All Chapters of Ikatan di Atas Kertas: Chapter 11 - Chapter 20
93 Chapters
PART 10
"Jadi, kita udah ... pacaran?" tanya Tanisha dengan jari kelingking yang masih bertaut dengan jari kelingking Rezvan."Iya," balas laki-laki itu tanpa mengalihkan pandangannya dari wajah gadis yang baru dipacarinya itu.Tanisha tersenyum simpul. Ada getaran aneh saat dekat dengan laki-laki yang sudah berstatus sebagai pacarnya itu. Di saat ia baru memasuki dunia putih abu-abu, ia pun pertama kalinya mempunyai seseorang yang dipanggil "pacar".Gadis berseragam acak-acakan itu melepas tautan jarinya dengan Rezvan. Ia kemudian beralih memandang lurus ke depan dengan senyumnya yang tak luntur-luntur. Jantungnya pun sedari tadi berdetak tak karuan.Rezvan memandang sang pacar dari arah samping. Senyumnya pun tak meluntur saat menelisik ukiran indah Tuhan di wajah perempuan itu.Bukan hal yang mudah bagi Rezvan untuk mendapatkan Tanisha. Perempuan yang bisa dibilang baru mengenal yang namanya cinta itu cukup sulit untuk diluluhkan. Wajar saja, saat SMP dulu, Tanisha hanya menghabiskan waktu
Read more
PART 11
Tak terasa, hubungan Rezvan dan Tanisha sudah berlangsung selama 4 bulan. Selama itu juga sifat posesif Rezvan selalu membuat gadis itu seolah tak bisa bernapas dengan bebas.Kekangan yang diberikan laki-laki itu terlalu berlebihan. Pergaulannya mulai dibatasi bahkan dengan teman-teman perempuannya. Waktu dengan keluarga pun semakin terkikis karena Tanisha harus selalu mengikuti apa yang diinginkan Rezvan.Tak jarang, Tanisha seringkali mendapat perlakuan keras dari laki-laki itu jika ia berani membantah atau menolak. Entah itu berupa fisik maupun batin. Fisiknya yang tersiksa, dan batinnya yang begitu tertekan. Sayang sekali, Tanisha tak pernah berani untuk mengadu pada siapa pun dengan alasan takut dan cinta.Apakah cinta harus sebuta ini bagi Tanisha? Mengapa cinta pertama gadis itu harus semenyakitkan ini?"Ikut gue!" Dengan paksa Rezvan menarik lengan Tanisha agar ikut dengannya. Ringisan pelan sesekali terdengar dari mulut gadis itu."Van, santai, dong! Ini sakit tau!"Tepat saa
Read more
PART 12
"Ini beneran pacar gue? Cantik."Suara Rezvan yang tiba-tiba menyapa telinga Tanisha membuat gadis itu sontak menoleh ke arah suara tersebut. Bukannya tersipu, gadis itu justru melayangkan tatapan tak suka pada laki-laki itu.Rezvan menatap Tanisha dari atas sampai bawah. Benar-benar berbeda. Tak ada kesan bad girl atau tomboy. Tanisha terlihat anggun dan menawan dengan penampilan feminimnya itu."Apa lo liat-liat?!" sentak gadis itu. Rasa kesalnya masih belum juga pergi.Kalandra yang selalu berada di dekat Rezvan dapat melihat mata Tanisha yang berkaca-kaca seolah menahan tangis. Namun, ia tahu gadis itu tak akan mungkin berani menitikkan air matanya dengan alasan tak ingin dicap lemah. Padahal menangis bukan berarti seseorang itu lemah."Ayo, berangkat!" ajak Rezvan sambil memegang pergelangan tangan Tanisha.Gadis itu langsung menghempaskan tangan Rezvan. "Mau ke mana, sih? Kasih tau dulu!" pintanya dengan nada kesal.Laki-laki itu berdecak kesal. Lalu, tanpa aba-aba dan tanpa mem
Read more
PART 13
