All Chapters of Silakan Pergi Bersama Selingkuhanmu, Mas!: Chapter 111 - Chapter 120
140 Chapters
Bab 111
Namun belum sempat Eric bertanya pada suster yang ia kenal, ada seorang suster menghampiri kami."Pasien sudah dipindah ke ruang rawat inap lagi, Pak, Bu," ungkap suster.Akhirnya kami bernapas lega ternyata tidak ada hal buruk yang terjadi. Namun yang masih mengkhawatirkan adalah keberadaan Tante Soraya dan Adnan.Kami berusaha menghubungi mereka sambil berjalan menuju ruangan rawat inap Airin dan Mas Firman. Kata suster mereka tadi keluar dan menitipkan pasien pada suster."Mungkin lagi beli makan kali," kata Mbak Giska."Tapi kenapa handphone keduanya nggak aktif ya? Aku khawatir," jawabku."Positive thinking aja, kali handphonenya lowbat." Yunna turut menenangkanku.Tidak lama kemudian suara dering telepon berbunyi. Handphone Mbak Giska yang masih di dalam tasku berdering, panggilan masuk dari Tante Soraya. Ada sedikit tenang sebab panggilan telepon itu dari Tante Soraya. Itu artinya teleponnya sudah aktif.Mbak Giska pun mengangkat sambungan telepon dari tantenya. Kemudian dia b
Read more
Bab 112
Yunna menghela napas panjang setelah menerima panggilan masuk dari yayasan. Kemudian meraih tasnya dan mengajak Eric pergi."Kami ke yayasan dulu. Mbak Sella minta pulang ke Jakarta," ucap Yunna. "Sepertinya aku tidak ke sini lagi, ingin mengabarkan ke mamanya Helen, bahwa anaknya terlibat kasus pembunuhan berencana, kita ketemu di Jakarta aja ya," tambahnya.Eric pun berpamitan. Ia akan mendampingi Yunna dan sepupunya yang memiliki gangguan jiwa. Kami mengucapkan banyak terima kasih pada Yunna dan Eric sebelum mereka bergegas meninggalkan rumah sakit ini. Terutama Mbak Giska, ia sangat berterima kasih pada keduanya.Setelah mereka pamit, keduanya bergegas ke yayasan untuk menjemput sepupunya.Sekarang tersisa kami di sini. Kalau bukan aku dan Mbak Giska, siapa yang menemani mereka, tentu tidak ada. Jadi, satu-satunya jalan. Aku menyarankan untuk pindah rumah sakit."Kalau kalian sudah merasa baikan, kita minta pindah rumah sakit aja," usulku.Mas Firman sudah tentu lebih baik, namun
Read more
Bab 113
"Adnan berjanji pada Mama bahwa ia akan menjaga kamu," terang Mama. Aku terkekeh dibuatnya. Bisa-bisanya mamaku percaya dengan omongan Adnan. Sementara dia di Jakarta sedangkan aku di Jogjakarta, Adnan baru datang kemarin, itu pun karena disuruh Tante Soraya."Ya udah, aku ke rumah sakit dulu, Mah. Mbak Giska sudah nungguin." Aku pamit pada mama yang berada di ujung telepon. Kemudian telepon pun terputus setelah kami saling mengucapkan salam.Aku kembali ke ruang makan di sana sudah ada mbak iska dan tanda seorang ayah menunggu, ia sengaja tidak menghampiriku. Sebab ingin memberikan aku waktu untuk bicara dengan Mama meskipun melalui sambungan telepon.Kemudian setelah melihat kedatanganku bagi kamu aja turun ke parkiran. Kami bergegas ke rumah sakit bersama-sama.Sepanjang jalan bagi sekarang menanyakan tidurnya Adnan. Sebab semalam kami ketiduran jadi tidak tahu Adnan bermalam di hotel yang sama atau tidak. Ia menjawab bahwa semalam tidur di kamar sebelah.Kemudian aku mendapatkan
Read more
Bab 114
