All Chapters of Istri Kutukan Sang Presdir: Chapter 11 - Chapter 20
22 Chapters
Antara Ilusi dan Kewarasan
"Lyd, aku mau mandi pinjam handuk!" Wisnu tanpa basa basi langsung berdiri dan menuju ke kamar mandi Lydia."Eeh pak, jangan kesitu kran airnya belum jalan masih diperbaiki sama tukang!" cegah Lydia."Laah terus?""Pake kamar mandi saya aja di dalam!" Lydia sedikit ragu tapi apa boleh buat, ia tidak mungkin melarang Wisnu mandi."Ini handuknya, emang bapak bawa baju ganti?" tanya Lydia yang sedikit kebingungan."Broto!" Suara Wisnu memanggil sopir pribadinya dengan keras membuat Lydia menutup telinganya."Cck, pak nggak bisa apa nggak pake teriak?" gerutu Lydia."Nggak!"Pak Broto dengan tergopoh-gopoh masuk ke dalam kamar Lydia dengan paper bag berisi pakaian Wisnu. "Ini pak sudah siap semua!""Eeh udah bawa baju segala?" Lydia keheranan."Pak Wisnu selalu bawa pakaian ganti di mobil mbak, buat acara darurat. Ada jas, sepatu, dasi, juga Daleman, komplit udah bagasinya!" sahut pak Broto dengan
Read more
Tokonya Hilang?
"Pak, kita sudah sampai. Saya tunggu disini apa ikut aja pak?" tanya pak Broto."Disini aja, ngapain juga kamu ikut?!" jawab Wisnu "Ya kali aja, bapak sama mbak Lydia pingsan lagi kan bisa saya tolongin segera pak," sahut pak Broto kalem."Kali ini kita nggak bakalan pingsan lagi pak. Udah tunggu kita disini aja!" Wisnu mengatakan seraya keluar dari mobil.Ia menunggu Lydia turun lalu mereka berjalan berdampingan menyusuri kembali pedestrian yang masih lengang."Semoga pemiliknya ada di toko biar urusan kita cepat selesai," kata Wisnu dengan penuh harap.Lydia terdiam ia juga berharap yang sama tapi seperti halnya Wisnu, Lydia juga meragukan hal itu terjadi. Dengan langkah pasti mereka berjalan dan berjalan menuju lokasi toko souvenir antik itu. Detik, menit mereka lalui tapi waktu seolah berjalan lambat sekali."Pak, ini perasaan saya aja apa kita muter-muter aja disini sih?" Lydia kebingungan dengan apa yang mereka alami."Iya juga ya, perasaa
Read more
Shella
Karyawan dengan tag name Agus di dadanya itu juga menyapa Lydia dengan senyum. Wisnu belum menjawab, ia mengedarkan pandangan ke sekeliling toko.Sekali lagi Wisnu hanya bisa tersenyum masam, sejauh mata memandang yang terlihat hanya berbagai contoh model keramik, wastafel, alat-alat pelengkap rumah tangga, kebutuhan alat dapur, dan lain sebagainya yang berhubungan dengan pernak pernik pelengkap rumah.Wisnu menggaruk kepalanya dan bertanya pada Agus, yang masih setia berdiri menemani Lydia dan Wisnu."Mas, mau nanya ini toko berdiri dari kapan ya?""Dari tahun kemarin bapak, tepatnya di bulan November. Apa bapak baru datang kesini? Ada special offer bagi member baru, mau coba?" jawabnya ramah seraya memberikan brosur penawaran toko pada Wisnu."Eeh, tahun kemarin?" Lydia terperanjat."Apa ada toko perhiasan di dekat sini mas, ehm sejenis toko suvenir antik?" Wisnu menyambung pertanyaan Lydia.Agus mengernyit mencoba untuk mengingat. Ia kemudian meng
Read more
Shella Curiga
