All Chapters of Maaf Mas, Aku Tega! : Chapter 81 - Chapter 90
100 Chapters
Bab 81
Pov Intan"Romi, aku suka sama sepupu suami kamu Nit."Bagai halilintar yang menyambar pohong hingga membuatnya roboh dan jatuh. Begitu pula diriku. Pengakuan Mbak Indah mampu meluluh lantahkan hatiku.Aku diam, masih tak percaya jika lelaki yang akan dijodohkan denganku adalah lelaki yang justru dicintai oleh sahabatku sendiri. Dilema, satu kata yang mampu menggambarkan perasaanku saat ini. Bagaimana mungkin kami mencintai lelaki yang sama, dan itu Mas Romi. Sejauh ini Mbak Indah tak pernah menceritakan tentang Mas Romi. Aku pikir kedekatan mereka hanya sebatas teman saja. Ya, karena Mbak Indah jauh lebih dahulu mengenalnya. Tak menyangka jika dia juga menaruh hati pada lelaki yang ku cintai. Aku tak menyalahkan jika Mbak Indah jatuh cinta pada Mas Romi. Karena sejatinya cinta itu tak bisa memilih pada siapa hati ini akan berlabuh. Terlebih Mas Romi sosok pria sholeh dan bertanggung jawab. Tak heran jika banyak wanita yang jatuh hati kepadanya. "Tan, kok diam aja? Beri pelukan ke
Read more
Bab 82
Pov IntanLama ku pandangi pesan dari Mbak Anita tanpa ada niat sedikit pun untuk membalasnya. Lebih baik aku segera pulang dan istirahat. Mungkin dengan istirahat bebanku akan sedikit berkurang. Aku melajukan motor dengan hati-hati. Motor berjalan dengan kecepatan 40 km/jam menembus keramaian kota di sore hari. Sepanjang jalan banyak kendaraan yang melaju mendahuluiku. Aku masih melajukan motor dengan kecepatan yang sama. Aku tak ingin berkendara dengan kecepatan tinggi saat pikiran tidak karuan. Aku tak mau merugikan diri sendiri atau pun orang lain. Jarak antara toko dan rumah yang bisa ku tempuh dalam waktu dua puluh menit harus molor menjadi tiga puluh menit karena laju kendaraan yang lambat. Mata membulat sempurna kala melihat sebuah mobil sport terparkir di jalan tepat di depan rumahku. Ku hembuskan nafas kasar. Merutuki diri sendiri, harusnya aku pulang setelah magrib saja. Kalau begini harus bagaimana lagi? Ku matikan mesin motor setelah berada di halaman rumah. Jantung b
Read more
Bab 83
Pov RomiAku tak tahu harus bahagia atau sedih. Namun satu yang aku tahu, aku seperti terbebas dari beban yang menempel di pundak. Lega luar biasa. "Apa kamu yakin, Tan? Tante yakin cinta bisa hadir karena saling bersama. Banyak di luar sana pernikahan dimulai tanpa cinta dan berujung bahagia." Mama masih berusaha meyakinkan wanita berhijab menjuntai itu. Binar bahagia di wajah mama kala berangkat kemari sirna saat mendengar penolakan dari wanita yang berusaha ia jodohkan padaku. Aku lirik Intan yang tengah duduk di sebelah tante Halimah. Ia menunduk dengan bulir bening menetes dari sudut netra. Kenapa Intan menangis? Bukankah dia bahagia karena tidak akan menikah dengan lelaki yang tidak mencintainya. "Maafkan Intan tante." Hanya itu yang keluar dari mulut Intan. Dengan berat hati mama menyetujui pernolakan Intan. Raut kekecewaan tergambar jelas di sana. Dan aku sedih melihat itu. Setelah Intan memberikan jawaban kami pun undur diri. Mama melangkah gontai sambil sesekali meng
Read more
Bab 84
