All Chapters of Sang Penari Pujaan Hati: Chapter 21 - Chapter 30
122 Chapters
21. Perjodohan Berkedok Usaha
Happy Reading*****"Aku sudah cukup sopan, Kek. Mengapa Papa sama Mama tetap bersikeras menjodohkan kami. Aku nggak suka perjodohan," kata Wandra sedikit melunak melihat kemarahan Wirawan. "Kami datang kemari bukan untuk membicarakan tentang perjodohan, Ndra. Aku bukan pengemis yang selalu mengaharapkan cintamu," tutur gadis bermata biru karena memakai softlens, Arsyana. "Kamu dengar itu, Nda. Bahkan Arsyana sudah nggak peduli lagi tentang perjodohan itu. Kakek, hanya akan membicarakan masalah bisnis. Cepat kamu mandi dan bergabung bersama kami," titah Wirawan yang tak lagi bisa dibantah oleh Wandra. Melangkah malas, Wandra masuk ke kamar. Bukannya langsung mandi, dia malah menghubungi Mahesa sesuai dengan janjinya tadi. "Hei, muka gantengnya kusut banget. Ada apa?" tanya Mahesa ketika wajah Wandra terlihat di layar ponsel. "Males banget aku, Sa. Ada Arsya di bawah," cerita Wandra. "Wah. Diapeli si cantik rupanya. Terus, kenapa jadi males?""Alasan ngomongin usaha, ujung-ujung
Read more
22. Magang
Happy Reading*****Di dalam mobil, Mahesa diam cukup lama. Dia seperti melihat hantu saja saat berpapasan dengan Jelita tadi. Apa yang dipikirkan sang gadis pujaan saat melihatnya berpenampilan rapi, sedangkan dia selalu bercerita bahwa pekerjaannya tidak mengharuskan menggukan kemeja dan jas apalagi cuma pegawai rendahan. Mana mungkin menggunakan setelen serapi yang dia kenakan saat ini. Mahesa pun mengumpat dalam hati. Mahesa masih mengamati gerak-gerik Jelita sampai motor miliknya berjalan keluar area parkir. Setelah memastikan sang gadis pergi, dia kembali masuk ke pabrik. Pergi ke ruang HRD. "Ada yang bisa saya bantu, Pak?" kata manajer HRD. Terkejut juga ketika atasannya mendatangi ruangan secara langsung. Biasanya Mahesa, hanya menyuruh asisten pribadinya. Terkait pekerjaan para bawahan. Jarang sekali terjun langsung menemeui di ruangan seperti sekarang. "Hari ini Bapak menerima mahasiswa magang?" tanya Mahesa berwibawa setelah duduk tepat di depan manajer HRD. "Iya, Pak.
Read more
23. Magang 2
Happy Reading*****Jelita meneruskan langkah karena tidak mungkin Mahesa ada di perusahaan itu. Semalam, si lelaki sudah menjelaskan bahkan mengirim foto serta lokasi kerjanya. Tidak mungkin si gadis meragukannya lagi.Lagian siapa Jelita sampai harus mengurusi kehidupan pribadi Mahesa. Padahal keduanya tidak terikat hubungan spesial kecuali pertemanan. Setelah menyelesaikan hajatnya, Jelita kembali mencari ruang manajer administrasi. Papan kecil yang menunjukkan bahwa itu adalah ruangan administrasi membuat Jelita mengetuk pintunya. "Masuk!" kata suara dari dalam. Jelita tersenyum menyadari keterlambatannya. Perempuan berkacamata dengan jilbab maroon itu menatapnya. Jelita memperkirakan bahwa perempuan itulah sang empunya ruangan. "Maaf, Bu. Saya terlambat karena ke toilet sebentar," terang Jelita."Tidak masalah. Duduklah!" pinta sang manajer, "siapa namamu? Biar mudah memberi penilaian nantinya. Sekalian biar nggak salah saat memangil kalian untuk diberi pekerjaan.""Saya Jeli
Read more
24. Video Call
