Semua Bab Mistress: Dendam Wanita Simpanan: Bab 41 - Bab 50

136 Bab

Merawatmu

 Erika yang baru saja memarkir mobilnya, terlonjak ketika mendengar suara ketukan di jendela. Itu adalah Bima yang tersenyum lebar menyapanya, bahkan membukakan pintu mobil.  “Hai, baru pulang?” tanya Bima tentu hanya basa-basi saja.  “Apakah itu pantas disebut pertanyaan?” Erika terdengar sedikit ketus saat menjawabnya. Moodnya yang tadi bagus, kini kembali terjun bebas.  “Namanya juga basa-basi,” Bima sama sekali tidak terpengaruh dengan mood Erika. Dia malah ingin mengerjai perempuan itu.  “Kenapa sih? Lagi PMS ya?”   “Kenapa sih lelaki selalu menganggap perempuan bad mood itu lagi PMS?” Erika mendelik kesal ke arah Bima. “Memangnya gak ada alasan kreatif lain?”  “Astaga. Cuma bercanda, Ka,” seru Bima setelah tertawa pelan melihat reaksi ketus pujaannya. “Kalau gitu mau cerita kenapa bad mood?”  Erika yang kini tengah menunggui lift, kembali
Baca selengkapnya

Dijodohkan

“Mbak Erika?” “Oh, ya. Kenapa Mbak Mel?” Erika menjawab panggilan itu dengan tergagap. “Kok melamun sih, Mbak?” Imel yang merupakan rekan Erika terkekeh. “Lagi banyak pikiran ya?” “Iya nih. Tahu aja kamu,” jawab Erika tersenyum lebar. “Lagi pikirin siapa? Pak Bima ya?” Imel jelas saja mengambil kesempatan untuk menggoda Erika. Erika sengaja tidak menjawab rekannya itu dan hanya tersenyum saja. Masalahnya akan jadi lebih panjang kalau dia menjawab dan Erika sedang malas berdebat. Dia memang memikirkan sesuatu yang berhubungan dengan Bima sih. Tapi bukan pria itu yang dipikirkan, melainkan Retno sang ibu. Erika memikirkan pertanyaan perempuan paruh baya itu kemarin. “Terserah.” Itu yang Erika jawab kemarin. Jawaban yang terlalu abu-abu. “Wah, Mbak. Tuh pacarnya datang ngapel.” Erika menoleh ketika mendengar seruan bernada menggoda itu dan tentu saja melihat Bima di sana. Siapa lagi yang bisa disebut Imel sebagai pacar kalau bukan pria itu. Hanya Bima yang mengatakan perasaann
Baca selengkapnya

Kunjungan Mendadak Lagi

[Erika Bego: Apa kalian masih marah padaku?] Jemari lentik Erika bergerak mulus di atas ponselnya. Sudah tiga hari sejak para sahabatnya ngambek dan belum ada satu pun yang mengirip pesan apa pun di grup atau personal. “Kirim,” gumam Erika sambil menekan tombol kirim. “Yah. Kok gak dibalas sih?” keluh Erika dengan bibir maju, setelah beberapa menit menatap ponselnya. “Apa aku coba godaiin Kaisar saja ya? Aku kan harus lebih gencar lagi padanya.” Erika mengangguk mantap. Perempuan yang sudah menggunakan gaun tidur tipis berbahan satin itu, berbaring menelungkup di atas ranjang empuk dan besarnya. Sudah jam 10 malam, tapi Erika masih belum bisa tidur. “Halo, Sayang.” Erika terkikik geli ketika teleponnya terangkat. “Siapa ini?” terdengar suara mengantuk Kaisar dari seberang sambungan telepon. “Ah, Sayang. Kamu gimana sih? Masa suara pacar sendiri lupa.” Erika pura-pura merajuk, membuat Kaisar terdiam di seberang sana. “Apa kau gila?” kurang dari semenit kemudian, Kaisar sudah
Baca selengkapnya