Pov RomiAku berlari masuk ke rumah. Dalam pikiran hanya ada satu nama, mama. Aku sangat takut terjadi hal yang tak diinginkan terhadap wanita yang telah melahirkanku itu. Rasa bersalah kembali menelusup di hati mengingat aku belum bisa memenuhi permintaannya. Tapi harus bagaimana jika Intan sendiri telah menolak. Walau tak bisa dipungkiri dalam hati sangat bersyukur dengan penolakan itu. Sedikit berlari menaiki anak tangga hingga tak sengaja tangan terbentur pegangan tangga. Sedikit darah keluar dari siku kiriku. Aku tak perdulikan yang terpenting saat ini adalah keadaan mama. Pintu terbuka hingga dengan leluasa aku bisa masuk ke dalam. Mama duduk bersandar dengan bantal sebagai pengganjal punggung. Bik Tuti setia menemani mama yang sudah membuka mata. Aku mendekati wanita yang wajahnya terlihat pucat itu. Ku genggam tangan kanannya. Beliau begitu lemas, wajahnya pun pucat. Aku tak tega melihatnya. "Kita ke rumah sakit ya, ma!" Mama menggeleng dengan tatapan lurus ke depan. "Bi
Read more
Bab 85
Pov IntanMenghitung setiap stok pakaian yang ada di rak. Tak lupa ku catat setiap model dan jumlah barang yang ada di rak. Jika di rasa sudah menipis barulah menghubungi suplier untuk segera mengirimkan barang. Kadang juga mengganti barang dengan model terbaru. Ini adalah tugasku di toko setiap harinya. Bukan lagi di meja kasir seperti dulu. Ya, semenjak toko Mbak Anita berkembang pesat. Tugasku mulai berganti. Ruko di sebelah toko ini pun sudah berpindah kepemilikan menjadi milik mbak Anita. Dengan bertambahnya ruko, toko ini semakin luas saja. Lantai atas di toko petama adalah tempat penyimpanan stok barang. Sedang lantai atas di ruko sebelah sudah di gunakan untuk berbagai handuk , selimut dan seprei. Ku hitung stok gamis terbaru yang sedang di gemari. Stoknya tinggal satu sering saja. Aku harus segera memberi tahu Mbak Anita. Ini menambah dengan model sama atau menggantinya dengan model terbaru. "Intan!" Ku toleh sumber suara. Mbak Anita sedang duduk di sofa tak jauh dari tem
Read more
Bab 86
Pov Intan"Sudah kamu ke rumah Romi sekarang. Kasihan tante Lisa.""Ba-baik Mbak," ucapku sedikit ragu. "Selama tiga hari tak usah masuk kerja!""Lho kenapa Mbak? Mbak Anita marah karena aku tidak jujur?" ucapku pelan. Jujur aku merasa sangat bersalah karena tak berbicara jujur kepada Mbak Anita dan Mbak Indah sejak awal. Namun aku tak ingin menyakiti hati Mbak Indah. Percuma saja menerima perjodohan jika Mas Romi sendiri masih mencintai Mbak Anita. "Bukan karena itu Tan! Kamu punya tugas lain. Jadi kamu tak ke toko selama tiga hari.""Maksud Mbak Anita?""Tolong rawat tante Lisa. Itu tugas kamu!"Ya Allah, Ya Robb. Kenapa harus aku yang merawat tante Lisa. Kenapa tidak orang lain saja. Bukan, bukan karena aku tak mau merawat wanita yang sudah ku anggap ibu sendiri itu. Aku mau merawat tante Lisa. Tapi harus ke sana, itu berarti aku akan bertemu dengan Mas Romi setiap hari. Apa aku sanggup? Ini adalah tugas yang sangat sulit. "Tapi Mbak!""Di sana ada asisten rumah tangga. Om Wi
Read more
Bab 87
Pov RomiAku begitu bahagia saat Intan mau datang ke rumahku. Aku yakin kedatangan wanita bercadar itu akan membangkitkan semangat mama untuk segera sembuh. Sepanjang jalan menuju kamar mama,Intan terlihat menghindar dariku. Dia hanya berbicara seperlunya. Apa memang benar ucapan mama jika Intan menaruh hati padaku? Tapi kenapa dia justru menolak jika dia memang menyukaiku. Aneh. Intan masuk ke kamar mama perlahan. Aku hanya menatapnya dari pintu yang tidak tertutup rapat. Ku amati wanita dengan hijab menjuntai itu. Mama terlihat senang dapat bertemu dengan Intan. Senyum selalu tergambar jelas di wajahnya. Ternyata benar, Intan adalah semangat mama. Terima kasih, Intan. Kamu mampu membujuk mama untuk makan. Karena kehadiran kamu, mama bisa tersenyum lepas. Senyum mengembang melihat dua wanita berbeda usai itu. "Kamu suka dengan wanita itu?"Aku melonjak kaget mendengar suara di belakangku. Ku pegangi dada yang berdetak cepat. Untung saja aku tidak jantungan. Ku tatap tajam lelaki
