Semua Bab Pembalasan Istri Kumal: Bab 221 - Bab 230
296 Bab
Cintai dirimu sendiri
Malam itu Amran tak dapat memejamkan matanya, ia tak tau mengapa gelisah membuatnya begitu tak nyaman, berkali-kali ia menilah wajah Lusi sanh kekasih dan bertanya bagaimana bila Jani masih hidup sekarang."Harusnya ku bunuh saja dia saat itu!" Ucapnya kesal pada keputusannya membiarkan saja Jani tetap hidup.Amran bangun dari ranjang, memakai kembali bajunya yabg berserakan di lantai kamar, ia keluar dari kamar dan duduk di teras rumahnya. Beberapa lampu masih menyala, membuat halaman yang tertutup tenda itu tak terlalu gelap sekarang.Amran menyalakan sebatang rokok, mengingat kembali wajah wanita yang di lihatnya siang tadi, ia begitu yakin itu Jani, meskit baginya cukup mustahil wanita besar itu bisa berjalan keluar dari hutan terlarang."Atau mungkinkah itu hantu Jani? Ia datang untuk membuatku tak tenang?" Ucapnya dalam hati, membuat bulu kuduknya meremang membayangkan."Ah bukan, mungkin saja itu hanyalah seseorang yang mirip, wanita itu jauh berbeda dengan Jani yang kukenal, d
Baca selengkapnya
12.Teror untuk Amran
Amran berlari ketakutan, beberapa kali ia melihat dengan jelas bayang putih berkelebat di atasnya, seperti ada dalam film horor, ia merasa jantungnya lepas dari tempat.Srek!Suara gesekan terdengar, telinga Amran waspada mencari di mana asal suara itu.Srek!Amran terkejut, memperhatikan setiap tempat di sekitarnya."Siapa?" Teriaknya bertanya, ia masih berharap ada orang selain dirinya di tempat itu.Hust!Suara lain terdengar, napas Amran tercekat hampir saja tak bisa lagi merasakan udara yang masuk ke dalam tubuhnya."Toloooongg!"Amran terdiam gemetar, suara minta tolong seseorang terdengar jelas seolah begitu dekatnya."Jani?" Amran membekap mulutnya sendiri, menyadari ia baru saja menyebut nama yang harusnya tak ia sebutkan."Bagaimana ini, bagaimana jika hantu Jani benar-benar menerorku? Bagaimana jika Jani ingin membalas dendam padaku?"Ia terus berpikir sendiri, kakinya tak berhenti melangkah, Amran begitu takut saat ia harus berdiri di satu tempat yang sama, jadilah ia berj
Baca selengkapnya
13. Lelaki pengecut
Perut Jani melilit hebat, ini bahkan belum siang, namun ia sudah merasa benar-benar kepalaran. Berkali-kali ia menulan ludah, terlebih saat beberapa iklan makanan terpampang pada layar televisi di ruang tengah."Ayo berenang!" Ajak Leon pada wanita yang hanya duduk dan membolak-balik tubuhnya sejak tadi."Aku mau di rumah saja!" Ucap Jani singkat, ia tak ingin meninggalakan sofanya sekarang."Ayo!" Ucap Leon menarik tubuh Jani lagi.Mau tak mau Jani pasrah saja menerima tawaran Leon, ia berjalan gontai ke kolam belakang rumah.Byur!Leon menjatuhkan diri ke dalam air, sementara Jani masih enggan menyentuh bibir kolampun."Ayo masuk!"Jani hanya menggelengkan kepala. "Aku takut!" Ucapnya polos."Kenapa?""Aku tak bisa berenang Leon!" Ucapnya singkat, membuat Leon terdiam sebentar."Masak renang saja nggak bisa, ayo masuk!" Ucap Leon singkat, ungatannya kembali terbang ke masa kecil mereka dulu, kala itu ia juga mengajak Jani berenang di kolam****"Kamu punya kolam renang?" Mata Jani b
Baca selengkapnya
Pertengkaran
