All Chapters of ISTRI KEDUA AYAHKU: Chapter 31 - Chapter 40
51 Chapters
Bab 31. konferensi pers
ISTRI KEDUA AYAHKU 31Huda langsung berdiri melihatku datang bersama Sakha. Dia tampak khawatir dan juga heran. Tentu saja karena sejarah buruk kami dengan keluarga Saskia"Kakak kenapa? Apa yang terjadi?" Cecarnya begitu melihat setitik darah di ujung jilbabku. Rupanya darah lelaki itu memercik sedikit.Aku menghela nafas. Saat ini, barulah aku merasa lelah karena ketegangan yang baru kualami. Aku duduk di kursi tunggu, dengan sepasang mata Huda yang menunggu penjelasan."Orang suruhan Angela mencegat Kakak. Mereka meminta dirimu."Huda ternganga, tak menyangka akan sampai sejauh ini."Lalu?""Aku sudah melaporkan kejadian tadi pada Polisi dan mengirim plat nomor mobil mereka. Tapi rupanya itu plat mobil palsu."Huda meremas remas rambutnya dengan gelisah. Sementara dari sudut mata dapat kulihat Sakha memperhatikannya."Kau harus hati-hati Huda. Mereka bisa saja muncul lagi dan langsung menculikmu."Huda duduk dengan lemas di sampingku. "Kalau aku mati, mungkin semua ini selesai."Ak
Read more
Bab 32. Kejutan dari Huda
ISTRI KEDUA AYAHKU 32PoV ELISAMalam yang mengharukan. Aku tak lagi bisa mengendalikan air mata melihat pemandangan itu. Eyang menangis tersedu sedu sambil memeluk Bunda. Dan Bunda yang luruh dalam pelukan mertuanya. Tak perlu ada kata maaf berhamburan, karena semua air mata dan sentuhan itu sudah lebih dari cukup membasuh luka dan meruntuhkan benteng yang menjulang demikian tinggi selama dua puluh enam tahun lamanya."Ibu sehat kan? Kenapa wajah Ibu pucat?" Tanya Bunda sambil menatap wajah Eyang, usai melepaskan pelukannya.Eyang menggeleng. Dengan jilbab lebar berwarna putih yang kini membalut kepalanya, Eyang bahkan terlihat lebih cantik. Tapi ya benar kata Bunda, Eyang terlihat sedikit agak pucat."Nyonya besar seharian ini nggak istirahat. Bolak balik melihat keluar menunggu Nyonya datang."Bik Ros yang melapor. Kebetulan sekali beliau mendengar pertanyaan Bunda saat mengantarkan minuman untuk kami.Eyang tertawa kecil. Sementara aku memeluk Amira, yang meski diam saja, raut waj
Read more
Bab 33. Kau cantik saat tersenyum
ISTRI KEDUA AYAHKU 33Aku dan Ayah nyaris berlari menyusuri lorong rumah sakit, yang entah mengapa kali ini terasa amat panjang. Ayah bahkan gemetar sehingga kami meminta sopir yang menyetir mobil karena aku sibuk menenangkan Ayah. Aku tak mau kami malah berakhir di rumah sakit. Bagaimanapun, Huda adalah anaknya, anak kandungnya. Sepanjang jalan, Ayah terdiam, tak mampu berkata apa apa. Aku sendiri kehilangan kata kata."Apa yang terjadi Huda?"Di atas brankar, jenazah Mama telah ditutupi kain putih. Beberapa petugas rumah sakit dan dua orang polisi tengah melakukan pemeriksaan. Huda sendiri sudah diborgol dan kini, persis seperti yang kubayangkan, dia duduk di pojok kamar sambil memandang jenazah Mama."Huda? Kenapa?" Suara Ayah gemetar. Beliau mengulurkan tangannya menyentuh bahu Huda. Tapi seakan berada di dunia lain, Huda bergeming. Tatapannya kosong meski pandangannya tertuju pada jenazah Mama."Huda!"Plak!Tak sabar, aku menampar wajahnya hingga dia berpaling padaku. Wajahnya y
Read more
Bab 34.
