All Chapters of Pembalasan Anak Laki-lakiku: Chapter 31 - Chapter 40
67 Chapters
Mengambil Mia
Pembalasan Anak Laki-lakikuPart 25POV AliAku memacu motorku dengan kecepatan tinggi. Tidak lagi aku pedulikan keselamatan diri. Yang ada dipikiranku saat ini hanyalah Mia dan Ibu. Kenapa Ayah dan wanita itu sangat ingin membuat keluargaku hancur dan sedih. Apa sebenarnya motif dibalik semua ini. Apakah ini maksud perkataan Ayah tadi di kantor. Dia mengatakan akan mengurangi beban ku.Itu artinya dia mengambil Mia untuk membuatku dan Ibu menjadi semakin terluka dan tersiksa. Tidak terasa air mataku luruh, entah sudah berapa kali aku harus menangis sendiri seperti ini. Aku harus menahan semua penderitaan yang penyebabnya adalah Ayahku sendiri. Aku tidak mengenalnya lagi, Ayah sudah sangat berubah.Tidak pernah terbayangkan sebelumnya jika keluarga kami akan seperti ini. Ayah memang bukan Ayah yang terbaik selama ini. Tapi dia juga tidak pernah menjadi Ayah terburuk seperti sekarang.Setelah menempuh perjalanan dari rumah Om Handoko ke toko. Aku segera memarkirkan motor di depan, aku
Read more
Mengambil Mia 2
"Aku sudah siap, Bang. Ayo," seru Salma yang kembali lagi dengan jaket dan celana panjang. Kami semua tercengang melihatnya yang turun dan berjalan santai ke luar rumah."Eh, mau kemana kamu. Siapa yang ajak?" tanyaku menarik ujung jilbabnya."Aduh, Bang. Kalau kita bertengkar, kelamaan. Mia keburu dikunci di rumah Mak lampir itu. Ayo," seru Salma santai. Dia melangkah keluar dan langsung duduk di atas motor yang masih terparkir. Aku melihat ke arah Ibu, dia hanya mengangguk dan tersenyum.Aku mendesah panjang melihat kelakuan Salma. Perempuan keras kepala yang membuatku susah untuk menolak semua permintaannya. Aku segera naik ke atas motor dan memakaikan helm pada Salma. Biarlah dia saja yang memakainya."Ayo cepat, Bang. Aku sudah tidak sabar memberikan pelajaran pada Mak Lampir itu," seru Salma saat motor kami sudah di jalanan. Aku tersenyum mendengar ocehan Salma yang sangat antusias untuk bertemu lagi dengan Ayah dan istri barunya.Aku kembali memacu motor dengan kecepatan tinggi
Read more
Tega
Pembalasan Anak Laki-lakikuPart 26POV Ali"Haha. Gitu dong, tau diri kalau di usir!" ejek wanita itu lagi.Saat sudah agak jauh, Salma kembali membalikkan badannya. Dia menyeringai, aku tidak bisa menebak apa rencana Salma. Tiba-tiba dia berlari kencang dan melompat ke arah wanita itu. Kami semua terkejut melihat Salma yang menjambak rambut wanita itu sambil memakinya. Aku tersenyum melihat tingkah Salma, dengan cepat aku memegang Ayah agar tidak bisa membela wanitanya itu. Ayah, kami datang untuk membalas luka yang sudah kalian torehkan di hati Ibu."Ini karena Anda sudah menyakiti Ibu saya. Dasar Mak lampir. Rasakan ini," teriak Salma seperti orang kerasukan."Mas, tolong aku, Mas," teriak wanita itu kesakitan."Lepaskan, Ali. Tante Maya bisa mati di tangan Salma. Kalian akan masuk penjara," bentak Ayah memberontak karena tangannya aku pegang."Tidak apa, Ayah. Kami akan lebih senang di penjara daripada melihat kalian hidup," jawabku menyeringai lebar. Padahal nyatanya, aku juga
Read more
Ajakan Alea
Pembalasan Anak Laki-lakikuPart 27POV Ali"Assalamualaikum, Ibu." Setelah menempuh perjalan sekitar satu jam, akhirnya aku dan Salma sampai di rumah. Kami berhasil membujuk Mia agar mau pulang bersama kami. Sebenarnya perjalanan dari rumah Ayah ke sini hanya membutuhkan waktu sekitar tiga puluh menit. Hanya saja karena Mia berontak dan terus menangis. Salma kualahan menghadapi Mia yang melawan terus."Walaikumsalam," jawab Ibu dari dalam. Pintu terbuka dan menampakkan Ibu dengan wajah sembab dan juga mata merah. Aku tau Ibu menangis dari tadi."Ya Allah, Mia," ucap Ibu yang langsung meraih Mia dari gendonganku. Ibu mencium Mia berkali-kali. Kembali air mata Ibu jatuh. Aku terenyuh melihat betapa takutnya Ibu kehilangan anak-anaknya."Ibu, Mia mau tidul sama Ayah. Mia mau ke tempat Ayah," rengek Mia saat kami sudah duduk di ruang belakang. Ruang yang dijadikan tempat menerima tamu oleh Ibu."Kalau Mia tidur sama Ayah. Terus Ibu tidur sama siapa, Nak?" tanya Ibu dengan suara bergetar.