Jani keluar dari kolam renang, dengan tubuh basah ia berjalan masuk dan melihat Leon duduk berbalut handuk kimono di ruang tengah."Kenapa kamu pergi?" Tanya Jani pada Leon.Leon diam, bahkan tak melihat ke arah Jani, ia sibuk membaca majalah bisnis di tangannya."Kenapa kamu diam?" Jani menarik kesal majalah itu dari tangan Leon, membuat lelaki itu kini menatapnya jengkel."Kembalikan majalah itu!" Ucapnya meminta dengan dingin."Jawab dulu kenapa kamu pergi dan marah?" Jani masih menyembunyikan majalah itu di belakang tubuhnya.Leon berdiri dan berjalan menaiki tangga." Ganti bajumu, kita akan berangkat kerja sekarang!""Kenapa?" Tanya Jani, membuat langkah Leon terhenti."Kenapa kamu baik padaku Leon, kita bahkan tak saling kenal, kamu datang dan membantuku bertahan!" Jani bertanya setelah beberapa hari ia tak menemukan jawaban."Aku masih tak mengerti, kamu terkadang baik padaku, namun tiba-tiba bisa jadi sangat marah seperti saat ini!" Ucapnya pelan, ia sungguh tak bisa mengerti
Baca selengkapnya
Memalukan
Jani duduk di teras rumah Leon, berulang kali ia merenung, mengingat bagaimana Leon mengatakan cara menghargai dirinya sendiri. Selama ini Jani tak tau bagaimana dirinya harus bahagia, bagaimana caranya menemukan kebahagiaan lain untuk dirinya sendiri."Membahagiakan diri sendiri, apa yang bisa aku lakukan?" Ia bertanya pada dirinya sendiri.Terlalu banyak berpikir juga membuat perutnya yang hanya terisi semangkuk brokoli dan telur mulai meminta di isi ulang. Ia berdiri dan berjalan ke luar kamar, memastikan tak ada lagi Leon di rumahnya Jani berjalan ke dapur dan membuka lemari makan."Kosong?" Ucapnya kecewa, perutnya sudah berbunyi sejak beberapa waktu lalu."Dimana makanan tadi di simpan?" Ucapnya sendiri, kini ia beralih membuka kulkas dan hanya menemukan beberapa selada dan timun."Cari apa non?" Tanya bi Marni saat melihatnya berkutat di dapur sendirian.Jani terkejut dan menutup kulkas dengan cepat. " Ambil makanan bi, ada tidak?"Bi Marni tersenyum, ia sudah menduga Jani seda
Baca selengkapnya
Kisah di taman
Malam pertama sang pengantin baru, hawa dinging tak bisa membuat dua insan itu memadu kasih dengan indah, mereka bahkan kini duduk di ruang tengah bersama Ibu dan Sari di sana."Hancur sudah semua yang ibu lakukan! Malu ibu Amran, malu sekali!" Ucap Yuliana menangis meratapi nasibnya yang menyedihkan."Sari juga malu mas, niat hati mau tampil cantik depan pak Tomi atasanmu itu, tapi malah jadi urus mbak Lusi yang kena darah di mana-mana!"Amran hanya diam, dia.sendiri juga merasa tak terima dengan apa yang sudah terjadi."Mas yakin nggak punya musuh?" Kali ini Lusi bertanya dengan curiga, setelah di pikir, Lusi merasa mungkin Amran memang punya musuh tanpa dia tau."Musuh siapa, aku mana pernah berbuat jahat dengan orang!" Ucap Amran yakin."Ya tapi kamu jahat sama mbak Jani to mas, mungkin saja ini orang yang di bayar mbak Jani!" Sari berkata, ia masih merasa agak mencurigakan bila tiba-tiba kakak iparjya itu menghilang tanpa kabar.Amran dan Lusi saling pandang, sementara sang ibu d
Baca selengkapnya
17.Tuan Muda dan kekasih
Leon tersenyum mendengar ucapan Lusi, dia hampir saja tertawa sebenarnya namun berusaha menahan agar tak merusak rencananya."Bagaimana jika setelah ini kita ke salon sayang?"Leon mengeraskan suaranya, ia masih bertahan duduk di depan Amran dan Lusi, entah kenapa mendengar ucapan Lusi yang seolah tak percaya Jani berjalan dengan lelaki setampan dirinya membuat Leon ingin memberi mereka pelajaran.Jani melotot mendengar pertanyaan Leon, ia jadi salah tingkah, kenapa Leon memanggilnya sayang-sayang begitu!"Sayang, kenapa diam saja?"Jani semakin salah tingkah, ia ingin berlari namun tangannya ada dalam genggaman Leon."Kita akan ke salon Remember sebentar untuk membersihkan rambutmu yang berdebu dan kita beli beberapa baju baru di butik Aston, bagaimana?" Ia keraskan suaranya agar terdengar jelas.Mata Lusi membelalak, ia merasa begitu iri dengan keberuntungan wanita di hadapannya ini, ia mungkin bergaya dan berkulit putih bersih, namun dengan tubuh gemuk tentu saja Lusi merasa dia le