Bekal

“Kami datang tepat waktu gak?” tanya Retno dengan senyum mengembang, ketika melihat yang empunya rumah membukakan pintu. “Maksudnya apa ya, Bu?” Erika jelas saja bingung dengan pertanyaan itu. “Mama bawaiin sarapan pagi untukmu,” Bima yang menjawab sambil meringis. “Sayang sekali, tapi saya sudah masak dan sementara makan ketika pesan Pak Bima masuk.” Erika menyingkir dari pintu dan membiarkan dua orang itu masuk. Mereka tidak mungkin diminta berdiri di luar kan? Terutama karena Retno terlihat seperti membawa kantongan besar, bahkan Bima juga. “Bimma saja please. Ini bukan di kantor loh,” Bima mengingatkan. “Ada Bu Retno. Saya merasa sungkan.” “Wah, iya. Erika sudah masak mie goreng rupanya.” Kalimat Retno, membuat Bima urung memprotes Erika. Dia kemudian mengikuti jejak sang ibu untuk melihat keadaan dapur. Hal pertama yang Bima lihat memang sepiring mie goreng yang baru dimakan sedikit. Namun rupanya mata Bima cukup jeli. Dia melihat ada dua canngkir di atas island table.
Baca selengkapnya

Introgasi Retno

“Pak Kaisar tadi menelepon minta dibawakan mie goreng untuk sarapan pagi. Dari pada beli, saya bawa saja sisa masakan saya.” Retno langsung mendesah lega begitu mendengar jawaban itu. Walau tidak cukup memuaskan, tapi setidaknya tidak terlalu mencurigakan. Dia lupa kalau tidak ada sisa mie, selain yang dipiring. “Boleh Tante ikut mobil kamu gak? Banyak yang ingin Tante tanyakan soal Kaisar.” Erika tak langsung menjawab. Dia sedang mempertimbangkan beberapa hal terlebih dulu, sebelum akhirnya mengangguk. Mungkin ini jadi kesempatan yang baik untuk mencari tahu beberapa hal atau bisa memprovokasi. “Sudah lama tinggal di sini?” Retno mulai berbicara setelah menelepon putra bungsunya, perihal perubahan rencana dadakan ini. “Apa mengetahui hal itu penting?” Erika menjawab sambil fokus pada jalanan. “Penting gak penting sih.” Retno meringis pelan. “Tolong tanyakan yang amat sangat penting saja,” balas Erika malas sekali melakukan percakapan ini. “Kalau tanya-tanya soal kantor bole
Baca selengkapnya

Provokasi

“Apa yang kau lakukan sampai ibuku menempel padamu?” Kaisar menggeram ketika Erika masuk ke ruangannya. “Tanyakan itu pada Pak Bima. Beliau yang membawa Bu Retno ke rumah saya,” Jawab Erika acuh saja, sambil meletakkan berkas yang perlu dikerjakan Kaisar. “Dan bagaimana bisa kau terpergok dengan Bima?” “Nah, itu juga saya ingin tanyakan pada Bu Retno. Sayangnya saya lupa.” “Kau bodoh atau apa sih? Maksud pertanyaanku di sini adalah apa yang kau perbuat dengan Bima, sampai ibuku tahu soal kau.” Erika mengangkat sebelah alisnya. Rasanya tadi pertanyaan Kaisar tidak seperti itu deh. Pria itu jelas-jelas hanya menanyakan ‘bagaimana bisa terpergok,’ bukan ‘apa yang dilakukan saat terpergok.’ “Saya bosan menolak Pak Bima, jadi saya menatang dia untuk mencium saya di tempat umum. Siapa sangka dia benar-benar melakukannya.” Erika memutuskan menjawab dengan nada cuek. Kaisar mengepalkan tangannya yang ada di bawah meja. Sungguh dia tidak suka mendengar hal itu langsung dari mulut sekre
Baca selengkapnya

Hamil

Erika nyaris saja memekik kegirangan ketika dia berada di toilet. Dia sudah berhasil. Kaisar sepertinya sudah terprovokasi. Apalagi setelah dia mendengar tadi katanya ada Bima. “Dia pasti melihat kami ciuman dan akan marah, lalu bum...” Erika terkikik geli. “Okay. Jangan terlalu cepat senang, Erika. Ini semua belum berakhir dan mungkin sekarang waktunya cooling down sedikit.” Erika kini mengangguk menyetujui idenya. Setelah cukup lama berada di dalam bilik toilet untuk merayakan kemenangan tahap pertamanya. Agak berlebihan memang, tapi biarlah. Sekarang saatnya Erika bersantai sedikit. [Erika Bego: Bestie, jalan bareng yuk. Kali lalu kan kita terganggu, jadi kali ini mari kita bersenang-senang.] “Erika.” “Ya.” Erika mendonggak ketika mendengar namanya disebut. “Oh, Nyonya. Mau ketemu dengan Pak Kaisar?” Erika segera berdiri dari kursinya begitu melihat Flora. “Bukan.” Flora cepat-cepat menahan tangan Erika yang sudah berdiri hendak membuka pintu. “Aku butuh bantuanmu,” Flo
Baca selengkapnya