Read more
Rahman yang sial
Pembalasan Anak Laki-lakikuPart 28POV Rahman"Aku benar-benar nggak habis pikir sama kamu, Mas. Bisa-bisanya kamu kalah dengan anak sendiri," gerutu Maya yang kesal karena aku tidak bisa mempertahankan Mia di sini. Dia dari tadi terus mondar-mandir tidak tentu arah. Aku sampai pusing melihatnya marah-marah."Ya mau gimana lagi, Sayang. Ali terlalu kuat kalau jadi lawanku," jawabku membela diri. Aku tidak suka dari tadi Maya terus saja menyalahkan aku."Karena kamu lemah, Mas. Lemah! Nggak bisa diandalkan tau nggak?" bentak Maya sambil menatapku tajam."Aku sudah tua, Maya. Tenagaku pasti kalah dengan Ali yang jago beladiri. Kamu tau itu," belaku lagi sambil sedikit menunduk. Jujur sebenarnya aku sangat kesal karena Maya terus saja merendahkan aku begini. Dia selalu saja memaki dan menghinaku jika ada keinginannya yang tidak kesampaian. Berbeda sekali dengan Aini yang lembut dan penurut. Untung saja dia kaya dan bisa mencukupi semua kebutuhanku. Jika tidak, mana mungkin aku masih mau
Read more
Rahman vs Handoko
Pembalasan Anak Laki-lakikuPart 29POV Rahman"Pak Rahman, lihatlah. Tidak ada pengaruh apapun ketika Anda memutuskan untuk pergi dari hidup kami," bisiknya tepat di telingaku. Setelah mengatakan itu dia langsung melepaskan pelukannya dan kembali menyambut tangan karyawan lain.Ingin sekali aku memaki dan mengatakan. Jika dia tidak akan sebesar dan segagah ini jika bukan karena aku. Dia akan hidup terkucilkan karena dia anak tanpa Ayah. Tapi dengan angkuhnya dia mengatakan jika aku tidak ada pengaruh apapun dalam hidup mereka. Dasar anak tidak tahu diri.Ali terus tersenyum didampingi oleh Handoko, sedangkan aku memilih untuk menjauh dan duduk di tempat lain. Aku mencomot beberapa kue yang telah disediakan. Lumayan untuk mengurangi rasa lapar. Semenjak menikah dengan Maya, aku jadi jarang sarapan pagi. Apalagi Maya juga tidak mau masak di rumah. Aku menyuruhnya untuk menyediakan pembantu. Tapi dia menolak, karena takut aku akan terpincut dengan pembantu di rumah.Maya selalu menaruh
Read more
Naik jabatan
Pembalasan Anak Laki-lakikuPart 30POV Ali"Terimakasih semuanya. Saya sangat berharap kerja sama kalian semua," ucapku ketika acara kecil-kecilan selesai. Padahal aku sudah mengatakan pada Om Handoko, jika tidak perlu repot-repot ingin mengadakan acara seperti ini. Toh semua orang kantor juga tau jika aku sudah menjadi manajer.Namun Om Handoko tetap bersikeras untuk membuat acara ini. Katanya hanya acara kecil-kecilan, penyambutan. Jujur aku sangat terharu dengan semua kebaikan Om Handoko padaku dan juga Ibu. Hanya saja, aku tidak terlalu berani berharap lebih. Karena aku pernah kecewa dengan orang yang aku anggap pahlawan.Ayah juga memberikan ucapan selamat, namun aku yakin dia sedikit minder karena posisinya berada di bawahku. Ibu, aku akan menjadi lebih baik untukmu dan adik-adik."Selamat, Bro. Akhirnya, btw itu motor udah bisa digudangkan. Karena mulai besok kamu bakalan ada mobil," ucap Yudi saat aku akan masuk ke dalam ruangan milikku."Mobil apa?" tanyaku pada Yudi, dia me
Read more
Liburan
