All Chapters of Istri yang Terpaksa Kau Nikahi: Chapter 271 - Chapter 280
286 Chapters
BAB 271 — JADI, MANA YANG BENAR?
William nekat meninggalkan Gamma juga pekerjaannya demi bertemu Lexa yang diberitahukan sedang sakit.Tidak peduli dengan apapun yang akan terjadi setelah ini. Entah kehilangan pekerjaan, entah kehilangan nama Pranadipta, William masa bodoh. Ia sudah kehilangan istrinya, dan tak ingin mengulang hal yang sama pada putri semata wayangnya. Itu sama saja memaksa jantungnya berhenti berdetak.Kini pria itu sedang mengendarai mobil, menyusuri jalan gelap di hadapannya. Malam belum terlalu larut, akan tetapi rute yang ia lewati ini lengang dan sepi. Cukup mengerikan karena tidak ada kendaraan selain mobilnya sendiri, juga nyaris tidak ada lampu jalan sebagai penerangan.Bepergian sendiri pada trek semacam ini sangat berisiko. Selain riskan dengan pembegalan, paling parah mungkin William bisa tersasar hingga masuk hutan—bila saja ia salah mengambil jalur—akan tetapi berbekal ingatan yang cukup baik, juga GPS yang terpasang pada mobilnya berfungsi, pria itu berhasil keluar dari lebatnya pohon
Read more
BAB 272 — MEMULAI DARI AWAL
Pertanyaan yang dilontarkan William barusan membuat Alisha tertunduk. Isakannya semakin terdengar seiring dengan rasa sesal yang kembali menguar. Pria itu sendiri enggan menatap Alisha, meski hatinya meronta ingin memeluk seerat-eratnya. Nanti, setelah ia memastikan bahwa istrinya itu benar-benar menyesal dan menjawab pertanyaannya. Ia harus memastikan bahwa wanita itu sudah kembali sepenuhnya sebagai Alisha yang dulu ia kenal.“Aku minta maaf, aku bohong tentang semuanya, William. Tentang Christian dan semua kebahagiaan yang aku dapatkan tanpamu! Aku tidak pernah berhubungan dengan pria manapun dan aku tidak pernah mencintai orang lain. Semuanya masih sama, saat aku jatuh cinta denganmu!” Alisha memberanikan diri untuk membuka suara. Pengakuan itu tentu saja membuat William kembali berpikir.“Jika begitu, kenapa kau membohongiku?” tanya William tanpa menoleh sedikitpun ke arah Alisha.“Aku melakukannya karena aku takut, jika kau hanya mempermainkan aku lagi dan mengambil Lexa dariku!
Read more
BAB 273 — SWEET MOMENT
Obrolan 21+ Mohon bijak dalam membaca.***“Jadi, selama ini kau tidak pernah berhubungan dengan pria manapun termasuk, seks?”Pertanyaan vulgar William membuat dua mata Alisha membelalak. Gerakan tangan menarik selimut segera dipercepat dan spontan memukul lengan William. Sepasang suami istri itu masih bergelung nyaman di balik selimut yang sama. Beberapa menit yang lalu mereka baru saja menuntaskan permainan yang terakhir. Entah berapa ronde lamanya mereka bersenang-senang, saking banyaknya mereka lupa menghitungnya. Terlalu asik menikmati setiap sentuhan yang mereka lakukan sampai tak ingat waktu, bahkan saat ini hampir menjelang pagi.Satu dini hari, waktu indonesia bagian barat.“Pertanyaan macam apa itu? Kau pikir aku wanita murahan yang mau berhubungan dengan pria mana saja demi seks?” Alisha mengerutkan keningnya dan menatap pria yang tengah melingkarkan tangan pada perutnya.“Aku hanya bertanya saja. Siapa tahu, bisa jadi, kan? Dari kabar yang aku dengar, banyak karyawanku y
Read more
BAB 274 — KEPITING REBUS
