bang Ridwan. Aku harus bisa merayunya. Bang Ridwan masih diam terpaku. "Ada apa, Wan? Kenapa ribut-ribut? Gita ngapain bersimpuh begitu?"Ibu baru saja keluar dari kamarnya, sepertinya dia tak mendengar apa-apa dari tadi. Tapi, keadaan akan semakin tak aman dengan kehadirannya. Ibu pasti akan menghasut Bang Ridwan agar menceraikan aku. "Ke sinilah, Bu! Ada sesuatu yang harus Ibu ketahui," ujar Bang Ridwan tegas. Aku masih pada posisiku semula, bersimpuh di kaki suamiku."Ada apa, Wan?" Ibu bertanya dengan raut wajah penasaran."Ini, Bu. Hasil tes DNA-ku dengan Mayra dan ternyata Mayra bukanlah anak kandungku," ujar Bang Ridwan lirih."Apa? May—Mayra bukan anak kandungmu? Itu artinya, Mayra juga bukan cucu kandungku? Ya, Tuhan cobaan apalagi ini? Ternyata kau sudah membohongi kami, Gita. Dasar pen*pu!" Ibu menarik rambutku sangat keras, sampai-sampai aku terjengkang ke belakang."Aduh...sakit, Bu! Lepaskan rambut Gita, Bu!" Aku mem
Read more
Bab 71
Aku menghentikan langkah, lalu berbalik, menatap ke arah Bang Ridwan. Jantungku berdegup kencang, menunggu kata-kata keluar dari mulut lelaki yang masih berstatus suamiku itu.Apakah dia akan mengucapkan kata-kata cerai sekarang? Jangan...jangan sampai Bang Ridwan menceraikan aku saat ini juga. Bisa runyam urusannya.Kutatap manik mata Bang Ridwan dengan sendu. Jejak basah di pipi masih ada. Sengaja aku tak menghapusnya. Tingkah Mayra yang terus menangis minta digendong oleh Bang Ridwan, menambah haru suasana hari ini. Semoga dengan begini, Bang Ridwan akan berubah pikiran dan mau menerima aku lagi sebagai istrinya.Bang Ridwan berjalan mendekatiku dan Mayra. Sejurus kemudian, dia mengambil alih Mayra dari gendonganku. Aku terdiam, begitu juga dengan Mayra, tangisnya langsung berhenti ketika sudah berada di gendongan lelaki yang selama ini dianggap ayah kandungnya. Mayra memang sudah sangat dekat dengan Bang Ridwan. Dia hanya tahu, kalau Bang Ridwanlah ayah kandungnya. Selama ini, Ba
Read more
Bab 72
"Git...bangun, Git! Bantuin Ibu gih, di dapur!" seru Bang Ridwan sembari menarik selimut yang menempel di tubuhku. Aku mencoba membuka mata dengan susah payah. Berat sekali rasanya. Kepalaku terasa pusing. Tiba-tiba aku ingin muntah.Aku bergegas bangkit dari tempat tidur dan berlari menuju kamar mandi. Sudah beberapa hari ini aku merasakan seperti masuk angin, tapi pagi ini terasa sangat berat sekali."Maaf, Bang. Gita gak bisa bantu Ibu. Kepala Gita pusing sekali,"ucapku lemah setelah keluar dari kamar mandi."Dari kemarin kamu muntah-muntah, jangan-jangan kamu hamil," ujar Bang Ridwan seraya menatap mata ini."Hamil?" sahutku seperti tak percaya. "Iya, mungkin kamu hamil. Coba kamu beli test pack!" ujar Bang Ridwan lagi. "Iy—iya, Bang. Nanti Gita beli test packnya," sahutku ragu-ragu."Kalau begitu, Abang berangkat kerja dulu ya. Nanti, kabari Abang apa hasil test pack nya, oke?" Aku tersenyum seraya mencium punggung tangan suamiku dengan takzim.Bang Ridwan berangkat bekerja se
Read more
Bab 73
