Semua Bab Bos angkuh itu ternyata ayah anakku: Bab 11 - Bab 20
125 Bab
Diusir warga
Empat bulan telah berlalu, di mana saat ini usia kandungan Zeira sudah memasuki tujuh bulan. Bahkan akhir-akhir ini dia sering berangkat subuh saat pergi bekerja dan pulang malam. Itu semua ia lakukan agar para tetangga tidak melihat kalau perutnya sudah semakin membesar. Begitu juga dengan malam ini, Zeira sengaja pulang malam. Tetapi seratus meter dari rumahnya! Ia sudah melihat kerumunan warga di sana. Zeira memarkirkan motor sembarang lalu berlari melewati keramaian, ia langsung memeluk ibunya yang berdiri di bibir pintu. "Ibu, Ibu ada apa ini?" Tanya Zeira sambil memeluk ibunya. "Sekarang kalian harus pergi dari sini." Sahut salah satu warga. "Iya kalian harus pergi malam ini juga." Sahut yang satu lagi. "Usir, usir, usir mereka," ucap para warga. "Kenapa Bu, kenapa kami diusir dari sini?" Tanya Zeira sambil meneteskan air mata. Sebenarnya ia sudah tahu kenapa para warna meminta mereka pergi dari sana. Tentunya karena ia hamil di luar nikah. "Kamu tidak perlu berpura-pura
Baca selengkapnya
Sayembara untuk mencari istri.
Akhirnya Zeira mengikut ucapan ibu dan sahabatnya. Kini ia sedang berada di rumah sakit bersama Susan. "Semuanya baik-baik saja. Tidak ada yang perlu dikhawatirkan, sakit di bagian pinggul dan pinggang, itu biasa. Apalagi saat ini usia kandungan Ibu Zeira sudah memasuki 7 bulan." Jelas dokter setelah selesai memeriksa kandungan Zeira. "Baik Dokter." Jawab Zeira dengan ramah. "Kalau begitu kami permisi dulu Dok." Lanjutnya sambil menyodorkan tangan untuk menjabat Dokter, begitu juga dengan Susan. "Syukur ya Ra, kandungan kamu baik-baik saja. Aku senang deh pas lihat bayinya bergerak saat USG tadi. Jadi udah gak sabar lagi nunggu kamu melahirkan," ucap Susan sambil melangkah menyusuri lorong rumah sakit. "Iya San, aku juga senang karena anakku baik-baik saja." Timpal Zeira. Dulu Zeira tidak menginginkan bayi itu bahkan ia sudah sempat berniat untuk menggugurkannya. Tetapi karena Maria selalu menasehatinya dan memberikan semangat! Akhirnya Zeira menyayangi janin yang ada di dalam kan
Baca selengkapnya
Insiden saat acara sayembara.
Satu Minggu telah berlalu, di mana pagi ini para wanita cantik sudah berkumpul di perusahaan Wijaya untuk mengikuti sayembara. Ada yang dari golongan atas ada juga dari golongan menengah, bahkan banyak yang masih berusia 20 tahun. Mereka berlomba-lomba untuk menjadi istri Anjas, walupun hanya istri kontrak. Setidaknya mereka sudah merasakan kehangatan tubuh pria tampan itu dan anak yang lahir dari rahimnya akan menjadi pewaris Wijaya. Di saat acara sedang berlangsung, tiba-tiba terdengar suara pecahan dari ruangan OB, lebih tepatnya ruangan Zeira. Mendengar suara itu, Saddam dan beberapa karyawan bergegas ke sana. "Zeira." Panggil Saddam dari pintu. Ia berlari menghampiri Zeira yang sudah tergeletak di atas lantai dengan kondisi kening mengeluarkan darah, dan serpihan kaca berserakan di sekitarnya. "Ya Tuhan, apa yang terjadi dengannya, Pak?" ucap karyawan wanita yang ikut bersama Saddam. "Aku tidak tahu, tolong handle acaranya. Aku akan membawa Zeira ke rumah sakit." "Baik pak.
Baca selengkapnya
Menolak menikah.
