Semua Bab Pembalasan Anak Laki-lakiku: Bab 11 - Bab 20
67 Bab
Ali ke kota
Pembalasan Anak Laki-lakikuPart 10Tidak terasa dua bulan itu telah berlalu, aku selalu menghitung hari, akhirnya Ali lulus. Sesuai dengan keinginannya, dia akan berangkat ke kota setelah lulus. Sayang, anakku. Seharusnya kamu sedang menikmati masa mudamu yang indah. Seperti teman-temanmu yang lain, merajut mimpi meraih cita-cita. Tapi sekarang kamu malah harus mengambil alih tanggung jawab ayahmu. Sekarang, tongkat estafetnya ada di tanganmu. Kamu yang akan mengendalikan sekarang, Ibu hanya bisa membimbing."Buk, bantuin Ali berkemas ya. Katanya Om Handoko akan menjemput besok," ucap Ali saat aku sedang melamun di depan mesin jahit."Oh, iya sayang. Nanti Ibu akan lihat apa-apa saja yang harus kamu bawa," jawabku sambil menghapus air mata yang masih membasahi pipi."Ibu, menangis?" tanya Ali menghampiriku, segera aku berpaling kearah lain. Agar dia tidak melihat kesedihan yang mendalam di wajahku."Nggak, Ibu cuma lagi pilek aja," jawabku memberi alasan, jujur, aku tidak bisa melepa
Baca selengkapnya
Ali ke kota 2
"Yuk, Buk. Anterin Ali, Ali juga mau pamitan sama adik-adik," ajak Ali sambil memakai tas ranselnya juga menjinjing satu tas lagi berisi pakaiannya. Aku juga memberikan Ali sedikit uang pegangan selama disana, walaupun dia bersikeras menolaknya tetap aku selipkan uang itu kedalam tasnya.Kami pergi menuju ruang tengah, disana anak-anak sedang menonton TV disaluran kesayangan mereka. Mereka melihatku dan Ali secara bergantian, mungkin mereka bingung Abangnya mau kemana. Padahal kemarin-kemarin sudah aku jelaskan pada mereka jika Ali akan pergi ke kota untuk bekerja."Abang, mau kemana?" tanya Mia pada Ali. Dia bahkan bangun dari duduknya, dan merentangkan kedua tangannya pada Ali untuk meminta digendong. Dengan sigap Ali menggendong adiknya itu, Ali yang penyayang."Abang mau pergi sebentar ya, Mia jangan nakal-nakal ya kalau nggak ada Abang," ucap Ali sambil mencium pipi Mia berkali-kali."Abang mau kemana?" tanya Mia dengan suara bergetar dan matanya yang mulai berembun."Abang mau b
Baca selengkapnya
POV Ali
Pembalasan Anak Laki-lakikuPart 11Pov AliAkhirnya setelah perjalanan yang melelahkan aku sampai juga di Ibukota. Saat ini aku sudah berada dirumahnya Om Handoko, teman Ibu. Disini hanya ada aku dan Handoko juga beberapa pembantu, katanya ada anak Om Handoko juga yang tinggal disini. Laki-laki seumuran denganku, tapi saat ini aku belum melihatnya, karena katanya dia lagi sibuk mengurus keperluan untuk melanjutkan kuliah."Huufttt…."Aku meletakkan tas ranselku di lantai, dan merebahkan tubuh diatas kasur yang empuk. Kamar ini sangat bagus dan besar, tapi tetap saja aku merasa asing. Aku menatap langit-langit kamar yang bercat putih dan abu-abu tua. Mengenang semua mimpi juga impian yang pernah aku dambakan. Dulu, aku ingin sekali menjadi seorang mekanik yang handal. Memperbaiki semua mesin yang rusak, dan membantu sesama manusia.Tapi mimpiku kini telah sirna bersama waktu, melebur menjadi kepingan yang harus ku kubur dalam. Aku mengusap wajah dengan kasar, bangun Ali, kamu kesini b
