Semua Bab Pembalasan Istri Kumal: Bab 241 - Bab 250
296 Bab
Penyesalan
Bapak Jani berjalan ke pemakaman, menunggu jenazah anaknya datang ke sana, lelaki itu duduk di bawah pohon sementara Jani hanya mampu melihatnya tanpa bisa berbuat apapun.Tak lama jenazah datang, beberapa orang ikut mengantar Jenazah itu. Jani masih bersembunyi di balik pepohonan, menyaksikan Sari yang begitu bergaya dengan kaca mata hitamnya, gadis itu hanya melihat dari sisi liang lahat.Jani tak melihat Amran dan istri keduanya, yang ada hanya Yuliana dan Sari yang bahkan tak terlihat sedih atau kehilangan. Satu-satunya yang menangis hingga proses pemakaman selesai hanyalah Bapaknya sendiri. Lelaki itu masih menunggu dari sisi seberang pemakaman, tak lagi mendekat dan menggangu proses pemakaman."Bahkan kematianku tak membuat dirimu perduli mas! Segala kesakitan ini akan aku ingat, aku bawa bersama rasa sakit yang akan aku rasakan selama proses perubahan diriku." Ucap Jani dalam hati."Sampai kapan kamu akan di sini?" Leon sudah berdiri di sisi Jani, mobilnya menunggu di luar pema
Baca selengkapnya
Keluarga egois
Mau tak mau, Yuliana tetap mengadakan kirim do'a. Ia menghindari pembahasan buruk tentang keluarganya, di tambah Amran tak juga pulang sejak tadi siang. Bisik-bisik dan gunjingan tentang keluarganya masih terdengar juga di tengah acara kirim do'a, sayangnya Yuliana tak bisa berbuat banyak, ia yang biasanya bisa mengamuk karena di hina, sekarang diam meski beberapa kali kalimat tetangganya memerahkan telinga.Malam itu cukup banyak yang datang, ia hanya memberi roti dan teh hangat untuk sajian, sebab di hari setelah pemakaman orang masih maklum bila si empunya rumah belum bisa menjamu dengan layak. Esok baru ia akan pikirkan makanan apa yang akan di berikan lagi, jika tak ingin mendapat gunjingan lebih banyak, tentunya harus bisa memberi lebih layak."Kami permisi dulu bu!" Setelah kirim doa selesai, para tetangganya mulai berpamitan pulang.Yuliana mencob tersenyum, meski serasa wajahnya tak lagi ada harga. Sari bahkan tak mau keluar dari kamar meski berkali-kali Yuliana mengetuk pint
Baca selengkapnya
Hinaan untuk wanita simpanan
Pesawat tiba di bandara Internasional Singapore, mereka tiba di apartemen dan segera merapikan diri."Kita akan ke rumah sakit sore ini, bi Marni bisa menemanimu di sana selama aku pergi." Ucap Leon sembari menarik kopernya ke dalam kamar."Pergi, memang kamu mau ke mana?"Leon tak menjawab, dia memilih masuk ke dalam kamar dan mengunci pintunya.Jani yang merasa terbiasa dengan sikap dingin sang tuan muda memilih acuh dan masuk juga ke dalam kamar yang sudah di sedikan untuknya.Hingga sore menjelang, mereka sudah keluar apartemen. Jani di jembut sebuah mobil menuju ke rumah sakit bersama Leon juga duduk di dekatnya."Aku akan mengantarmu ke rumah sakit, setelahnya mungkin beberapa hari ke depan aku akan pergi.""Kemana?" Tanya Jani, ia tak ingin di tinggalkan di negara asing sendirian."Kamu tak perlu tau.""Aku harus tau, kamu bertanggungnjawab padaku Leon, aku tak mau di tinggal sendirian di sini!"Leon tersenyum sinis. "Aku bukan suamimu yang pengecut itu Jani, aku tak akan menin
Baca selengkapnya
Menolak perjodohan
