Lahat ng Kabanata ng Pembalasan Istri Kumal: Kabanata 71 - Kabanata 80
296 Kabanata
Musuh Jauh
"Hubungi orang kita secepatnya kak Zui, aku mau Ardan segera di temukan dan berlutut di hadapanku!" Aku berjalan masuk ke dalam rumah dengan kesal, sejak semalam mata ini tak bisa terpejam, masalah demi masalah terus saja datang hingga tubuhku rasanya begitu lelah.Langkah ku terhenti saat melihat Satria ternyata sudah berada di ruang tamu rumahku, ia berdiri menatapku lekat sekarang."Satria, ka_kamu di sini?"Dia tersenyum tipis dan mendekati ku. "Sudah sejak tadi aku datang Sri, maaf tidak bisa memberi tahumu.""Ah_ iya biasanya kamu menghubungi dulu.""Tadinya begitu, tapi nomormu tak bisa di hubungi.""Ah, begitu." Ucapku lalu mengambil ponsel yang ada di dalam tas. Benar memang ponselku mati tanpa aku sadari."Ya, ponselku mato Tri, maaf." Ucapku berusaha bersikap tenang. Kuberikan ponselku pada kak Zui dan dia membawanya masuk ke dalam rumah, meninggalkan diriku sendiri bersa Satria.Satria hanya hanya dan terus mengamati aku dan kak Zui, saat kami hanya tinggal berdua dia bur
Magbasa pa
pov Satria (Kamu hanya kakak iparku)
POV Satria.Ada apa dengan Sri Rejeki, wanita itu benar- benar sulit di mengerti, sebentar dia merasa baik, sebentar kemudian dia berubah lagi. Hari ini aku datang ke rumah nya, mendengar tempat usahanya mendapat masalah, calon suami mana yang tak khawatir, sampai di sana aki masih harus menunggu dia datang dan saat dirinya datang, kenapa sambutan yang aku terima begitu dingin.Sri memang wanita yang unik, dia tak mudah di luluhkan hanya dari barang mewah atau ucapan manis, harga dirinya lebih dari sekedar harta dan tahta, mungkin karena dia sudah punya segalanya, tak butuh juga harta dan tahta dari lelaki lain. Namun bukan Itu yang jadi soal sekarang, sepertinya Sri merasa tersinggung dengan sikap mbak Aini pada Lala, karenanya aku harus mencari tau sendiri apa yang sudah wanita itu lakukan pada anakku Lala.Mau tak mau aku datang ke rumah mbak mbak Aini, jika ada alasan aku datang kerumahnya itu karena aku merasa masih punya kewajiban mengetahui bagaimana kabar keponakanku dari mas
Magbasa pa
Janda kaya
Hari ini kuterima keputusan sidang perceraianku dan Satria, bapak menghubungiku pagi tadi, memastikan bahwa semua masih berjalan seperti keinginannya. Aku melihat mas Fandi duduk sendiri di dekat parkiran setelah kami keluar dari ruang sidang."Sebentar man, aku mau menemui mas Fandi dulu." Ucapku mendekatinya yang hanya diam menatap delembar kertas hasil putusan di tangan."Kenapa tak pulang juga?" Aku berdiri di depanya sekarang.Dia menengadahkan pandangan menatapku, berusaha tersenyum meski ku tau hatinya sedang terluka. Berulang kali dia memintaku kembali, namun hati ini bahkan tak terketuk untuk sekedar memberinya satu kesempatan."Selamat ya Sri, kamu pasti bahagia."Aku menegerutkan alis. "Selamat untuk apa?"Dia menunjukkan kertas di tangan. "Atas surat ini, semua berjalan seperti keinginannya anmu kan, siapa yang tak bahagia bila setelah ini kamu bahkan memiliki kehidupan yang jauh lebih sempurna.""Ya, hari ini memang aku nantikan mas."D8a menatapku lekat. "Jadi begitu, pe
Magbasa pa
Jangan remehkan aku
Malam ini setelah makan bersama, aku antarkan Lala ke rumah mbak Lia. Rumah ini sebenarnya masih rumahku dan mbak Lia tinggal di sini bersama anak-anaknya atas permintaanku juga, kupikir dari pada rumah ini kosong, lebih baik mbak Lia yang menempati. Beberapa kali mbak Lia memintaku menjual rumah ini, namun aku belum ingin melepasnya, sementara mbak Lia sudah jatuh hati dengan rumahku ini.Lala langsung naik ke lantai atas saat kami baru saja masuk ke dalam rumah."Mbak, kamar tengah dekat tangga kosong tidak?" Aku bertanya pada mbak Lia."Kosong Sri, mbak dan anak-anak tidur di atas sama-sama. Ada apa?""Buat Hindun, aku bawa dia kesini untuk mengawasi Lala.""Di rumahkan sudah ada dua asisten rumah tangga Sri, kenapa harus bawa Hindun juga?""Ya kan beda mbak, ini buat Lala biar mbak nggak repot juga. Hindun itu bukan sembarang asisten mbak, aku mencarinya khusus untuk menjaga Lala dari apapun." Bisikku di telinga mbak Lia, dan wanita itu hanya tersenyum sambil menggelengkan kepala.