Baca selengkapnya
Benci Ayah
Hari ini adalah hari pertamaku bekerja di perusahaannya Om Handoko, aku pergi menggunakan sepeda motor yang dibelikan untukku. Aku sangat bersyukur bisa diberikan kesempatan bekerja dan juga bersyukur karena bisa dipertemukan dengan Om Handoko. Dari kemarin aku belum sempat berkenalan dengan anaknya, karena aku berangkat lebih pagi jadi mungkin anaknya Om Handoko belum bangun.Aku harus berangkat lebih pagi, karena jujur aku tidak tau dimana letak kantor tempatku bekerja. Aku hanya mengandalkan maps di ponselku, aku ketik sesuai alamat yang di berikan oleh Om Handoko.Sudah dua puluh menit aku berkeliling, tapi sayangnya aku belum juga bisa menemukan alamat yang tepat. Aku memutuskan untuk bertanya pada salah satu penjual yang ada di daerah ini."Maaf Mas, permisi saya mau nanya alamat," ucapku sambil tersenyum pada salah satu penjual minyak eceran disamping jalan."Iya, Mas. Silahkan.""Mas, tau alamat ini nggak?" tanyaku. Kemudian dia menjelaskan jika alamat inj ternyata tidak jauh
Baca selengkapnya
Selingkuh
Pembalasan Anak Laki-lakikuPart 12Pov Rahman"Maya, kamu nggak masak?" tanyaku pada Maya yang sedang asyik menonton film kesayangannya di ponsel."Hhmm…." sahut Maya hanya dengan berdehem. Malas sekali rasanya jika harus ribut dengannya siang-siang begini."Maya, aku ngomong sama kamu," bentakku dengan merampas ponsel miliknya."Kamu apa-apaan sih, balikin nggak ponselku," sungut Maya kesal karena aku mengambil ponselnya secara paksa. Lagian salah sendiri, kenapa dia tidak menjawab pertanyaanku tadi. Malah asik dengan ponselnya."Nggak, makanya kalau suami ngomong itu dijawab," ketusku."Suami kayak kamu itu nggak guna, ngapain harus aku jawab," maki Maya dengan menaikkan satu oktaf suaranya. Semenjak kejadian aku mentransfer uang sebesar lima ratus juta pada Aini waktu itu, sikap Maya jadi berubah total. Dia masih saja menuduhku jika aku sengaja mengirimkan uang sebesar itu untuk Aini dan anak-anakku disana. Padahal aku memang sangat terpaksa waktu itu, Ali yang aku kenal sebagai a
Baca selengkapnya
Tanda merah
Pembalasan Anak Laki-lakikuKadang, aku sangat pusing dengan sikapnya yang angkuh juga keras kepala. Lebih baik memang aku bekerja lagi sesuai dengan permintaannya, siapa tau jika aku sudah bekerja lagi sifat Maya kembali baik.******************"Mana berkas lamaran kamu, Mas? Aku mau berangkat ini," tanya Maya saat aku sedang sarapan. Semenjak menikah dengan Maya, aku selalu sarapan dengan roti. Padahal aku sudah terbiasa sarapan menggunakan nasi, jika tidak maka lambungku akan kambuh. Percuma aku makan banyak roti, tetap saja aku tidak kenyang."Ada tuh, di atas meja dekat TV. Tunggu, aku juga ikut ya," ucapku, dengan cepat aku menghabiskan roti yang sudah aku olesi dengan selai."Nggak usah, kamu tunggu aja dirumah. Aku jamin, kamu bakalan diterima kok," jawab Maya. Padahal aku sudah siap dengan baju kantoran."Bukankah melamar kerja itu minimalnya ada wawancara ya," tanyaku pada Maya. Aku penasaran, teman seperti apa yang bisa membantuku diterima sebagai karyawan tanpa wawancara.