Baca selengkapnya
18. Lusi dan sepatu di tong sampah
Lusi menatap Jani dan Leon yang menjauh, ia merasa marah, sangat marah, harga dirinya, bahkan kesombongannya di hancurkan begitu saja. Ia menarik tangan Amran mengikuti langkah kaki dua orang yang baru saja mempermalukan dirinya itu.Wajah Lusi semakin kesal saat melihat dua orang itu masuk ke dalam mobil sport mewah, bahkan dua lelaki yang membawakan sepatu baru itu masuk ke dalam mobil lain yang tak kalah mewahnya."Dia bukan orang sembarangan!" ucap Lusi dalam hati, ia merasa bahkan Amram suami barunya tak sebanding dengan lelaki tampan yang baru saja menghinanya tadi."Ada apa?" Amran menarik tangan Lusi, sejak tadi ia hanya diam menatap ke jalan."Ada apa, kenapa kamu diam saja saat aku di hina?" Lusi bertanya pada Amran, ia merasa kesal suaminya ini hanya diam saat dirinya di sudutkan."Aku sudah meminta maaf, apa lagi?"Lusi semakin tajam menatap Amran. "Maaf saja tak cukup membeli harga diriku!" Ucapnya ketus sambil menunjuk dada bidang Amran."Ya lalu aku harus apa?" Amran ma
Baca selengkapnya
19. Kuasa tuan muda
Leon berhenti di sebuah departemenstore besar, ia membukakan pintu untuk Jani dan membawa wanita itu masuk ke dalam."Tunggu Leon, ini masih tutup!" Jani membaca dengan jelas papan bertuliskan close pada pintu masuk kaca itu."Lalu?" Leon hanya bertanya begitu namun tak menghentikan langkah kakinya."Ya lalu buat apa kita ke sini?" Tanya Jani heran, ia tak mengerti kenapa Leon tetap menariknya masuk."Rumah akan selalu terbuka untuk tuannya Jani!"Kalimat Leon membuat dua alis Jani bertaut."Rumah siapa yang dia maksud? Lama-lama cowok ini benar-benar tak waras!"Jani berkata sendiri, tak mungkin juga ia hina Leon terang-terangan, bisa habis dia di ceramahi.Sampai di depan pintu, Jani bahkan jelas melihat pintu itu masih terkunci dari dalam namun tak lama dua satpam dari arah seberang berlari menghampiri mereka."Leon, kita pulang saja yuk, jangan buat masalah lagi!" Ucap Jani menutup wajahnya, ia takut tiba-tiba viral masuk ke dalam berita karena kehaluan si tuan muda."Kenapa pulan
Baca selengkapnya
Pembangkang
Sepanjang perjalanan, Amran dan Lusi saling diam, mereka sedang ada dalam pikiran masing-masing, hingga mobil Amran memasuki pelataran rumahnya.Lusi turun tanpa bicara, membanting pintu dengan kasar dan berjalan kesal masuk ke dalam rumah. Melihat hal itu Amran hanya diam, batinnya sesak terlebih bila mengingat kebodohan yang baru saja ia lakukan, dadanya terasa semakin bergemuruh.Sementara suaminya berdiam diri di mobil, Lusi masuk dan mendapati ibu mertua dan iparnya duduk di ruang tengah dengan wajah tak bersahabat."Mana Amran?" Tanya Yuliana"Di mobilnya!" Ucap Lusi singkat, ia lalu berjalan menuju pintu kamar."Cucian di belakang tu sudah segunung, kamu nggak ada niat buat nyuci?" Ibu mertuanya kembali bicara, sudah berhari-hari ia biarkan cucian baju di dalam ember besar, bukannya berkurang, Lusi justeru menambah lagi dengan tumpukan baju kerjanya.Lusi berbalik menatap ibu mertuanya. "Memang siapa yang biasa cuci baju di rumah ini?" Tanyanya heran, selama tinggal di sini ia
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
2122232425
...
30
DMCA.com Protection Status