Selingkuh Itu Dosa

Bima mengusap dagunya dengan gusar. Dia harus memisahkan kakaknya dengan Erika, tapi bingung harus melakukan apa. Cara paling mudah tentu dengan mengungkap perselikuhan ini, tapi Bima tidak mau. Erika akan beresiko mendapat hujatan, bahkan mungkin akan ditampar jika ini terbongkar dan Bima tak mau itu terjadi. Dia tak mungkin membiarkan Erika terluka dalam bentuk apa pun. “Jadi aku harus ngapain buat merebut Erika?” Bima terus begumam. “Apa mungkin memaksa aja ya? Tapi gimana supaya dia gak takut ya?” Bima jadi makin bingung.*** “Apa sih yang membuatmu mau sama Kaisar?” tiba-tiba saja Cinta bertanya pada sahabatnya, Erika. Saat ini empat orang sahabat itu tengah berkumpul di penthouse Erika. Ini dilakukan agar mereka tidak mendapat gangguan lagi seperti kali lalu. Setidaknya mereka tidak akan tanpa sengaja bertemu dengan seseorang. “Gimana ya aku ngomongnya?” Bukannya menjawab, Erika malah bingung. Bingung harus memberikan jawaban seperti apa. “Katakan saja… ada sesuatu yang
Baca selengkapnya

Yang Terakhir

Mata Erika memicing, menatap pria yang duduk di depannya dengan tatapan yang seolah siap memakan manusia hidup-hidup. Mau tidak mau, Bima meringis karenanya. “Sejak kapan aku jadi tunanganmu?” tanya Erika dengan nada ketus. “Pacaran saja tidak.” “Maaf,” gumam Bima pelan. Saat ini dia tidak mau berbuat yang aneh-aneh, karena sang mama juga ada di sana. “Sepertinya aku harus memberitahu satpam di lobi untuk tidak seenaknya membiarkanmu naik ke atas lagi.” “Loh, kenapa? Jangan gitu dong, Erika.” Bukan Bima yang menjawab, tapi Retno. Ya. Lelaki itu pada akhirnya memutuskan untuk melibatkan sang mama untuk menarik perhatian Erika, tanpa tahu yang terjadi di masa lalu. Dia pikir Erika akan luluh dengan sang mama karena merasa perempuan itu baik hati. “Bima hanya kaget karena melihat teman-temanmu. Dia berpikir mereka keluargamu. Itu hanya refleks kurasa,” Retno kembali menjelaskan. “Tapi saya tetap tidak suka dengan kedatangan tiba-tiba anda berdua yang sangat mengganggu. Kami sedang
Baca selengkapnya

Terima Kasih

 “Eh, loh?” Lydia tertegun ketika mendengar seseorang menekan pin di pintu rumah Erika, saat baru kembali dari area dapur. “Ka? Ada yang tahu pin rumah kamu?”  “Hah?”   “Aku dengar ada yang menekan pin dan itu dia sudah masuk,” lanjut Lydia bertepatan dengan suara pintu yang terbuka.  “Hah? Siapa?” Erika yang bingung langsung berdiri, hendak melihat siapa yang kira-kira menginvasi rumahnya.  Dan betapa terkejutnya semua orang, ketika melihat seorang pria yang mereka kenal masuk dengan santainya. Pria itu adalah Kaisar dan dia langsung terkejut melihat banyak orang di ruang tamu.  “Pak Kaisar ngapain ke sini?” tanya Erika dengan mata melotot. Tak ada yang menyangka pria itu akan muncul.  “Aku... hanya berkunjung?” Kaisar malah bertanya saking bingungnya.  “Berkunjung? Pengunjung mana yang langsung masuk begitu saja? Lagian tahu pin pintu ruumah i
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
34567
...
14
DMCA.com Protection Status