Par........ Tiba-tiba pintu terbuka dengan kasar. Sontak membuat Zeira dan Anjas terkejut. "Anjas aku ingin bicara denganmu," ucap Bella yang baru muncul dari balik pintu. "Bisa kah kamu memasuki ruangan seseorang dengan sopan?" Tegur Anjas dengan nada yang lembut. Pria tampan itu sangat benci dengan orang yang tidak memiliki sopan santun. "Maaf aku tidak bermaksud begitu, hanya saja aku terbawa suasana." Sahut Bella dengan wajah yang serius. "Aku datang kemari........." Bella belum menyelesaikan ucapnya, tetapi sudah di seka oleh Anjas. "Apa kamu ingin membicarakan tentang sayembara yang sedang aku adakan saat ini ?" "Iya." Sahut Bella bersama anggukan kepala. Anjas melangkah menghampiri Bella, ia mencengkram pergelangan tangan wanita cantik itu lalu membawanya ke luar dari sana. Sementara Zeira hanya diam dan tidak berani membuka mulut, sebab itu bukanlah urusannya, melainkan urusan pribadi bosnya. "Kita tidak perlu membicarakan itu lagi. Apa yang kamu lihat! Itulah yang seb
Baca selengkapnya
Janda memang menggoda
Satu tahun telah berlalu, di mana saat ini bayi mungil itu sudah menjelma menjadi balita yang menggemaskan. Hari ini ia genap satu tahun dan saat ini Zeira sedang sibuk membuat kuel untuk putra kesayangannya. Selama setahun ini Zeira bekerja keras untuk mendapatkan uang, sehingga ia bisa membeli rumah sederhana untuk tempat tinggal mereka. Pagi sampai sore ia bekerja sebagai OB di perusahaan Wijaya, dan malam harinya ia membuat kue kering untuk dititip di warung yang ada disekitar kontrakan. Tidak jarang ia mendapat orderan kue saat para tetangganya memiliki hajatan atau ada yang ulang tahun. Zeira juga sering mendapat uang tip dari karyawan jika dia membuat kopi untuk mereka. Dalam satu tahun ini Zeira bekerja dengan santai di perusahaan Wijaya, karena yang menangani perusahaan saat ini adalah Gunawan, sebab Anjas diutus ayahnya untuk menangani perusahaan yang di Singapura. Gunawan melakukan semua itu, untuk membatalkan sayembara yang dilakukan Anjas. "Mama...Mama, Toya." Zeira t
Baca selengkapnya
Kecelakaan fatal.
Waktu sudah menunjukkan pukul 8 malam, namun Zeira masih setia duduk di bangku parkiran bersama security. Wanita cantik itu sebenarnya sudah selesai bekerja sejak jam 5 sore, tetapi karena hujan deras! la tidak bisa pulang dengan mengendarai motor, akhirnya Zeira memutuskan duduk di sana sambil menunggu hujan reda. Tin....tin.....tin...... Suara klakson mobil itu membuat Zeira dan security terkejut. Keduanya gugup saat kacanya terbuka. "Kalau pacaran bukan di sini tempatnya," ucap Anjas. "Ma...ma....maaf Pak. Aku hanya menemani mbak Zeira, soalnya dia enggak bisa pulang karena hujan deras," ucap security dengan ragu-ragu. Anjas bukannya menjawab, justru kembali menutup kaca mobilnya dan pergi meninggalkan parkiran. Mobil mewah itu sudah 30 menit meninggalkan perusahaan Wijaya namun tiba-tiba kembali lagi. "Apa ada yang tertinggal Pak?" Tanya security dengan sigap. "Suru dia masuk," ucap Anjas dengan angkuh. "Dia!" Security bingung, ia tidak mengerti siapa maksud Anjas. "Lola
Baca selengkapnya
Kabar buruk.
"San, kamu kenal sama mbak Bella?" Tanya Zeira. "E...e... enggak, kenal gitu ajah." Jawab Susan dengan ragu-ragu. Setelah 15 menit berlalu, mereka tiba di sebuah rumah sakit yang berada di pinggiran kota. Keduanya dibawa masuk keruangan UGD untuk dilakukan tindakan. Susan menemani Bella, sedangkan Zeira menemani Anjas sambil menggendong Azka. "Sayang kamu tenang dulu ya?" Bujuk Zeira kepada putranya. Sebab dari tadi Azka berusaha melepaskan tubuhnya dari gendongan Zeira. Padahal mereka saat ini sedang mendorong tempat tidur Anjas menuju ruang UGD. Entah mengapa balita yang baru berusia satu tahun itu selalu menunjuk jari tangannya ke arah Anjas sambil mengatakan Pa...Pa... "Papa, Papa, Papa." Panggil Azka. "Sayang, dia itu bukan Papa! Tapi bos Mama." Zeira berusaha menjelaskan siapa Anjas kepada Azka. Tetapi apalah daya, Azka masih kecil dan belum mengerti apa-apa. "Ibu tunggu di sini ya? Kami akan memeriksa pasien." Perawat meminta Zeira untuk menunggu di luar. Namun hati Z
Baca selengkapnya
Zeira mengetahui siapa ayah kandang anaknya.