“Sudah dulu ya, telponnya nanti lagi. Uncle dan Mama harus segera masuk pesawat, mau berangkat untuk jenguk Lexa. Nanti kalau sudah sampai, uncle akan langsung ke rumah sakit. Mengerti, Sayang?”William menyunggingkan senyumnya ketika mengucapkan kalimat perpisahan itu. Satu tangannya melambai di depan layar ponsel yang sedang menampilkan seorang gadis kecil yang baru makan siang dengan sup brokolinya. Menurut suster Nisa, kondisi Lexa sudah mulai membaik, hanya saja demam yang kadang muncul tiba-tiba membuatnya belum bisa keluar dari rumah sakit secepatnya—seperti yang Alisha harapkan. Meski begitu, William bisa menghela napas sejenak. Setidaknya Lexa tidak separah kemarin saat merengek sakit kepala dan ingin bertemu dengannya. Mendengar tangisannya saja, hatinya ngilu dan ingin segera bertemu dengan anak itu. Apalagi melihat dengan jelas bagaimana Lexa harus diberikan penanganan khusus karena demam berdarah. Belum lagi saat William mendengar bahwa jika trombositnya terus menurun ma
Read more
BAB 275 — KAU BUKAN DIA
"Sir, please hurry! My child is in the hospital! I beg you to go a bit faster!"Tiba di Negeri Singa, William dan Alisha segera menuju rumah sakit tempat putri mereka dirawat.Tidak peduli bila hari sudah sore, dan tubuh yang terasa lelah setelah menunggu jadwal keberangkatan mereka yang tertunda begitu lama. Hanya kesembuhan Lexa yang menjadi tujuan utama mereka. Terlebih saat mendapat laporan dari Suster Nisa bila Lexa kembali demam dan trombositnya terus menurun dan sampai saat ini dokter sedang mengobservasi untuk mengambil keputusan apakah harus transfusi darah atau tidak.“Percaya padaku, Lexa akan baik-baik saja. Tenanglah, Sha.” William mencoba menenangkan istrinya yang sejak tadi meminta sopir untuk mempercepat laju kendaraan.Namun, Alisha justru mendengus mendengar kalimat suaminya. Sejak dalam pesawat hingga dalam perjalanan menuju rumah sakit, William terus saja memberikan kalimat supportif semacam itu. Diminta untuk tenang dan percaya bahwa Lexa akan segera membaik. Seba
Read more
BAB 276 — TUBUHMU CANDU
“Uncle Painter!”Gadis kecil yang masih mengenakan infuse pada tangan kanannya itu sontak berlari ke arah William begitu tahu ada seorang pria yang datang bersama mamanya di ambang pintu. Tidak peduli dengan selang infuse yang hampir saja tertarik, Lexa tetap berlari dan hanya ingin bertemu dengan William. Suster Nisa dan seorang perawat yang baru saja tiba untuk mengecek keadaan Lexa samapai sempat hampir kehilangan napas beberapa saat. Namun, untung saja pengasuhnya itu cepat tanggap dan turut berlari memegang kantung infusenya. Terlambat satu detik saja, mungkin tangan Lexa akan berdarah karena jarum yang terlepas dari kulitnya.Tidak hanya pengasuh dan tenaga medis, William dan Alisha pun turut melebarkan matanya ketika anak itu berseru girang dan berlari ke arah mereka. “Astaga, tidak perlu lari, Lexa. Nanti jatuh!” tegur Alisha dengan nada panik. Hampir saja wanita itu melayangkan kalimatnya lagi, tetapi William segera memegang lengan Alisha agar mengurungkan niatnya. Alhasil,
Read more
BAB 277 — SURAT PEMUTUSAN HUBUNGAN KERJA
William mengamati sejenak sebuah amplop putih yang diserahkan oleh pengasuh putrinya beberapa saat yang lalu. Akan ada dua kemungkinan yang dia dapatkan bila membukanya. Kabar baik atau kabar buruk. Entah kabar mana yang akan ia dapatkan hari ini, William hanya bisa menerka dalam hati.Pria yang tengah mengenakan kaos berkerah berwarna putih itu sedang berdiri pada rooftop rumah Alisha. Sejak tadi hanya membolak-balikkan bungkus kertas berlabel Pranadipta Group itu. Masih ragu ingin membuka atau tidak. Baru semalam mereka pulang ke rumah Alisha, setelah kondisi Lexa dinyatakan sembuh oleh dokter. Kedatangan William nyatanya berdampak baik untuk gadis kecil itu. Demamnya berangsur turun dan trombositnya terus naik. Hanya butuh dua hari, dokter yang menangani Alexandra memperbolehkan mereka untuk pulang. Namun, tetap harus menjalankan medical check up berkala selama tiga hari sekali.Dengan memantapkkan hati, pria itu memutuskan untuk membukanya. Ia mentobek penutupnya dengan hati-hati