Magbasa pa
Sri bukan preman
"Hay mbak Aini, bagaimana kabarmu sekarang?"Sri, bagaimana kamu bisa masuk? Mau apa.kamu?""Nggak apa mbak, aku hanya ingin menyapa. Bagaimana kisahmi tentang aku di sekolah Lala, sudah sesuai dengan maumu kan mbak?"Mbak Aini nampak terkejut dan tak bisa menjawab. "Aku tunggu jawabanmu mbak, Bagaiaman kisahmu tentangku tadi!" Ucapku kesal dan menunggu wanita itu bicara."Apa maksudnya sih Sri, aku nggak tau. Lagian kami ngapain tiba-tiba masuk ke dalam mobilku!" Ucapnya terlihat kesal dengan perbuatanku."Aku sedsmh memainkan peran yang kamu berikan mbak." Kunaikkan kaki ini bersama sepatunya ke atas dasbor mobil dan ku belakang kan sandaran kursi ke belakang, ah nikmat sekali."Turunkan kakimu Sri! Nggak sopan!" Ucapnya naik darah.Aku melirik ke belakang dan melihat dua anak mbak Aini sudah tertidur."Hanis belanja ya mbak, banyak sekali kantung plastik di belakang."Bukan urusanmu juga! Keluar!" Dia meninggikan suaranya."Mobil depan jalan itu mbak." Aku tersenyum melihat diriny
Magbasa pa
Tuan Yamato
POV SatriaAku baru saja pulang saat ponselku berdering dan nama mbak Aini tertera di layar, engganmengangkatnya namun entah kenapa aku merasa ada sesuatu. Dan ternyata dia membawa kabar dari Sri, aka. Kemana wanitaku itu sekarang."Bob, cari tau kemana Meilin pergi malam ini!" Aku memanggil Bob di ruang keamanan dan lelaki bertubuh binaraga itu mengangguk berlalu pergi.Ku ganti bajuku dengan segera, melepaskan baju praktek sekaligus profesi ku sebagai dokter, kali ini aku hanya lelaki bucin yang tergila-gila dengan gadis ajaib bernama Sri rejeki.Sri belum tau siapa aku, aku hanyalah dokter di matanya, namun dia lupa bagaiamana keluarga angkatku mengenal dengan baik keluarga angkatnya. Kami tetaplah memiliki sisi gelap yang sama, yang akhirnya membuat dua keluarga besar itu saling mengenal dengan baik.Tok.. tok..Ketukan di pintu membuat aku terkejut, aku gugup malam ini, entah berapa lama aku tak menyentuh senjata api. Dulu saat aku masih sekolah, papi memaksa aku belajar menemba
Magbasa pa
Strategi dalam Strategi
"Aku belum selesai bicara tuan Yamato, aku masih belum selesai bicara!" Ucapku berdiri dan berjalan ke arahnya.Kali ini aku tak mau terlibat lemah, hatinya memang sejak dulu aku tak terlihat lemah di hadapan mereka semua!"Jangan pernah menyela saat aku sedang bicara tuan, apa tak ada yang memberi tau anda bahwa itu kebiasaan yang sangat buruk!" Ucapku dengan kesal, kali ini aku berdiri dan mendekatinya."Jika anda ingin di hargai di tempat sendir, silahkan anda hargai juga diri anda tuan!" Aku menggeser kakinya dari hadapanku.Tuan Yamato menatapku kesal, dia seperti sedang menunggu aku bicara lagi."Katakan saja apa maumu!""Aku ingin kamu tak lagi menganggu bisnisku!"Doa tersenyum sinis. "Bisnis mana yanv aku ganggu?""Bisnis mana? Jangan kamu kira aku ini bodoh tuan, hingga tak tau bahwa pembunuhan di tempat karaoke adalah perbuatanmu!"Dia tertawa sekarang." Jangan salah bicara, bukankah kalian tak punya bukti apapun?""Bawa saja Kemari Pama Ardan, dia akan memberikan buktinya.