Baca selengkapnya
Kesal
Pembalasan Anak Laki-lakikuPart 13POV RahmanPantas saja selama ini Maya tidak mau kusentuh, ternyata dia sudah memuaskan nafsunya dengan laki-laki lain. Aku tidak akan membiarkan dia menjadi wanita liar seperti ini, Maya tidak boleh mencintai laki-laki lain selain aku."Sayang, maaf. Aku sudah tahu dan tidak percaya sama kamu," ucapku pada Maya yang sedang tidur membelakangiku. Aku membelai rambutnya yang tergerai indah, lalu mencium ujung bahunya yang mulus."Sayang," aku kembali memanggil Maya yang tidak merespon sentuhanku."Hhmm…." Maya hanya menggeliat, sama sekali tidak menjawab panggilanku."Maafkan aku," ucapku lagi."Aku lagi kesal," akhirnya dia mau membuka suara, dan kini dia sudah menghadap kearahku. Posisi kami sekarang berhadapan, Maya sungguh sangat cantik, Aini kalah jauh jika soal kecantikan."Kenapa? karena aku ya," tanyaku."Tadi waktu lagi dikantor, aku ketemu sama anak kamu. Dia ternyata juga kerja disana," jelas Maya yang membuatku melipat kening. Anakku?"Mak
Baca selengkapnya
POV Ali
Pembalasan Anak Laki-lakikuPart 14POV Ali"Gimana, Ali. Betah kerjanya?" tanya Om Handoko saat kami sedang sarapan. Pagi ini Om Handoko mengajakku untuk sarapan bersama, katanya ada hal yang akan disampaikan."Alhamdulillah, Om. Betah, kerjanya juga nggak capek-capek banget," jawabku sambil tersenyum. Aku senang, karena diterima baik oleh keluarga ini. Anaknya Om Handoko – Andre juga sangat baik padaku. Kami seumuran, jadi bisa dengan cepat akrab satu sama lain. Hanya saja, dia sibuk dengan kuliahnya sementara aku sibuk dengan pekerjaan di kantor. Aku kira, bisa mengobrol ataupun bersantai ketika sudah dirumah. Tapi aku salah, aku malah harus belajar lagi dengan Om Handoko mengenai perusahaan. Karena aku yang hanya tamatan SMA, tidak begitu paham tentang perencanaan marketing."Alhamdulillah, bagus kalau kamu betah. Om juga berharapnya gitu," ujar Om Handoko."Tapi, bisa nggak Om kalau aku dipindah tugaskan ke bagian lain?" tanyaku hati-hati, takutnya aku dikira terlalu lancang deng
Baca selengkapnya
Handoko
Pembalasan Anak Laki-lakikuPart 15POV RahmanBetapa senangnya hatiku hari ini, aku seperti merasa terlahir kembali dengan semua anganku. Bagaimana tidak, Maya membelikan aku mobil keluaran terbaru. Mobil yang selama ini aku impikan akhirnya bisa kudapatkan tanpa harus bekerja keras. Tidak salah memang keputusanku meninggalkan anak-anak dan si Aini, karena setelah aku pergi dari hidup mereka, hidupku menjadi lebih baik lagi.Ini kali perdana dalam hidup aku mempunyai mobil pribadi sendiri, walaupun mobil ini bukan atas namaku tapi aku sangat bahagia. Aku duduk di belakang stir mobil, melihat diriku di spion depan. Ternyata wajah tampan ini mampu membuat setiap wanita luluh, aku tersenyum sinis mengingat semua yang aku miliki sekarang. Saatnya pamer, aku akan berangkat kerja hari ini. Aku pergi lebih cepat dari biasanya, aku juga sudah menceritakan sama rekan kantor jika hari ini aku akan membeli mobil. Mereka pasti akan iri melihat kesuksesanku.Ddrrtt….Saat sedang di perjalanan, po
Baca selengkapnya
Hari kelabu untuk Rahman
"Kira-kira kenapa ya?" tanyaku."Gak tau, kali aja kena omel lagi. Kerjaan kamu kan berantakan," ucapnya lagi sambil melenggang pergi ke meja kerjanya. Aku sesekali melirik kearah Ali, kebetulan didalam satu ruangan ini ada sepuluh meja kerja untuk karyawan. Ruangan ini khusus untuk karyawan bagian marketing, jadi otomatis aku harus satu ruangan dengan Ali. Dia sama sekali tidak pernah bicara padaku, jika ada sesuatu hal yang ingin disampaikan dia akan berbicara seadanya saja.Aku pun bergegas pergi menuju keruang Kepala, mungkin aku akan di omeli habis-habisan kali ini. Karena dari kemarin aku selalu salah saat membuat laporan penjualan.Tok Tok Tok"Permisi," aku membuka pintu dan segera masuk kedalam. Tapi disani tidak ada siapa-siapa, hanya ada aku yang berdiri masih memegang kenop pintu.Karena aku merasa tadi memang dipanggil, lebih baik aku memang menunggunya disini saja. Akupun duduk di sofa yang ada di ruangan ini, ternyata ruangan ini sangat nyaman dan bagus. Kenapa Maya tid
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1234567
DMCA.com Protection Status