Kalandra menatap wajah Aqlan yang terlihat menahan amarah, tetapi masih bisa bersikap tenang. Ia dapat merasakan, betapa marahnya seorang suami yang mengetahui bahwa istrinya pernah menjalin sebuah hubungan yang melebihi batas wajar. Bahkan, ia sendiri agak menyesal telah menceritakan bagian yang cukup tabu itu. "Lan, maafin gue," ucap Kalandra tak enak hati. Aqlan tersenyum tipis dan mengangguk pelan. Ia mengubah posisi duduknya menjadi lebih tegak. Helaan napas perlahan mengembus dari mulutnya seolah tengah melepas segala beban yang ada di kepalanya. "Gak, kok. Lo gak salah, dan memang gak ada yang salah. Yang lo ceritain hanya masa lalu Tanisha, gak usah diungkit lagi. Tanisha yang sekarang tak sama dengan Tanisha yang dulu. Gue yakin," tuturnya dengan senyum yang tak luntur. Aqlan mengarahkan pandangannya lurus ke depan menatap para santri yang tengah berlalu lalang. Namun, pikirannya justru mengembara ke perjalanan rumah tangganya dengan Tanisha. Yang ia lihat, rintangan
Read more
PART 14
"Gimana? Apa semuanya udah siap? Gue mau cek lokasi 2 abis ini.""Semua sudah siap, Pak. 1 jam lagi mau dimulai.""Good. Semoga lancar dan project ini bisa sukses."Laki-laki itu memasangkan kaca mata hitam lalu segera meluncur ke lokasi 2 untuk memantau proses shooting di sana. Sudah menjadi kebiasaannya bolak-balik dari lokasi satu ke lokasi lainnya untuk memantau kelancaran produksi film yang berasal dari ide-idenya itu. Mobil SUV hitam yang dinaikinya pun segera keluar dari lahan parkir. Ia melajukan mobilnya dengan kecepatan sedang. Lagu-lagu pop ia putar dari radionya. Sesekali laki-laki itu menyapa warga sekitar yang ia lewati dengan seulas senyum. Di atas dashboard mobilnya, terdapat sebuah buku novel. Novel itu telah ia beli setahun lalu, tepat saat ia sukses menjalankan project film pertamanya saat masih berada di luar kota. Ia membeli novel itu karena pada waktu itu, novel yang dimilikinya kini sempat mem-booming. Dengan satu tangan yang mengendalikan stir, satu tanganny
Read more
PART 15
Ahad pagi, Tanisha sibuk merapikan rak buku yang terletak di sudut kamar. Ia baru saja membeli beberapa buku mengenai kepenulisan untuknya belajar agar tulisannya lebih baik. Ia pun memisahkan beberapa buku yang ia lahirkan sendiri di rak bagian paling atas. Tanisha tersenyum senang saat menatap buku-buku novel yang ia tulis sendiri itu. Ia juga terharu dan tak menyangka, salah satu novelnya berjudul "Toxic Relationship", bisa meledak saat terbit satu tahun lalu. Tangannya bergerak untuk meletakkan buku-buku itu kecuali satu novel yang judulnya disebut di atas tadi. Ia melangkahkan kaki menuju meja belajar lalu duduk di atas kursi. Perlahan tangannya membuka lembar demi lembar buku novel itu. Matanya bergerak pertanda ia sedang membaca kata demi kata di novel itu. Pikirannya tiba-tiba melayang ke pengalaman hidupnya di masa SMA. Tanisha sadar, kisah yang ia tulis di novel itu sebenarnya adalah kisahnya. Mengisahkan tentang cinta pertamanya yang tak indah, justru begitu menyakitka
Read more
PART 16
Tanisha menatap pantulan dirinya di depan cermin. Sesekali ia tersenyum manis seolah sedang ada seorang photografer yang tengah memotretnya. Tampilannya sangat cantik, gamis pink yang dipadu dengan jilbab segi empat berwarna lavender pink, serta sneacker putih yang menutupi kakinya. Tanisha kemudian mengambil ponselnya lalu melakukan mirror selfie—gaya selfie andalan perempuan. Perempuan itu melirik jam yang melingkar di pergelangan tangannya. Merasa masih banyak waktu, ia memutuskan untuk men-scroll akun sosial medianya dahulu. Sementara itu, ada Aqlan yang tengah menatap sang istri dari balik pintu kamar. Wajahnya nampak cemberut. Hatinya pun serasa dipenuhi oleh rasa cemburu. Pasalnya, hari ini Tanisha akan melakukan pertemuan dengan produser film itu setelah pembicaraan cukup panjang di room chat. Laki-laki itu membuka pintu perlahan lalu berpura-pura berjalan menuju lemari bajunya. Tangannya bergerak seolah tengah mencari bajunya, padahal ia hanya ingin mencari perhatian dari
