Lahat ng Kabanata ng ISTRI KEDUA TUAN CEO: Kabanata 181 - Kabanata 190

Jacob Hayden adalah pria mantan militer yang memiliki kehidupan yang keras sejak berumur enam tahun. Setelah ibu kandungnya meninggal karena sebuah insiden berdarah, pamannya yang bernama Razzan Jassem telah mengambilnya dari Richard Noel dan merawatnya di Irak. Di situlah kehidupan Jacob mulai berubah. Jacob kecil hidup dengan dendam membara, sang paman yang merupakan orang militer dari negaranya telah menanamkan kebencian pada Jacob kecil dan hal itu membuat Jacob semakin membenci ayah kandung dan hidup dengan dendam yang semakin besar pada keluarga ayah kandungnya sendiri yang tak lain adalah Richard Noel.Jacob Hayden Al Jassem lebih memilih menggunakan nama belakang sang ibu daripada ayahnya sendiri. Ia membuang jauh nama Noel dalam hidupnya, dan bertekad untuk membalaskan dendam atas kematian ibunya, Allya Jassem. Selama puluhan tahun sepanjang hidupnya Jacob hidup dalam dendam yang besar membuat dirinya tumbuh menjadi pria kejam, arogan, dingin dan tak mengenal apa itu arti cin

Aku menatap pantulan diriku dalam cermin, melihat diriku sendiri dalam riasan gaun pengantin untuk ketiga kalinya membuatku sangat gugup. Begitu gugupnya aku, hingga tanganku nyaris beku karena perasaan gugup yang melingkupiku. Di hari ini tepat di hari ulang tahunku, aku akan menikah untuk ketiga kalinya, atau lebih tepatnya menikah untuk kedua kalinya dengan orang yang sama, Daniel Noel. Ya, siapa lagi jika bukan pria itu. Ayah dari Brian Noel dan paman dari Alexander Hayden. Setelah melalui banyak hal dan pemikiran panjang, akhirnya aku pun memantapkan untuk menerima lamarannya dua tahun yang lalu. Daniel Noel adalah pria yang paling tepat dan juga sebagai ayah yang terbaik untuk kedua putraku, Brian dan Alexander. Tidak ada yang lebih baik dari Daniel Noel selain Jacob Hayden. Dua pria itu adalah cinta dalam hidupku sekaligus ayah dari kedua putraku. Untuk itulah sekarang, tepat di hari ini aku berdiri dengan gaun pengantin panjang dan juga riasan yang membuatku merasa seperti buk

Di sebuah tempat yang tak diketahui keberadaannya, seorang pria dengan tubuh setengah telanjangnya yang penuh dengan bekas luka, kini terlihat membasuh kasar wajahnya dengan air yang mengalir di wastafel. Setelah dirasa cukup, sosok itu pun kini menatap tajam pantulan dirinya di cermin yang berembun. Diusapnya dengan satu kibasan dari telapak tangan besarnya cermin di depannya, sehingga pantulan wajah tampannya kini semakin terlihat jelas.Kedua tangan kokohnya menyangga kuat kedua sisi wastafel, dengan ekspresi wajah yang terlihat frustasi sosok itu memejamkan kedua netra gelapnya mengingat kembali penembakan yang terjadi beberapa hari yang lalu saat dengan diam-diam dirinya menghadiri upacara sebuah pernikahan.“Lucy, kau tidak boleh mati. Kau harus tetap hidup untukku dan juga Alexander.” Suara bariton itu terdengar lemah, ia menghela nafas dalam-dalam dan kemudian menghembuskannya cepat. Dadanya bergemuruh ketika memikirkan sesuatu yang buruk terjadi pada wanita yang begitu dicint

Aku tak tahu sejak kapan berada di sini, di ruangan ini. Tempat di mana aku terbaring sekarang dengan cukup banyak selang di beberapa bagian tubuhku. Tubuhku belum bisa aku gerakkan sepenuhnya, aku masih merasa lemah. Ketika aku membuka mata aku bisa melihat jika kini aku berada di sebuah ruangan yang hanya aku sendiri di sini. Terbaring dengan tubuh yang terasa lemah, dan hal terakhir yang aku ingat sebelum berada di tempat ini adalah aku mengenakan gaun pengantin, menikah dan kemudian...., suara tembakan masih jelas aku ingat sebelum semuanya tampak gelap dan sakit terasa di tubuhku kala itu.Setelah mengingat semuanya aku kini tahu, jika aku tak sadarkan diri setelah itu. Mungkinkah selama ini aku terbaring kritis setelah kejadian penembakan yang menimpaku tepat di hari pernikahanku waktu itu? Siapa yang melakukannya dan apa alasannya? Berbagai pertanyaan terlintas dalam benakku saat ini.Di saat yang sama itu juga aku tersentak ketika pintu ruangan di buka, tampak sosok yang palin

Dua minggu kemudian Sepasang mata elang beriris gelap terlihat membidik seekor rusa dengan anak panahnya. Seekor rusa itu tak menyadari jika sejak tadi ada sepasang mata yang mengawasinya dari balik pepohonan rimbun yang jaraknya cukup jauh di mana rusa itu terlihat. Splash! Anak panah berhasil mengenai rusa yang terlambat menyadari adanya bahaya. Sosok dari balik pepohonan itu pun akhirnya keluar dan berjalan mendekati rusa yang sudah terkapar tak berdaya terkena anak panah dari sang empunya. Langkah kokohnya yang panjang terdengar bagai dewa kematian, membawa busur yang menjadi andalannya selama ini untuk mencari santapan makanan. “Maaf kau sedang tidak beruntung, kawan.” Suara bariton itu terdengar tegas, menatap rusa yang sudah tak bernyawa di depannya. Jacob Hayden Al Jassem, adalah sang pria pemburu yang hari itu mencari makanan dengan berburu rusa, ia memang jarang melakukannya. Jacob Hayden hanya sekali waktu berburu rusa, selama ini ia lebih sering memanfaatkan tumbuhan h