Kesal, tentu saja. Siapa yang tak marah saat harga dirinya di rendahkan di depan muka orang banyak. Jika bisa ingin rasanya Lusi mengumpat balik mereka semua, satu persatu meneror mereka juga, bahkan mungkin membalas perlakuan mereka yang menurutnya kejam.Langkahnya gontai menapaki jalanan pulang, perutnya kosong sejak kemarin bahkan untuk mengisinya dengan telur saja dia tak bisa."Menyedihkan sekali, bayangku setelah menikah akan hidup nyaman, makan enak, tinggal gratis, tapi bahkan sekarang beli lauk saja sulit sekali!" Ucapnya kesal, ia menyentuh perutnya yang melilit perih.Ia merasa setelah menikah justeru hidupnya jadi mengenaskan, lebih enak saat dirinya hanya jadi selingkuhan, bahkan Amran biasa mengajaknya makan enak di luar."Bakso mang!" Teriaknya saat melihat tukang bakso melintas di dekatnyaDengan cepat ia mendekat dan liurnya memenuhi rongga mulut saat bau kaldu menyebar terbawa uap panasnya."Berapa seporsi?""Dua belas ribu neng."Lusi diam, menimbang bagaimana dia
Baca selengkapnya
Memanas
Tuan Wang berpamitan, meski wajahnya menunjukkan ketidaksukaan atas ucapan Leon yang terlalu terbuka, namun mereka masih bersikap ramah."Kamu ingin menghancurkan Ayahmu Leon?" Airlangga terlihat begitu marah saat kembali ke dalam rumahnya, Renata sang istri merengkuh lengan suaminya, ia takut Airlangga kehilangan kendali."Casandra adalah putri bungsu tuan Wang, mereka menginginkan menantu sejak lama dan putrinya kagum padamu sejak kalian masih sama-sama sekolah.""Kagum?" Leon bertanya sebab ia tak merasa pernah mengenal Casandra bahkan mengingat gadis itu pernah satu sekolah dengannya."Ayah mungkin salah dengar, aku tak merasa pernah melihatnya, bagaimana dia bisa bikang kagum?"Airlangga berjalan mendekati Leon. "Bagaimana kamu akan kenal seseorang, jika sepanjang yang kamu ingat hanyalah kenangan kecilmu itu!" Ucap sang ayah seolah meremehkan kenangan berharga sang anak."Ayah tak akan tau betapa berartinya kenangan itu untukku!" Leon sedikit tersinggung dengan cara sang ayah me
Baca selengkapnya
Sikap dingin Leon.
Leon meninggalkan rumah megah miliknya, setelah mendapat amukan sang ayah, lelaki itu tetap tak akan merubah keputusannya. kembali ke dalam mobil dia pergi dengan segera, namun belum sampai dia keluar jalan utama, Casandra berdiri menghadang mobilnya.Mau tak mau Leon berhenti, menatap ke arah gadis cantik di depannya itu. Casandra masuk ke dalam mobil Leon bahkan sebelum Leon mempersilahkan."Aku tak memintamu masuk!" Ucap Leon dingin namun Casandra tak perduli."Keluar!" Ucap Leon dingin, tak mau lagi menatap ke arah gadis itu, pakaiannya terlalu terbuka sekarang, bahkan Leon bisa dengan mudah melihat belahan dada di balik baju ketatnya."Aku ingin ikut denganmu, ada yang harus aku bicarakan!" Ucap Casandra dengan dingin, dia tak bergeming mesku Leon memintaku turun."Aku tak mau bicara, turunlah sebelum aku marah."Gadis itu menggeser duduknya, menatap wajah Leon yang tegas dan dingin, ingin rasa nya dia menyentuh rahang keras lelaki itu, namun urung karena pasti Leon akan mengamuk
Baca selengkapnya
Menepati janji
Jani masih menunggu di sudut jendela, Lwon berjanji Leon hanya akan pergi sebentar, namun hingga menit-menit dirinya akan melakukan tindakan, Leon belum juga kembali ke rumah sakit."Nanti juga datang non, mungkin memang ada urusan yang belum bisa di tinggal" Bi Marni memberikan Jani pengertian berharap gadis bermata indah itu tak merasa di tinggalkan penyelamat nya."Mas Leon tak akan tega meninggalkan non Jani sendirian, dia pasti punya alasan kuat kenapa harus begitu saja meninggalkan non Jani sendirian."Jani hanya terdiam, tak ada jawaban yang harus dia berikan, semuaa kalimat bi Marni benar meski dirinya merasa tetap saja tak bisa tenang."Sebaiknya nona segera berganti baju, dokter akan tiba segera." Alexa memberikan baju rumah sakit pada Jani, wanita itu mengigit bibir bawahnya sendiri, merasa cemas saat mengambil baju yang terlipat di atas tempat tidur dan berjalan dengan ragu ke dalam kamar mandi.Jani menutup pintu perlahan, dengan perasaan yang tak bisa di gambarkan sekara