Read more
PART 17
Keheningan tercipta antara Rezvan dan Tanisha sejak beberapa menit lalu. Keduanya tenggelam dalam pikiran masing-masing, tak ada seorang pun yang berani mengangkat suara. Tanisha memainkan jari-jarinya di atas meja dengan kepala menunduk. Sementara itu, Rezvan tak juga mengalihkan tatapan matanya dari perempuan yang ada di depannya itu. "Cha." Akhirnya Rezvan mengangkat suara hingga memecahkan keheningan di antara mereka berdua untuk sejenak. Tak ada jawaban dari perempuan itu. Ia masih setia menunduk tanpa berani mengangkat kepalanya barang sekejap saja. "Cha." Lagi-lagi Rezvan memanggil nama perempuan itu, berharap panggilannya diindahkan. "Kenapa diem aja? Lo gak mau bilang apa-apa gitu sama gue? Udah lama, loh, kita gak ketemu," ujar laki-laki tanpa mengalihkan pandangannya. Tanisha menggelengkan kepalanya pelan. "Aku bahkan gak pernah berharap bisa ketemu kamu lagi."Kalimat yang dilontarkan Tanisha cukup membuat hati Rezvan seperti digores. Sakit. Itulah yang ia rasakan.
Read more
PART 18
"Kenapa, Kal?" tanya Aqlan sambil mengambil sepotong kue di atas meja. Kalandra yang semula tengah melamun sontak mengerjapkan matanya lalu menoleh pada Aqlan. "Hah? Nggak, nggak papa, kok." Aqlan hanya menganggukkan kepalanya mendengar jawaban dari Kalandra. "Dia produser film yang terkenal beberapa tahun lalu itu, kan?" Laki-laki berkoko biru itu kembali bertanya."True," jawab Aqlan setelah menelan makanannya. Kalandra nampak sedang memikirkan sesuatu. Tatapannya seolah menyiratkan kekhawatiran. Tentu hal itu membuat Aqlan terheran-heran. "Andra, ada apa, sih? Kok, pas gue jawab pertanyaan lo, keliatannya muka lo jadi beda gitu?"Kalandra kembali menatap sahabatnya itu. Lidahnya tiba-tiba terasa kelu untuk sekadar mengucapkan satu kata saja. Yang ada di pikirannya kini justru tentang Aqlan, Tanisha, dan Rezvan. Ya, Kalandra sudah mengetahui identitas asli dari seorang Evan Reshal Fatih. "Gue ... gue perlu ingetin lo, Lan.""Ingetin apa?" Raut wajah Aqlan berubah serius. Pera
Read more
PART 19
Tanisha termenung sendirian di balkon kamar. Sebuah buku motivasi berada di tangannya, tetapi perempuan itu tak juga membacanya. Minuman cokelat yang ia buat dalam keadaan panas pun kini sudah mulai dingin, sedingin malam yang memeluk tubuh hangatnya. Aqlan belum pulang. Sore tadi laki-laki itu menghubungi Tanisha dan mengatakan kalau ia akan pulang sehabis Maghrib karena ada urusan penting di pesantren. Namun, hingga pukul 9 kini, laki-laki itu belum juga pulang, tapi Tanisha tak terlalu memedulikan hal tersebut. Sepinya suasana membuat pikirannya begitu gencar berlari mengajak Tanisha ke kenangan di masa lalunya. Seolah menyuruhnya untuk kembali mengulang semua rasa sakit yang pernah ia rasakan dahulu. Tanisha masih tak menyangka kalau ia akan kembali bertemu dengan laki-laki yang paling ia benci itu. Hidupnya yang sudah bebas dan bahagia selama beberapa tahun ini seolah kembali menghilang. Hadirnya laki-laki itu ke dalam hidupnya lagi, membuat Tanisha merasa was-was mengenai nas
Read more
PREV
123456
...
10
DMCA.com Protection Status