"Pak Wisnu sudah berangkat Bu, dari jam lima pagi,""Hah, jam lima? Pagi bener! Kemana dia?!" Shella terkejut dengan jawaban Bi Inah."Tadi sih mau mengurus sesuatu sama mbak Lydia, penting! Jadi buru-buru,""Lydia? Sekretarisnya? Sepagi itu, aneh?!""Saya kurang paham Bu, maaf saya tinggal dulu ke dapur Bu," pamit bi Inah.Shella berpikir dan mengetuk ngetuk jemarinya diatas meja makan. Shella sedikit terganggu dengan tingkah tak biasa Wisnu."Tumben, ada apa Wisnu pergi ke rumah Lydia?"Rasa penasarannya menuntun Shella untuk mencari tahu jadwal Wisnu melalui staff yang lain. "Apa pak Wisnu ada?" tanya Shella saat terdengar suara Budi di seberang sana."Pak Wisnu belum datang ke kantor hari ini Bu," jawab Budi sedikit bingung."Belum datang? Lydia?" tanya Shella mulai curiga."Belum datang juga Bu, tadi mbak Lydia minta kami untuk mengosongkan jadwal pak Wisnu hari ini," jawab Budi lagi."Kamu tahu mereka kemana?" "Maaf Bu
Read more
Cincin yang Mengejutkan
"Jalan pak!" Wisnu memberi perintah pada pak Broto."Siap pak, mau kemana kita?""Balik ke kantor aja,""Yakin pak? Nggak mau cari toko suvenir lagi nih?" tanya pak Broto lagi."Iya, yakin! Udah jangan bawel nyopir aja yang bener!" Wisnu menjawab seraya merapikan jasnya dengan serba salah. Matanya sesekali melirik Lydia yang juga kikuk dan mencuri pandang padanya. Desiran aneh terasa begitu kuat di dada Wisnu. Rasa yang tak bisa ia hindari, rasa yang perlahan tapi pasti membelenggunya dalam ikatan cinta tabu.Mereka tiba di kawasan perkantoran mega bussines milik keluarga Dhanuaji. Satpam dengan sigap membuka pintu mobil menyambut kedatangan sang presdir muda. Lydia menyusul setelah pak Broto membukakan pintu untuknya."Lyd, saya butuh …,""Kopi? Baik pak, saya ke sana dulu sebentar!" Lydia dengan sigap berjalan mendahului Wisnu."Sandwich too?" Lydia kembali bertanya pada Wisnu.Wisnu heran k
Read more
Pertanyaan Tuan Besar
Wisnu menghabiskan cemilan siangnya dengan lahap. Ia tak menyadari tuan besar Dhanuaji yang sedari tadi memperhatikan dirinya."Kamu lapar? Nggak sarapan di rumah?" Tuan besar Dhanuaji bertanya, ia ingin memastikan kebenaran informasi dari orang sewaannya.Wisnu tersedak dan segera meminum kopi yang dipesannya tadi. Setelah sedikit melegakan tenggorokannya dari sumbatan makanan, Wisnu menjawab."Ehm, nggak sempat tadi ada keperluan mendadak.""Kalian nggak pernah sarapan sama-sama?" Tuan besar Dhanuaji masih memperhatikan perubahan ekspresi putra kesayangannya itu. Ia ingin memastikan Wisnu menjawabnya dengan jujur."Ehm, itu … sarapan kok, kita sering sarapan sama-sama. Cuma memang pagi tadi aja kita belum ketemu,"Wisnu menggaruk kepalanya yang tidak gatal, ia bingung harus menjawab apa karena memang pada kenyataannya mereka tidak pernah bertegur sapa di pagi hari. Apalagi untuk sarapan bersama. Tuan besar Dhanuaji su
Read more
Lydia Resah
Lutut Lydia lemas, pertanyaan tuan besar bak petir yang menyambarnya. Bayangan pemecatan dengan tidak hormat tiba-tiba saja terbayang di pelupuk mata. Dalam pikirannya pasti tuan besar Dhanuaji sudah berpikir macam-macam tentang dirinya dan Wisnu.Duh Gusti mimpi apa aku semalam!Lydia merutuki nasib sial yang menimpanya kini. Cincin itu benar-benar membawanya dalam situasi rumit yang tak berujung."Aku tidak mungkin salah mengenali cincin ini,""Tuan besar tahu tentang cincin ini?"Tuan besar Dhanuaji tersenyum getir dan menurunkan tangan Lydia. Ia tidak menjawab dan masuk ke dalam lift, meninggalkan Lydia yang bingung dan dipenuhi rasa penasaran. *********Tuan besar Dhanuaji duduk dengan gelisah di seat mobilnya, kelebatan bayangan masa lalu menghantuinya lagi. "Marisa, bukankah urusan kita sudah selesai?" Wajah tuanya nampak muram membayangkan Marisa wanita pemilik toko souvenir."Apa yang harus a