"Anda ini siapa? Datang ke rumah orang, marah-marah. Kenapa mencari Gita?" tanya Bang Ridwan terlihat ikut emosi."Anda tau, istri anda yang murah*n ini telah merayu suami saya. Berani-beraninya dia main gila dengan suami saya."Perempuan paruh baya itu terlihat sangat emosi. Dia berbicara sembari menunjuk-nunjuk wajahku. Aku tak mau kalah, aku menatapnya tajam sembari membelalakkan bola mata."Fitnah, pasti dia berusaha memfitnah Gita, Bang. Jangan percaya omongannya!" ujarku berusaha membela diri. Pasti perempuan ini istri si tua bangka Bram. Gawat, jangan sampai Bang Ridwan percaya pada kata-katamya. Aku harus segera mengusirnya dari sini."Lihat video ini! Anda pasti kenal dengan perempuan yang ada di sana!" Wanita itu mengeluarkan hape dari tasnya. Lalu menunjukkan sebuah video di hape itu kepada Bang Ridwan. Aku merampas hape itu untuk melihat video apa yang sedang ditunjukkan oleh wanita itu. Aku terkejut, bagaimana wanita ini mendapatkan videoku dan Bram? Apa Bram masih menyi
Read more
Bab 74
Dengan langkah gontai, aku melangkah menuju pintu keluar. Kali ini, Mayra tak menangis, seolah dia tahu kalau tak ada lagi kesempatan untuk tetap tinggal di rumah ini. Aku dan Mayra pasrah diusir dari rumah ini. Bang Ridwan dan Ibu berdiri di depan pintu kamar Ibu. Aku menatap sendu ke arah mereka, masih berharap ada sisa-sisa maaf untukku."Bang...maafkan Gita."Hanya kata itu saja yang mampu kuucapkan. Aku terisak, tak tau harus berkata apa lagi. "Pergilah, Git! Nikmati hari-harimu di luar sana. Kau bebas berbuat apa pun sekarang. Aku baru tau, ternyata kau perempuan serakah, tak pernah bersyukur. Aku memilihmu ketimbang Risa. Membiarkanmu dengan leluasa merusak kebahagiaan Risa agar dia secepatnya pergi dari sini. Aku memimpikan rumah tangga yang sangat bahagia bersamamu. Tapi ternyata semua itu salah. Kau bukanlah bidadari seperti yang kukhayalkan, kau tak lebih dari seekor binatang buas yang tak tau berterimakasih pada tuan yang sudah merawatnya bertahun-tahun. Sungguh, aku sa
Read more
Bab 75
POV RIDWAN"Kamu kasih ATM untuk istrimu, Wan?" tanya Ibu waktu itu, ketika kami baru selesai makan malam. Gita belum pulang dari butik temannya. Entah darimana Ibu tahu kalau Gita sudah kuberi ATM. Aku ingin memulai semuanya dari nol. Mungkin selama ini aku kurang peka terhadap Gita. Aku tak pernah memberinya uang kalau bukan dia yang memintanya dariku. Semua keperluan belanja harian kuserahkan pada Ibu, beliaulah yang mengaturnya. "Iya, Bu. Gita mau buka usaha, jadi dia butuh modal. Ridwan gak bisa kasih langsung semuanya, jadi, Ridwan berencana akan menyicilnya setiap gajian ke rekening Gita," sahutku hati-hati. Aku tak mau Ibu salah paham padaku."Kamu yakin, Gita benar-benar mau buka usaha? Memangnya dia mau buka usaha apa?" tanya Ibu lagi, tampaknya beliau memang belum percaya pada Gita."Ridwan yakin, Bu. Kemarin Gita datang ke kantor bersama temannya. Ridwan kenal betul siapa teman Gita itu. Dia punya butik, dan dia mengajak Gita untuk kerjasama. Gita hanya sebagai penanam mo
Read more
Bab 76
POV RIDWANBenar-benar di luar dugaanku. Hari itu, menjadi hari terakhir hubunganku dengan Gita. Hari itu menjadi hari dimana aku dan istriku harus berpisah. Bukan karena aku memiliki hubungan dengan wanita muda yang datang ke rumah pagi itu, yang membuat pernikahanku d ngan Gita selesai. Namun, ada hal lain yang jauh lebih buruk dari itu.Kedua wanita itu datang untuk melabrak Gita, istriku yang selama ini aku banggakan di hadapan teman-temanku, karena penampilannya yang cantik dan sexi. Ternyata diam-diam Gita telah menjalin hubungan terlarang dengan suami wanita paruh baya itu. Berita itu bukan omong kosong belaka. Wanita itu menunjukkan sebuah video tak senonoh Gita dengan suaminya.Mendidih rasanya darah di dalam tubuhku. Kalau tak ingat peri kemanusiaan, sudah kuseret lalu kucincang tubuh Gita hingga berkeping-keping. Namun, aku masih berpikir waras. Untuk apa aku merugikan diriku sendiri demi seorang wanita mur*han seperti Gita. Ada jalan lain yang tentunya lebih baik. Ya, aku