Magbasa pa
Satria dan rahasianya
"Tiga orang kita meninggal nyonya, sisanya masih di depan, mereka bersama orang-orang yang membawa senjata lengkap." Arman berbisik pelan di telingaku, memastikan hanya aku dan dia yang mendengar obrolan kami."Orang-orang siapa?" Bisikku bertanya."Saya belum tau, yang jelas perintahnya adalah membawa anda keluar dari sini dengan selamat." Ucap Arman membuat aku semakin bartanya siapa orang yang telah melindungi aku dari Yamato.Aku hilangkan rasa penasaran ini, kembali menguasai diri agar tak terbawa rasa tanya yang dapat mengganggu konsentrasiku sendiri."Bawa Kemari lelaki bernama Zail itu!" Aku berteriak penuh amarah, entah kenapa hatiku sakit mendengar orangku dia bunuh begitu saja.Dua pengawalku menarik Zail mendekat, kutatap wajahnya yang ketakutan. "Berapa orangku yang kau bunuh?" Aku mencengkeram erat rahangnya yang mengeras."Ti_tiga nyonya, ampuni saya." Ucapnya terbata-bata."Letakkan jarinya di meja!" Ucapku lantang meminta orangku meletakkan jari Zail di meja. Aku amb
Magbasa pa
Kamu cemburu ya mbak?
Setelah malam penuh darah di tempat tuan Yamato, hadi demi hari berlalu dengan rasa tak kutau. Hatiku terus saja merasa bersalah dengan kematian tiga orang ku, terlebih rekaman pemakaman mereka membuat aku semakin merasa nyeri kian menusuk. Tangis dan jeritan kudengar menyayat hati, dari seoranh istri yang di tinggalkan suaminya, anak yang menangisi ayahnya dan orang tua yang kehilangan putranya. Seberapa banyak pun hartaku berikan, tak akan mampu mengembalikan mereka yang telah pergi.Kabar baiknya hubunganku dengan Satria kian membaik, aku merasa tal lagi menanggung beban sendiri, segala hal kini dapat ku bagi dengannya."Sudah sampai sayang, ayo kita turun." Ucapku saat mengantarkan Lala ke sekolahnya.Gadisku tak pernah lagi bercerita soal Mutia, mungkin hubungnanya juga merenggang karena keegoisan kami, orang tuanya. Beberapa kali aku mencoba mencari tau apa yang terjadi di sekolah, Lala memilih untuk tidak bicara tentang Mutiara."Ma, hari ini mama atau om Tri yang jemput?" Dia
Magbasa pa
Wanita asing di pabrik
"Turun kamu Sri, aku mau bicara."Aku menghadap ke depan dengan kesal, sebab dia bicara tanpa rasa bersalah."Dengarkan ya mbak, aku itu bukan wanita nganggur ya, jadi tak ada waktu untuk bicara sesuatu yang tak penting!""Apa maksudnya tak penting! Kamu menghina ku tadi di sana dan kamu bilang tak penting?" Mbak Aini terlihat benar-benar marah sekarang, namun itu justeru nembuat aku bertambah semangat mempermainkan perasaannya.Ayo mbak, marahlah!"Bagian mana aku menghinamu mbak?""Tadi kamu bilang fitnah, bohong tadi! Kamu kira aku takut dengan ancamanmu itu!"Dia berkacak pinggang, dengan wajah seperti siap menerkamku hidup-hidup.Aku tersenyum melihatnya panas sendiri. Kudekati wajahnya yang terlihat jelas sedang menahan amarahnya."Ada memang aku sebut nama mbak Aini? Aku nggak bilang itu untuk siapa, kenapa tiba-tiba saja mbak Aini marah? Ngerasa ya kalau itu ciri-ciri dirimu sendiri?"Dia terlihat berpikir sejenak, mungkin sedang mengingat bagian mana dari kalimat ku yang me
Magbasa pa
PREV
1
...
678910
...
30
DMCA.com Protection Status