Mata Erika memicing, menatap pria yang duduk di depannya dengan tatapan yang seolah siap memakan manusia hidup-hidup. Mau tidak mau, Bima meringis karenanya. “Sejak kapan aku jadi tunanganmu?” tanya Erika dengan nada ketus. “Pacaran saja tidak.” “Maaf,” gumam Bima pelan. Saat ini dia tidak mau berbuat yang aneh-aneh, karena sang mama juga ada di sana. “Sepertinya aku harus memberitahu satpam di lobi untuk tidak seenaknya membiarkanmu naik ke atas lagi.” “Loh, kenapa? Jangan gitu dong, Erika.” Bukan Bima yang menjawab, tapi Retno. Ya. Lelaki itu pada akhirnya memutuskan untuk melibatkan sang mama untuk menarik perhatian Erika, tanpa tahu yang terjadi di masa lalu. Dia pikir Erika akan luluh dengan sang mama karena merasa perempuan itu baik hati. “Bima hanya kaget karena melihat teman-temanmu. Dia berpikir mereka keluargamu. Itu hanya refleks kurasa,” Retno kembali menjelaskan. “Tapi saya tetap tidak suka dengan kedatangan tiba-tiba anda berdua yang sangat mengganggu. Kami sedang
Baca selengkapnya