Read more
Bab 77
POV RIDWANAku mencari sebuah nomor kontak di hapeku. Setelah ketemu, aku langsung menghubunginya. Tak menunggu waktu lama, orang di seberang sana mengangkat panggilan teleponku. "Halo, Bik, apa kabar?" Aku menelepon nomor perempuan yang waktu itu mau membantuku masuk ke rumah Risa, karena imbalan uang. "Ha—Halo. Mau apa Bapak menelepon saya?" sahutnya tergagap. Suaranya seperti ketakutan."Kenapa, Bik? Kok kayak takut begitu?" tanyaku lagi."Ma—maaf, Pak. Saya sedang sibuk.""Tunggu! Jangan tutup teleponnya. Saya mau minta tolong lagi. Kali ini saya akan kasih bayaran yang lebih banyak lagi. Mau?" ujarku lagi. "Tolong jangan hubungi saya lagi, Pak. Saya tidak mau lagi berurusan dengan Bapak. Berapa pun uang yang Bapak kasih, saya tidak mau bekerjasama dengan Bapak lagi. Saya kapok, Pak. Tolong, jangan nelepon-belepon saya lagi," ujarnya tergesa-gesa. "Kenapa? Apa kamu sudah tidak doyan uang?" tanyaku sedikit emosi. Kenapa dia jadi berubah begitu? Padahal waktu itu dengan senang h
Read more
Bab 78
POV RIDWANSusah payah aku mengumpulkan uang itu, sampai harus beberapa kali mengambil yang bukan hakku, demi memenuhi keinginan Gita untuk punya rumah bagus. Padahal semua yang dia minta sudah kuberikan. Sampai modal untuk buka usahanya juga tak sedikit yang kuberi. Ya, aku baru ingat. Gita menanam modal di butik milik temannya. Aku akan menghubungi Widya, teman Gita waktu itu, setidaknya aku bisa mendapatkan kembali modal yang sudah Gita berikan padanya. Segera kuraih ponsel yang tergeletak di atas meja. Lalu mencari nomor kontak Widya. "Halo, Widya?" ucapku ketika panggilan telepon itu tersambung."Iya, Bang Ridwan? Ada apa?" tanya Widya dari seberang telepon. "Abang mau tanya soal uang yang diberikan Gita padamu. Waktu itu Widya dan Gita kan yang ngomong ke Abang, kalau Gita mau nanam modal di butik Widya. Jadi, maksud nya, Abang mau tarik modal itu. Karena Abang dan Gita sudah berpisah, dan dia membawa kabur uang Abang," terangku pada Widya."Aduh, gimana ngomongnya ya, Bang.
Read more
Bab 79
POV RIDWAN"Kenapa jadi begini, Wan? Kenapa kamu bisa ditangkap polisi? Ada apa?" Ibu berkata sembari menangis tersedu. Raut wajahnya tampak kebingungan sekali.Setelah lima jam diperiksa di kantor polisi, aku baru menghubungi Ibu dan memberitahu tentang keadaanku. Dari suaranya waktu kutelepon tadi, beliau sangat syok, memutuskan panggilan telepon tiba-tiba. Ternyata beliau langsung datang ke sini untuk melihat kondisiku.Ibu terduduk lemas di hadapanku. Air matanya meluncur bebas membasahi kedua pipinya. "Panjang ceritanya, Bu. Ridwan memang salah, Bu. Ridwan sudah merugikan perusahaan, dengan mengambil uang yang seharusnya bukan hak Ridwan," ujarku lirih."Pasti semua ini gara-gara Gita, kan? Dia selalu minta uang yang banyak sama kamu. Iya, kan?" Ibu berkata dengan nada sangat marah. Matanya menatap tajam ke arahku. Aku mengangguk lalu tertunduk. "Ridwan waktu itu terlalu cinta pada Gita, sehingga menuruti semua kemauannya. Sampai-sampai Ridwan nekat mengamb uang perusahaan berul
Read more
PREV
1
...
678910
...
13
DMCA.com Protection Status