Happy Reading*****"Sial! Tumben Jelita minta video call. Apa mungkin dia melihatku di ruangan tadi. Ah, bodoh... bodoh. Kenapa juga aku mesti duduk di sebelah Yano. Harusnya aku langsung ngumpet di kamar mandi." Mahesa masih sibuk bicara dengan dirinya sendiri. Agak lama dia baru membalas chat yang dikirimkan Jelita setelah melepaskan kemeja dan jas. Tinggallah kaos dalaman tipis warna putih yang dikenakan lelaki itu. Sedikit menjauh dari meja kerja dan mendekati kamar mandi. Hanya, tempat itu yang memungkinkan bagi Mahesa untuk melakukan panggilan pada Jelita. Rambut sang lelaki juga sedikit diacak-acak seperti penampilan Mahesa sehari-hari. "Hai, Lit. Tumben minta VC? Kangen, ya?" ucap Mahesa ketika panggilannya sudah diangkat.Jelita mengerucutkan bibir. "Sembarangan kalau ngomong. Ngapain aku kangen sama, Mas? Aku tuh cuma memastikan, Mas, beneran kerja apa nggak?""Udah kayak istri-istri posesif aja kamu, Lit. Kayaknya sudah nggak tahan aku lamar, ya," goda Mahesa. Wajah Jeli
Read more
25. Terbongkar
Happy Reading*****Kini giliran para karyawan di dalam toilet itu yang membulatkan mata. Bingung dengan jawaban Jelita. Mengapa sang gadis malah menyebut nama Pak Yano. Mereka saling pandang tak mengerti. Masitah menaikkan kedua bahunya. "Kenapa lari ke Pak Yano. Ibu itu tanya Pak direktur bukan Pak Yano." Sang kepala Admin menepuk kening. "Ya, kan, Pak Yano direktur di sini, Bu. Aduh, kok mendadak saya pusing sama pertanyaan Ibu, ya. Boleh saya pamit keluar duluan?" Jelita berlalu begitu saja. Mau tak mau, Masitah membiarkan Jelita keluar. Dia dan seluruh karyawan di sana saling pandang. Bertanya-tanya dalam hati, sejak kapan Pak Yano menjadi direktur mereka. *****Desas-desus kedekatan Jelita dengan sang direktur makin santer terdengar. Walau si gadis heran kenapa bisa hal itu terjadi, tetapi semangatnya tak goyah apalagi sampai luntur.Jelita tak mau ambil pusing dengan berita yang beredar dan hal itulah yang membuat Mahesa semakin yakin dengan pilihan hatinya. Jelita bak dind
Read more
26. Pulang Kampung
Happy Reading*****Candini masih termangu dengan kelakuan Jelita. Pikirnya, Mahesa yang merekomendasikan tempat magang ini untuk sang pujaan. Nyatanya, Candini tak pernah tahu hal yang sebenarnya terjadi. Sebuah tepukan terasa di bahunya. "Bunda ngapain di sini?" tanya si sulung. Niatnya tadi mengejar Jelita, tetapi sampai di lantai paling bawah perusahaannya, si gadis tak juga ditemukan. "Mas, tahu kalau Jelita ada di pabrik?"Mahesa menganggukkan kepala. "Dia magang di sini bersama mahasiswa lainnya. Sepertinya dia marah besar sama Mas, Bun.""Kenapa?"Mengalirlah cerita Mahesa. Semua dia ceritakan tanpa satu pun yang terlewati hingga kemarahan Jelita saat ini. Candini menarik napas dalam-dalam. Sepertinya, dia sudah salah mengatakan bahwa sang direktur adalah putranya. "Apa karena itu, dia lari menjauh saat Bunda berkata bahwa putraku direktur di sini." Rasa sesal mulai merayap."Sepertinya begitu, Bun. Aku sudah membuatnya sangat kecewa." Mahesa menyandarkan tubuhnya lemah. "
Read more
27. Tetangga oh Tetangga
Happy Reading*****"Hati-hati di jalan, Lit. Sampaikan salam Mas buat Ibu. Kalau Nenek sudah sembuh, kami sekeluarga bakalan sambang ke Banyuwangi," ucap Riyan. Dia memeluk sepupunya erat. Berat sekali melepas kepergian gadis itu karena mereka baru bisa akrab kembali setelah lebih satu dekade terpisah. "Makasih, ya, Mas. Sampein salam sama Eyang. Suruh jaga kesehatan dan jangan pernah berpikir bahwa Ibu membenci beliau. Kami berdua sangat sayang sama Eyang." Keduanya berpisah dalam kesedihan. Di dalam pesawat Jelita terus saja memikirkan keadaan Setiawan, istri serta bibinya. Apalagi mendengar cerita Puspa yang mengatakan bahwa pamannya belum sadarkan diri sampai saat ini. Memikirkan putri Setiawan yang masih berumur tiga tahun membuat dadanya begitu sesak. Turun dari pesawat, Jelita segera memesan taksi online. Hampir satu jam kemudian, dia sudah sampai di rumah duka. Puspa menyambutnya dengan tangisan. Memeluk putri semata wayangnya dengan erat bahkan gadis dalam gendongannya i