Airin mengucapkan kata demi kata, aku mengerti sedikit demi sedikit."Aku mau maafin dia, aku ingin tenang nggak punya musuh kalau nanti nggak ada umur," ucap Airin membuatku dan Mbak Giska saling menoleh.Seketika ia mengeluarkan air matanya. Airin bahkan terengah-engah mengatur napasnya."Kamu tidak boleh bicara seperti itu. Apa yang kamu katakan tersebut sama saja mendahului takdir itu tidak boleh," pesan Mbak Giska.Derai air mata Airin sontak semakin deras. Bagis kapan memeluknya dengan cara menyergap."Kamu jangan bicara seperti itu lagi ya, umur itu rahasia Allah. Jangan kamu dahulukan," ucap Mbak Giska.Airin hanya menangis itulah yang iya tumpahkan saat bicara dengan kami. Begitu juga dengan mas Firman semua jadi tampak mengharukan."Airin dari semalam mengucapkan seperti itu," ucap Mas Firman."Aku di sini pura-pura nggak ngerti. Padahal aku paham apa yang dia katakan," ucap Mas Firman."Sudah, kalau memang Airin ingin membebaskan Helen, itu haknya, tapi alangkah lebih baikny
Read more
Bab 115
"Adnan, sini!" Mbak Giska memanggil Adnan ke tempat ia duduk. Kemudian, ia membisikkan sesuatu di telinganya.Aku semakin penasaran, sebab Mbak Giska tidak mengatakan langsung pada mereka. Adnan pun langsung ke luar, ia tidak bicara apa-apa, hanya mengangguk seraya paham."Kok main bisik-bisik, kan nggak boleh," celetuk Tante Soraya.Namun, Mbak Giska hanya tersenyum. Kemudian mengusap punggung tangan Airin pelan."Tunggu aja Adnan kembali ke sini, paling hanya butuh waktu setengah jam," ucap Mbak Giska pada Tante Soraya.Ini sesuatu yang membuat penasaran. Ia tidak mau memberikan informasi pada kami. Seakan semua harus menunggu Adnan.Sekitar setengah jam kemudian, Adnan kembali dengan seorang laki-laki berpakaian rapi dan memakai peci hitam, ada sorban melingkar di lehernya."Bu, ini sudah saya bawa ustadz nya," ucap Adnan.Aku mengernyitkan dahi, sebab keheranan dengan apa yang Adnan katakan."Kok ustadz? Apa mereka mau dinikahkan?" Lagi sekarang langsung memberikan jempol untukku.
Read more
Bab 116
Airin meminta buku dan pulpen. Kemudian ia memberikan isyarat pada kami untuk merekam segala apa yang ia ucapkan dan tuangkan di dalam buku itu.Adnan yang kami perintahkan untuk melakukan hal tersebut. Iya mulai merekam dari Airin memegang buku. Kemudian Airin pun mulai menuliskan semuanya yang ia ingin katakan.Sekitar dua menit kemudian ia menyerahkan kembali buku itu."Saya, Airin, dengan ini menyatakan ingin mencabut laporan terhadap Helen. Saya ikhlas dan menyatakan kasus ini sudah selesai. Tertanda, Airin, menandatangani dalam kondisi sadar."Seketika kami semua yang membacanya turut mengembuskan napas berbarengan. Antara salut dan sayang tapi mau gimana lagi, ini semua sudah keputusan dari Airin. Semoga ini adalah keputusan terbaik.Adnan mematikan videonya, lalu ia simpan untuk diserahkan pada pihak yang berwajib. Sebenarnya sangat disayangkan karena polisi sudah mencari bukti dan menangkap para pelaku. Namun, Airin meminta dilepaskan begitu saja. Ini tindakan kriminal, yang
Read more
Bab 117
Airin merasa ketakutan dengan sikap Sheila yang menakutkan. Namun siapa sangka ternyata Sella menyergap tubuh Airin."Jaga Mas Firman baik-baik, kamu wanita yang dipilihnya, aku ikhlas. Terima kasih telah menyambut laporan adikku."Seketika seisi ruangan pun turut menghela nafas lega. Masalah terhadap Sella dan Helen pun selesai. Ini semua karena Allah yang membolak-balikkan hati manusia.Setidaknya kami semua lega mendengar pernyataan Sella barusan. Terutama Mas Firman dan Airin. Mereka langsung tersenyum ketika wanita itu mengutarakan isi hatinya.Sebegitu indahnya kata maaf, dan begitu leganya memaafkan. Hidup akan terasa lebih tentram jika kita saling memaafkan. Sebab semua manusia pasti tidak luput dari kesalahan.Kemudian mereka bergegas ke kantor polisi. Ditemani oleh Adnan yang membawa rekaman tadi.Aku rasa semua sudah selesai, selanjutnya tinggal menata hati masing-masing."Adnan, nanti selepas dari kantor polisi, jangan lupa cari makan," pesanku sebelum mereka pergi. Namun,