Seperti biasa, jam 7 pagi Zeira sudah tiba di kantor. Wanita cantik itu sedang berkutat mengerjakan pekerjaannya, dan tidak lupa sambil bersenandung rindu. Tok....tok....tok..... Tiba-tiba terdengar suara ketukan pintu. Zeira memutar tubuh ke arah pintu. "Iya mbak, ada yang bisa saya bantu?" Ucap Zeira dengan tersenyum ramah. Namun wanita itu bukannya menjawab, justru ia memperhatikan Zeira seperti orang yang sedang bingung. "Ada yang bisa saya bantu Mbak?" Zeira mengulang ucapannya. "Kamu" wanita itu menunjuk Zeira dengan satu jari tangannya. "Bukannya mbak yang menitipkan amplop ini kepadaku waktu itu?" lanjutnya sambil menunjukkan amplop besar berwarna cokelat. Zeira memperhatikan amplop itu, seketika ia mengenal dan mengingatnya, kalau amplop itu adalah amplop yang ia temukan waktu kejadian di hotel 2 tahun yang lalu. "Iya, saya mengingatnya." Jawab Zeira. Namun ia bingung kenapa wanita itu mencarinya dan membawa amplop itu kembali. "Nah.... tenyata benar. Aku pikir aku
Baca selengkapnya
Pertama kali Anjas melihat Azka.
Pagi ini Zeira lebih awal tiba di kantor, sebelum ia menyerahkan surat pengunduran diri, Zeira terlebih dahulu membuatkan sesuatu untuk para karyawan terutama untuk Anjas. Sebenarnya Zeira gugup dan tidak sanggup untuk bertemu dengan pria yang sudah menghamilinya itu. Tetapi Zeira menguatkan diri, karena harus memberikan surat pengunduran dirinya secara langsung kepada Anjas. Zeira tidak mau saat berhenti bekerja dari sana meninggalkan kesan yang tidak baik. Ting-nong....ting-nong.... Zeira meraih ponsel dari dalam tas. "Susan," ucapnya setelah melihat nama yang muncul di layar ponselnya, sambil mengusap tombol berwarna hijau. *Iya San* *Ra, kamu lagi sibuk gak?* Suara dari seberang sana. *Enggak, kenapa San?* Zeira mulai khawatir, sebab Susan tidak pernah menghubunginya di jam kerja, apalagi masih pagi seperti ini. *Kamu bisa turun sebentar gak? Soalnya aku lagi di lobby nih* *Di lobby? Tunggu sebentar ya San* Zeira memutuskan sambungan teleponnya. Ia bergegas menemui Saddam
Baca selengkapnya
Zeira mengundurkan dira dan meninggalkan ibu kota.
Karena bujukan dari Anjas, akhirnya Azka menuruti ucap Zeira. Balita satu tahun itu menjulurkan kedua tangan agar Zeira menggendongnya. "Saya permisi dulu Pak," ucap Zeira dengan hormat. "Hm..." Jawab singkat Anjas dengan wajah dingin. "Papa." Panggil Azka saat akan ke luar dari pintu. Anjas memutar kepala ke arah pintu, ia tersenyum manis sambil melambaikan tangan. "Dada, sampai bertemu di lain waktu." ucapnya. Mendengar ucapan Anjas, seketika air mata Zeira menetes. Hatinya begitu sedih karena akan membawa Azka pergi dari Jakarta. Begitu juga dengan Anjas, entah mengapa ia merasa sedih mengigat Zeira akan membawa Azka pindah ke kampung. Ada rasa tidak rela dalam hatinya, tetapi dia tidak bisa berbuat apa-apa, karena Azka adalah anak Zeira. Sepanjang perjalanan dari kantor menuju rumah, air mata Zeira tidak berhenti menetes. Rasa sedih menyelimuti hati dan perasaannya. Padahal selama satu tahun ini Zeira tidak pernah sesedih ini, tetapi setelah mengetahui kalau Anjas adalah aya
Baca selengkapnya
Sebelumnya
123456
...
13
DMCA.com Protection Status