Read more
28. Tampil Lagi
Happy Reading*****Acara tahlil berjaan lancar. Para tetangga banyak yang datang mengaji untuk mendoakan almarhum dan almarhumah keluarga pamannya. Walau terdengar selentingan yang tak menggenakkan, tetapi Jelita tetap saja diam dan bungkam. Para tetangga sudah pulang ke rumah masing-masing. Tersisa Sularso yang sengaja belum pulang. Berniat membantu si anak didik dan ibunya, lelaki itu mengajak Jelita bebincang. "Kamu sampai kapan di sini, Nduk?" tanya Sularso. Tangannya masih sibum melipat tikar dan karpet yang digunakan untuk acara tadi. "Belum tahu, Pak. Mungkin semingguan atau paling nggak sampai paman keluar dari rumah sakit. Emang kenapa, Pak?""Nggak kenapa-kenapa, Nduk. Kalau kamu nggak sibuk, bapak mau minta tolong untuk ngisi acara."Diam-diam Puspa menguping pembicaraan keduanya. Sebenarnya, perempuan itu sudah tak menginginkan Jelita untuk menari lagi. Dia ingin anaknya mencari pekerjaan yang jauh lebih baik. Tak lagi dipandang sebelah mata oleh para tetangga. Namun,
Read more
29. Nyinyiran Tetangga
Happy Reading*****Bagaskara pergi meninggalkan Sularso. Sengaja menunggu Jelita di bawah panggung. Begitu tampak wajah cantik sang penari. Dia mulai menyapa dengan segala kegenitan yang dimiliki. "Hai, cantik. Sudah lama nggak ketemu. Apa kabar?" tanya Bagaskara. Salah satu matanya mengerling nakal. "Maaf, njenengan siapa?" Si gadis mengerutkan kening. Sama sekali tak mengingat sosok lelaki di depannya. Sedikit muak dengan sikap lelaki yang seperti itu. Bagaimana Jelita akan ingat jika mereka cuma sekali saja bertemu. Setelah kejadian tamparan sekitar empat tahun silam, mereka tak pernah berjumpa lagi. Hanya saja, Bagaskara sering kali bertanya pada Sularso di mana keberadaan Jelita setiap kali sanggar milik lelaki paruh baya itu tampil. "Wah ... wah. Ternyata memang aku dilupakan." Bagaskara mengitari tubuh Jelita. Meneliti setiap lekuk tubuh sang penari dengan mata penuh nafsu. "Ngapunten, Pak. Saya memang nggak inget siapa njenengan. Permisi." Demi menghormati seragam yang d
Read more
30. Rencana Mahesa
Happy Reading*****"Dia siapa, Bu?" tanya Jelita saat perempuan itu sudah pergi. "Tetangga yang rumahnya deket sama rumah Pak Larso. Dia juga salah satu langganan Ibu, tapi ya itu. Mulutnya lemes banget. Kalau ngomongin tetangga-tetangga pedes kayak hidupnya sudah bener sendiri," kata Puspa sedikit jengkel. "Kamu ngapain ke pasar bawa Ika?"Jeluta tertawa sebentar melihat ekspresi kesal dari ibunya. Setelahnya, dia berkata, "Ibu lamw sekali ke pasar. Lita khawatir. Ayo cepet naik, kasihan Mbak Nanik nungguin kita lama."Di sepanjang perjalanan kedua perempuan ibu dan anak itu berbincang. Dari obrolan itulah Jelita tahu bahwa selama ini Puspa selalu digunjingkan oleh para tetangga. ***** Jauh di sana provinsi berbeda, Wandra mulai dibuat gila dengan permintaan mamanya. Jebakan bernama kerja sama usaha telah mendekatkan Arsyana dengan lelaki itu. Risih juga setiap saat dikintilin sama cewek manja dan menye-menye macam Arsyana.Seperti saat ini, Arsyana langsung masuk ke ruangan Wand
Read more
PREV
123456
...
13
DMCA.com Protection Status