Read more
Bab 88
Dia menghindar harusnya aku bertanya kenapa bukan justru ikut menghindar. Tapi ya sudahlah, gensi juga jika diriku terlalu ikut campur dengan kehidupannya. "Bukan!" jawabku karena sedari tadi papa menatap letak mataku. Segera ku sambar kunci mobil yang ada di atas nakas. Tanpa salam aku berlalu meninggalkan papa. Terlalu lama di rumah akan membuat jiwa penasaran papa meronta-ronta. ***Aku duduk di ruangan sambil mengecek laporan keuangan restoran beberapa hari ini. Semenjak mama ditemukan pingsan di kamar aku memang belum ke restoran. Laporan keuangan memang selalu di kirimkan karyawan kepercayaan kami dari setiap cabang. Namun rasanya tak afdol jika tidak membaca laporan secara langsung. Ya, meski hanya satu restoran yang selalu ku datangi. Lainnya hanya secara online. Sesekali saja ke sana karena memang jaraknya yang jauh. Kembali bayang Intan seakan muncul dalam pikiran. Teringat saat pertama kali bertemu dengannya. Dari sebuah kecelakaan hingga aku mengenal ibunya. Sikapnya
Read more
Bab 89
Romi berjalan mendekati sosok wanita yang beberapa hari ini mencarinya. Ia begitu panasaran. Tak mungkin ada orang yang bolak-balik mencarinya jika tak ada hal penting yang ingin ia sampaikan. "Permisi mbak, ada yang bisa ...." Romi tak melanjutkan kata-kata saat wanita di hadapannya tersenyum manis. "Indah ...." Romi segera menjatuhkan bobot di kursi tepat di hadapan wanita berambut panjang itu. "Akhirnya bisa bertemu juga dengan kamu, Rom." Seulas senyum tergambar jelas di wajah cantiknya. Romi menaikkan ujung alis,sedikit bingung dengan ucapan Indah.Rasa penasaran juga masih singgah di hati lelaki berhidung mancung itu. Justru rasanya kian bertambah. "Apa yang ingin Indah bicarakan?" batin Romi semakin penasaran. Indah begitu terpesona dengan senyum penuh kharisma dari lelaki yang ada di hadapannya. Lelaki yang mampu mengetarkan hatinya. Baru kali ini wanita yang memakai dress di bawah lutut itu merasakan debaran aneh saat duduk berhadapan dengan seorang pria.Indah memang su
Read more
Bab 90
Pov IndahAku masih tak percaya dengan apa yang baru saja aku dengar? Sungguh tega jika itu benar terjadi. Aku tak pernah menyangka wanita sholehah seperti Intan tega menusuk sahabatnya sendiri. Kenapa, kenapa dia memilih diam tanpa mau bercerita. Aku yakin, dia takut jika aku memintanya mengalah. Maka itu dia memilih bungkam. Bulir bening mengalir tanpa bisa ku bendung. Kenangan indah bersama Intan menari-nari dalam angan. Lalu secepat kilat kenangan itu berubah menjadi bayang saat Intan dan Romi duduk di pelaminan. Rasanya seperti luka yang sengaja ditaburi garam, perih tak terperi. Sebenarnya hari ini aku sengaja cuti kerja agar bisa bertemu dengan Romi. Bisa memulai mendekati lelaki berhidung mancung itu. Bukan semakin dekat tapi kenyataan pahit yang justru ku dapat. Ya Tuhan, ini sungguh tak adil untukku. Kapan, Engkau kirimkan lelaki yang bisa mendampingi diriku hingga akhir hayat nanti. Mobil ku parkiran sembarangan. Aku tak perduli jika nantinya papa atau mama marah. Yang
Read more
PREV
1
...
5678910
DMCA.com Protection Status