Read more
BAB 278 — KEBENARAN
Di tempat lain.“Kau terlalu cepat membuat keputusan, Nak. William juga punya hak atas perusahaan. Kau tidak bisa memecatnya sembarangan seperti pegawai lainnya. Dan, Ibu rasa selama ini dia tidak pernah absen kecuali beberapa waktu belakangan. Itupun kau tahu karena dia sedang mengurus keluarganya. Dimana akal sehatmu, Gamma!”Teguran dengan nada cukup keras itu diberikan Romana kepada Gamma yang sedang duduk di atas kursi kerjanya. Beberapa saat yang lalu, wanita paruh baya itu mendapatkan kabar bila Putra sulungnya mengirimkan surat pemecatan kepada adiknya sendiri.Tentu saja Romana tidak terima akan hal itu. Gamma tidak tahu apa yang sedang terjadi dengan William. Gamma hanya tersulut emosi sebab beberapa investor marah padanya satu hari yang lalu. “Aku tidak mau ada pengacau di perusahaan, Bu. Ibu juga tahu sendiri bagaimana para investor dan pemegang saham menegurku karena progress yang lambat. Sedangkan William pergi tanpa mengurus pekerjaannya sama sekali! Dia harus diberika
Read more
BAB 279 — BLUE CUPCAKE
“Mama Sha? Wau! Ada cake dari siapa, Ma?”Lexa menaiki bangku, lalu mengamati barisan cupcake brownies berhias krim warna-warni pada sebuah piring yang terletak di atas meja makan. Anak kecil berkuncir dua itu baru saja menyusul sang mama ke dapur, setelah sebelumnya asik menonton film kartun favorite-nya di ruang tengah. Bocah itu tertarik pada salah satu krim yang berwarna biru dengan taburan cokelat mutiara putih, tetapi tak berani mengambilnya sebab belum diijinkan oleh sang mama. Alisha melempar senyum pada putrinya. Lalu merendahkan tubuhnya agar sejajar dengan tubuh Alexandra. “Mama baru saja beli, Sayang. Kau mau makan?”Anggukan kepala diberikan oleh gadis kecil itu. Alisha lantas mendekatkan piring berisi kue-kue itu ke arah Lexa, agar mengambil sendiri kue yang dia mau.“Blue, is my favorite!” seru Lexa dengan nada yang menggemaskan. Selanjutnya mengambil kue berwarna biru seperti yang inginnkannya. “Kalau yang itu, Ma?” Anak itu menunjuk ke potongan brownies biasa yang t
Read more
BAB 280 — LEXA MAU SEPERTI ATTA
“Kalau kau tidak mau ikut, tidak apa-apa. Biar aku yang pulang sendiri ke Indonesia, tetapi mungkin aku akan kembali saat ibu sudah baikan.”William memutar tubuh dan melihat ke arah sang istri yang datang membawa satu piring lauk menu makan malam mereka hari ini. Lelaki yang tengah mengenakan piyama biru tua itu lantas menarik sebuah kursi berbahan kayu kemudian mendaratkan tubuhnya di sana, menunggu jawaban Alisha. Sedangkan Alisha belum mengatakan sepatah kata pun terkait hal yang sedang mereka rundingkan. Sepasang suami istri itu baru saja membahas terkait dengan kabar Romana yang jatuh sakit.Situasi itu, membuat William harus pulang sesegera mungkin. Tidak ingin keadaan ibunya semakin parah, sebab obat yang paling manjur hanyalah kedatangan dirinya. Namun, ia tak mungkin juga meninggalkan Alisha dan Lexa lagi. Untuk itu, William berinisiatif untuk mengajak mereka kembali ke Indonesia. Ia juga ingin menunjukkan pada ibunya bila dia setidaknya sudah bisa memperbaiki hubungan perni
Read more
PREV
1
...
242526272829
DMCA.com Protection Status