ISTRI KEDUA AYAHKU 34Dua minggu sudah sejak kematian Mama. Semua kembali pada kebiasaan semula. Aku ke kantor utama, dan juga meng-handle kantor cabang yang selama ini dipimpin Huda. Tak banyak yang berubah karena selama ini Huda hanya menampakkan diri disana, bukan benar-benar bekerja. Bu Astri sang sekretaris yang selama ini mengerjakan semua yang harusnya dikerjakan Huda, kini duduk di hadapanku."Saya turut berdukacita Mbak Elisa. Mas Huda, di luar kebiasaannya main perempuan, dia sebetulnya anak yang baik. Sayang sekali. Seandainya Nyonya Laksmi mendidiknya seperti Nyonya Anindya, dia tentu akan sehebat Mbak El."Bu Astri, tidak seperti karyawan lain yang memanggilku Ibu, hanya memanggilku Mbak karena aku yang meminta. Dia tangan kananku yang sangat bisa kuandalkan. Track record nya bersih tanpa cela dan kinerjanya luar biasa.Aku tersenyum, meski kurasakan sendiri bahwa senyumku pasti terlihat sendu. Membayangkan adikku di dalam penjara. Adikku yang terbiasa hidup enak dan apa
Read more
Bab 35
ISTRI KEDUA AYAHKU 35Aku meletakkan ponsel di atas meja. Semua percakapan kami tadi, berikut pengakuan mengejutkan dari Huda memang sengaja ku rekam. Aku tidak bisa mengabaikan firasatku. Firasat bahwa adikku tak bersalah. Huda, diluar kebiasaannya main perempuan, adalah anak yang baik. Usianya baru akan dua puluh empat tahun, lima bulan yang akan datang. Terpaut enam bulan dengan Amira. Dulu sebelum Mama menjauhkannya dari kami, kami bertiga nyaris tak terpisahkan. Benar, kucing jalanan saja dia pungut dan rawat. Aku bahkan ingat bagaimana gegernya rumah kami dulu ketika dia pulang bermain membawa seekor anak anjing kurus kering dan hampir mati kelaparan. Ada luka terbuka di punggungnya. Menjijikkan sekali."Astaga Huda! Buang anjing itu. Kotor, dekil banyak kuman!" Seru Mama."Tapi kasihan anjing ini Ma. Dia dikeroyok anjing anjing besar.""Biarkan saja! Memang seperti itulah anjing. Kau tak boleh sembarangan membawa hewan ke rumah. Apa lagi yang kotor seperti itu." Tambah Mama mu
Read more
Bab 36
ISTRI KEDUA AYAHKU 36Makan pagi yang kesiangan. Sejak tadi, sepertinya tak ada yang bernafsu sarapan. Semua menunggu Huda datang. Dan kini, adikku itu duduk terpekur menghadapi piringnya, makan dengan perlahan. Dia tak mengambil hidangan yang ada di meja sendirian, hanya menunggu Bunda atau Eyang atau aku menyendokkannya ke piring, seakan dia tak punya hak. Dan yang membuatku sedih, dia bersikap seolah olah dirinya adalah orang lain di rumah ini."Makan yang banyak Nak, kau kurus sekali." Bunda yang duduk di hadapan Huda menegurnya, sambil menyodorkan lagi sepiring kepiting saus padang kesukaannya.Huda hanya mengangguk. Kami makan dalam diam, namun sama sepertiku, diam diam kami memperhatikan Huda. Disamping Huda, Amira makan dalam diam, tertib pada table manner meski aku tahu pikirannya melayang. Kata kata Huda tadi pastilah berarti sesuatu baginya."Jadi, siapa yang memaksamu mengakui bahwa kau membunuh Mama?" Tanyaku pelan. Kami hanya berdua, duduk di perpustakaan keluarga, usai
Read more
Bab 37
ISTRI KEDUA AYAHKU 37PoV ELISA"Kalian gila! Kenapa harus Elisa! Dia tak tahu apa apa!""Dia keluarganya. Dan jangan lupa, dia adalah penghubung keluarga Wijaya.""Elisa selalu menawarkan yang terbaik. Sementara yang memaksa kalian adalah Nyonya Laksmi. Dan dia sudah mati. Huda di penjara. Apa lagi yang kalian inginkan? Lepaskan Elisa!"Diam sejenak."Apakah kau belum tahu kalau Huda sudah dibebaskan kemarin?""Apa?!""Memangnya kau pikir orang kaya seperti mereka akan membiarkan saja anaknya dipenjara."Hening sejenak. Masing masing dari mereka sepertinya tengah menimbang-nimbang. Aku mengerjap, berusaha menyesuaikan diri dengan kegelapan di dalam sini. Tanganku terikat ke kursi kayu yang ku duduki dengan posisi ke belakang. Pegal sekali rasanya. Sementara dua kakiku juga terikat. Tapi bukan itu yang kupikirkan. Salah satu dari suara tadi kukenal. "Kenapa katanya Huda bebas?""Mana kutahu? Kakaknya tak mau memberi tahu."Dua suara yang kukenal! Bukan hanya satu. Dadaku berdebar ken