Baca selengkapnya
Identitas tersembunyi
Lusi masuk ke dalam club tepat dirinya menghubungi kawan yang di kenal nya, dia tak perlu susah payah mencari tempat duduk sebab wanita kenalanya di sini punya kendali besar dalam club elit itu. Lusi masuk ke dalam sebuah ruangan, ruang di mana dirinya tak akan bisa di temukan meski Arman menyusulnya Hinga ke tempat itu. Seorang wanita dengan rambut ikal duduk di balik meja kaca yang berkilau, hiasan dari emas dan logam seolah menunjukkan kastanya yang tinggi di tepat itu. Melihat kedatangan Lusi wanita itu tersenyum dengan sinis."Kau datang sayang?" Sapa nya lembut lalu menyesap rokok di antara jari-jarinya dan membuang asap itu ke udara."Ya, aku sudah menghubungi Geby, apa mami tak mendapat pesan darinya?""Tentu saja aku dapat bahkan aku menunggumu datang, katakan apa lagi yang kamu inginkan?" Tanya wanita yang akrab di sapa Viola itu.Lusi melempar tubuhnya ke atas sofa ruangan itu, sofa hitam dengan alas kulit yang lembut membuat dia merasa nyaman sekarang, Di sinilah dulu temp
Baca selengkapnya
Yulia
Yuliana masuk dengan katakutan, matanya kosong dan terrus bergidik kala melihat peti itu di bawa masuk ke dalam rumahnnya. Ia tak mau dekat-dekat dengan jenazah itu lagi, orang-orang membawanya masuk ke kamar, dia masibjgemetar saat di dudukan di sisi ranjang."mbak Yul, ada apa, mbak Yul nggak apa-apa?"Seorang tetangga bertanya karena melihat Yuliana gemetar dan menatap kosong ke depan."Aku ambilkan minum dulu mbk, mbak Nur nggak apa-apa kan nunggu si sini dulu?" Seorang tetangga lain bertanya, sebab hanya mereka berdua yang membanyu Yuliana masuk ke dalam kamar."iya, nggak apa-apa mbak, ambilkan mbak Yul teh hangat kalau ada." Ucapnya meminta lalu dia di tinggal sendiri bersama Yuliana"Jangan dekat-dekat, nanti dia datang!" Bisik Yuliana pada tetangga yang membantunya ke kamar."Dia? Dia siapa mbak yang datang?""itu, hantu Jani datang, baunya wangi sekali lalu petinya bergerak kencang, jasadnya mungkin mau keluar membalas dendam!" Ucapnya membuat bulu kuduk meremang."mbak, jang
Baca selengkapnya
Memalukan
Sementara di rumah Amran, situasi dingin masih tercipta. Bahkan hingga pagi menjelang, tak ada yang mau bangun untuk sekedar membuat sarapan, mereka semua terlalu lelah hati dan tenaga untuk bisa memulai hari baru.Yuliana masih diam saat bertemu Luso di dapur, ia masih sangat kesal dengan sikap egois menantu barunya itu. Beberapa kali Amran mengajakny bicara namun Yuliana masih diam enggan menangapi."Kita cari rumah baru saja mas!" Ucap Lusi saat mereka kembali ke kamar.Mata Amran melebar, bagaimana bida mereka punya rumah baru, bahkan kehidupannya setelah menikah jauh dari kata mapan."Mau kontrak rumah?" Tanya amran lagi."Kontrak? Beli lah mas!" Luso berkata bahkan tanpa berpikir panjang."Beli? Kamu kira aku ini pewaris tunggal pabrik garmen! Uangku sudah habis Lusi!" Ucapnya tak ingin lagi di pusingkan dengan banyaknya tuntutan istrinya."Lalu bagaimana mas, kita di rumah ini sudah seperti orang asing, mas nggak ngerasa, ibu bahkan masak hanya untuk dirinya sendiri dan Sari!"
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
2324252627
...
30
DMCA.com Protection Status