Pembalasan Anak Laki-lakikuPart 31POV Ali"Kalian semua sudah siap?" tanyaku pada Salma, Nanda dan Lukman. Hari ini Minggu, rencananya kami akan pergi liburan akhir pekan. Mumpung Ibu juga mau ikut, katanya masalah toko biar saja Mbak Ika pegawai di sini yang menjaga. Nenek juga katanya tidak ikut, karena sedang tidak enak badan.Setelah menjabat menjadi manajer di perumahannya Om Handoko. Aku memang difasilitasi mobil dan juga rumah. Hanya saja aku menolak tinggal di rumah itu karena aku masih tinggal di rumah Om Handoko. Ibu juga menolak tinggal di sana karena lebih memilih tinggal di toko. Katanya agar lebih leluasa untuk mengontrol pesanan orang. Memang dari awal buka butik Ibu tidak terlalu ramai. Hanya saja pesanan baju jahit tidak putus-putus dari hari pertama buka. Kami semua bersyukur masih bisa diberi kesempatan untuk bisa bertahan hidup. Karena sejak dulu, Ibu dan kami semua hanya mengandalkan Ayah untuk makan dan sekolah. Aku bahkan tidak tau rasanya mencari uang. Tapi
Read more
Fakta lain
Pembalasan Anak Laki-lakikuPart 32POV Ali"Sejak kapan kalian saling mengenal?" tanya Ibu saat kami sedang duduk di pelataran cafe yang bernuansa putih. Cafe di sini memang tidak menyediakan kursi, karena menggunakan konsep rumahan. Jadi kalau kita ingin makan duduk lesehan mengelilingi meja."Sejak beberapa bulan yang lalu, Bu," jawabku sambil sedikit menunduk. Setelah itu aku bawa pandangan ini melihat ke arah luar. Tidak berani menatap mata Ibu yang mengundang tanya."Alea kamu kok nggak cerita kenal sama Ali? Ali ini anaknya teman Mama," tanya Tante Sarah lagi pada Alea."Jadi sebenarnya, dulu pas Alea cerita nabrak orang. Orang itu ya Ali, Ma," jawab Alea menjelaskan."Orang itu, Ali? Ya ampun, dunia sempit sekali," jawab Tante Sarah sambil sedikit tersenyum. Ibu juga tidak kalah kagetnya dengan Tante Sarah. Aku hanya bisa tersenyum canggung diperhatikan seperti ini. Karena selama ini aku selalu menyembunyikan perasaan dari Ibu. Aku terlampau malu jika Ibu sampai tau jika aku m
Read more
Ancaman Rahman
Pembalasan Anak Laki-lakikuPart 32POV Aini"Kalau bisa Om Handoko jangan sampai tau kalau kamu dekat dengan Alea. Karena hubungan Om Handoko dengan Hendri tidak pernah bagus. Mereka rival abadi sepertinya," ucap Ibu lagi."Ya itu kayaknya bukan urusan Om Handoko, Bu. Aku memang bekerja di perusahaan dia. Hanya saja itu hal pribadiku, jadi terserah aku mau dekat dengan siapa. Kecuali Om Handoko Ayahku, itu baru dia mempunyai hak untuk mengatur hidupku," balasku sambil sedikit tertawa. Tapi Ibu sama sekali tidak tertawa ataupun tersenyum. Wajahnya pias dan sedikit pucat.**Ada kalanya aku sengaja menghantamkan diriku pada hampa. Sengaja membenamkan tutur pada rongga dada dan tempurung kepala. Sebenernya banyak sekali hal yang ingin aku ceritakan pada Ali. Namun nyatanya aku belum juga siap untuk dibenci.Aku sudah terlalu banyak merasakan kehilangan. Tidak mungkin lagi aku lagi aku mau kehilangan Ali. Aku belum siap untuk dibenci, aku belum siap untuk kembali ditinggalkan.Sebenarnya
Read more
PREV
1234567
DMCA.com Protection Status