Read more
Bab 38
ISTRI KEDUA AYAHKU 38Aku menahan nafas, berusaha tak menghirup aroma maskulin yang segar dan menenangkan, yang menguar dari rambut ikal yang ada di depanku. Sementara jika aku membuka mata, sebuah punggung berbalut kaus hitam yang tegap dan gagah langsung memenuhi ruang pandanganku. Jarakku dengan punggung itu hanya sejengkal, membuatku dapat melihat bulu bulu halus yang tumbuh di bagian belakang lehernya.Aku memejamkan mata lagi, menahan debaran jantungku yang sempurna melonjak lonjak. Susah payah kutahan dadaku agar sedikit lebih tenang. Aku takut, di pemilik punggung di depanku akan mendengar betapa jantungku tak mau diam."Maaf." Ujar Sakha ketika tangannya akhirnya berhasil masuk ke dalam saku celanaku. Oh Tuhan, rasanya aku benar-benar mau pingsan. Merasakan tangan itu bergerak di dalam sana, mencari sesuatu yang berguna bagi kami agar bisa segera bebas dari sini. Untung saja, aku selalu menggunakan celana panjang yang longgar sehingga jari jari Sakha lebih leluasa."Ah, dapa
Read more
Bab 39
ISTRI KEDUA AYAHKU 39"Halo Angela! Kita bertemu lagi."Aku tidak membiarkan dia terkejut lebih lama. Cukup. Menghadapi wanita licik sepertinya, aku harus lebih cerdik dan cekatan. Maka, aku melompat keluar dari lemari tempatku bersembunyi dan langsung mendorong tubuhnya dengan keras hingga punggungnya membentur tembok. Sementara Sakha tak tinggal diam. Dia menunduk dan menyeruduk perut Roy dengan kepalanya. Sesungguhnya aku heran kenapa dia melakukan hal itu, Bukankah lebih mudah menendang atau memukul? Tapi, ah terserahlah. Yang penting, kedua orang itu kini berada di bawah kekuasaan kami.Aku merenggut rambut Angela yang panjang terurai dan menyentakkan ke belakang hingga kepalanya mendongak ke atas. Sejujurnya aku kasihan padanya. Tapi rasa sakit hatinya telah membuatnya bertindak di luar batas."Kau mau apa? Mau membunuhku? Bunuh saja. Kalian keluarga Wijaya sesungguhnya memang pembunuh!" Teriaknya penuh amarah."Apapun kesalahan yang kami lakukan, kau tak punya hak bertindak se
Read more
Bab 40
ISTRI KEDUA AYAHKU 40Aku duduk menunggu di depan ruang OK. Bahuku yang terkena tusukan pisau sudah diobati dan diperban. Lukanya tidak dalam sehingga aku bisa duduk disini, menatap pintu kamar OK sambil melangitkan doa.Sakha tengah menjalani operasi karena luka tusuk yang cukup dalam di punggungnya itu nyaris saja mengenai organ vitalnya. Dia belum sadarkan diri sama sekali. Sepanjang jalan dalam ambulans tadi, dibaringkan dalam posisi telungkup dengan pengawasan ketat petugas kesehatan, hatiku terus berdebar kencang. Tak bisa kubayangkan jika dia tak selamat. Jika dia harus mati karena aku. Apa yang akan dipikirkan Ibu dan Hazmi, adik lelakinya, jika dua anggota keluarga mereka meninggal karena keluarga kami?Bunda dengan diantar sopir keluarga tengah menjemput Ibu dan Hazmi. Bunda berjanji akan menjelaskan kronologi kejadiannya selembut mungkin. Tentu saja, aku selalu dapat mengandalkannya.Aku sendirian, memandangi matahari yang bak bola orange raksasa naik perlahan ke atas langi
Read more
PREV
123456
DMCA.com Protection Status