Read more
Rasa yang Menggoda
"Ada apa ini rame-rame? Pembagian sembako?" Suara Wisnu terdengar dengan nada sedikit tinggi membuat para staf tak terkecuali Lydia terkejut. "Eh, pak Wisnu! Ini tadi kak Lydia sedikit … ehm, masuk angin!" Budi yang panik mencolek Lusi untuk membantunya. Lusi dengan tergagap segera merespon."Ah, iya pak masuk angin! Kak Lydia agak nggak enak badan! Iya kan kak?" Lusi kembali mengerjapkan matanya memohon pada Lydia untuk membantu mereka.Wisnu selalu bisa tunduk pada kata-kata Lydia, jadi keduanya meminta Lydia ikut menjawab."Ehm, iya pak mereka mau nolongin saya tadi buat … ehm, ngecilin AC!" sambung Lydia sedikit ragu karena memberikan alasan yang agak tidak masuk akal.Wisnu mengernyit dan menatap stafnya bergantian, ia ingin mengeluarkan kalimat panjang dari mulutnya tapi kemudian matanya tertuju pada berkas yang masih berserakan di lantai. Ia berjongkok dan mengambil salah satu kertas terdekat, membacanya sejenak lalu,"Lh
Read more
Ciuman Pertama
Wisnu masih asik meneliti laporan yang diserahkan Lydia, tapi ia tidak tuli. Telinganya menangkap jelas suara laknat dari mulut Lydia. Wisnu semakin tidak bisa mengendalikan dirinya. Pikirannya kacau seketika. Ia merindukan sentuhan wanita untuk melepaskan ketegangan yang tanpa permisi datang saat bersentuhan dengan Lydia.Nyeri kepala melanda Wisnu, ia gamang antara ingin menuntaskan hasratnya atau menjaga image sebagai bos di depan Lydia. Pesona sang sekertaris yang kini duduk di sofa itu membiusnya. Wisnu melirik ke arah Lydia yang menggigit bibir bawahnya, terasa sensual di mata Wisnu.Ya Tuhan, kenapa kamu berpose begitu Lydia!Wisnu menahan debaran di dada yang semakin menyesakkan. Sulit baginya untuk berkonsentrasi memeriksa lembaran-lembaran kertas di depannya. Nafasnya terasa berburu dengan waktu, seperti pelari maraton yang hendak memasuki garis finish.Yah, menahan gejolak hasrat yang tanpa permisi datang memang sangat merepotkan. Membuat nyeri kepala
Read more
Frans dan Tugas Baru
"Frans sudah datang tuan!" Manda, sekretaris tuan besar Dhanuaji memberitahukan kedatangan lelaki tegap berjaket kulit hitam yang menunggu tenang di luar ruangan."Hhm, suruh dia masuk!" Tuan besar Dhanuaji menjawab dengan mata yang tak lepas dari map coklat diatas meja.Frans masuk keruangan dan memberi salam kepada tuan besar Dhanuaji. Ia duduk dan menyerahkan sebuah minidisc padanya."Apa ini?""Ini hasil pengintaian kami selama satu minggu terakhir tuan!"Tuan besar Dhanuaji mengetuk ngetuk jarinya ke meja ia gamang antara ingin melihat isinya atau tidak. "Apa sudah bisa dipastikan?"Frans menjawab dengan mantap, "Ya tuan! Kecurigaan tuan sudah bisa dipastikan kebenarannya!"Tuan besar Dhanuaji menghela nafas dengan berat. Kebimbangan di hatinya terasa semakin menekan dada. "Hmm, baiklah,"Tuan besar Dhanuaji memberikan kode pada Manda. Tak berapa lama sebuah video berdurasi satu jam lebih diputar. Tuan besar Dhanuaji menatap nanar setiap tay
Read more
PREV
123
DMCA.com Protection Status