Read more
Ending
Aku coba mendekati Eric. Lalu bertanya apa yang telah terjadi. Iya hanya menggelengkan kepala dan menutup wajahnya dengan kedua tangan. Nanti Soraya yang tengah berpelukan dengan mbak Giska pun menoleh dan menghampiri kami."Ada apa lagi?" Mereka kompak bertanya pada Eric.Sementara laki-laki itu malah terus menggelengkan kepalanya. Lalu berteriak sekeras-kerasnya. "Yunna. Jangan tinggalin aku!" Seketika aku bisa menangkap apa yang ia katakan. "Maksudnya Yunna pergi meninggalkan kamu?" tanyaku."Ambulance yang mereka tumpangi mengalami kecelakaan tunggal, Nurma, Giska!" Seketika aku terbelalak mendengarnya. Aku pun menggelengkan kepala seraya tak percaya."Nggak mungkin!" Mbak Giska pun tidak percaya dengan apa yang Eric katakan.Adnan sebagai lelaki turut menguatkan Eric. Ia menyuruhnya untuk tenang.Aku sendiri masih tidak percaya.Namun tiba-tiba televisi yang ada di bandara menyiarkan berita kecelakaan. Ya, kecelakaan ambulance yang ditumpangi mereka mengalami rem blong.Dalam
Read more
Bab 119
Kami semua beranjak dari tempat peristirahatan terakhir mas Firman dan Airin. Aku khususnya menganggap ini suatu pelajaran yang sangat berharga. Semua manusia akan kembali pada sang pencipta. Maka dari itu jangan sia-siakan waktu dan hidup untuk berbuat baik."Kita pulang, Mbak," ajakku."Kita ke pemakaman temanmu, Dokter Yunna," ajak Mbak Giska.Kami memang tidak mengantarkan jenazahnya sampai ke liang lahat. Namun doa dan berziarah ke makamnya, tidak membuat semua sia-sia.Aku mengindahkan ajakan Mbak Giska. Mumpung masih pagi dan keluarganya juga pasti masih berduka. Mbak Giska merogoh ponsel yang ada di dalam tas. Ternyata ia menghubungi Erik terlebih dahulu.Mbak Giska menanyakan lokasi tempat pemakaman Yunna. Namun ternyata Eric bilang Dokter Yunna dimakamkan di kampung halaman, pihak keluarga yang memintanya untuk diterbangkan ke kampungnya yang tidak lain adalah kampungku juga."Ngomongin kampung, aku nggak ngasih tahu tentang kematian Airin dan mas Firman ke Mama, aku nelpon
Read more
Bab 120
"Halo, selamat pagi menjelang siang," ucap pria di ujung telepon. Jantungku berdetak kencang ketika Mbak Giska mengaktifkan speaker dan mendengar suara laki-laki yang suaranya terdengar tegas."Iya, ini siapa?" Mbak Giska meladeninya meskipun sambil menyorotku. Tangan kanan pun ikut mencengkram jari jemariku."Saya dari pihak kepolisian, ingin memberikan informasi ke Bu Giska, bahwa pasien yang mengalami kecelakaan kemarin murni kecelakaan tunggal."Aku menghela napas lega. Begitu juga dengan Mbak Giska. Rasa cemas pada Tante Soraya tiba-tiba mencair."Baik, Pak. Terima kasih atas penyelidikannya," jawab Mbak Giska.Kemudian sambungan telepon pun terputus. Mbak Giska mengantongi ponselnya kembali dan kembali mencemaskan Tante Soraya."Tahu itu tadi Adnan jangan pulang dulu, biar cari Tante Soraya." Lagi sekarang menyesal karena tidak ada yang bisa diperintah lagi. Di sini tinggal kami berdua.Tidak lama kemudian aku mendengar suara Tante Soraya. "Giska, Nurma!" teriaknya. Ternyata ada
Read more
PREV
1
...
91011121314
DMCA.com Protection Status