Semua Bab Pawang Cinta Ternyata Jodoh: Bab 11 - Bab 15
15 Bab
BAB 11 : Gara-gara Cinta
Tahu tidak, ini rasanya memasuki area sekolah, seakan-akan ia seperti murid baru tanpa mengenal siapapun di sini. Semua itu karena permasalahannya dengan Glenn dan Sandra. Ia tahu jika dirinya tak salah, tapi rasanya tak tahan jika nantinya harus bertemu dengan dua manusia pengkhianat itu.Masuk kelas, ia dapati Kalina dan Sandra sedang ngobrol, seperti biasa ... masih seperti sebelum adanya masalah. Sedangkan sekarang status keduanya sudah berbeda. Satu adalah sahabatnya dan yang satu adalah pengkhianat.“Pagi, Ren,” sapa Kalina dengan riang.Ya, seperti biasa, selalu ceria meskipun ini masih pagi. Hanya saja dia sepertinya tak tahu tentang permasalahan yang sedang ia hadapi dengan Sandra.“Ren ... lo kok duduk di depan?” tanya Kalina saat Eren malah duduk di kursi depan, di samping kursinya dengannya. Kan, biasanya dengan Sandra di belakang.Tak ada jawaban yang diberikan Eren. Seolah-olah ia enggan untuk mengeluarkan suaranya di dekat Sandra.Kalina bingung dengan apa yang terja
Baca selengkapnya
BAB 12 : Meresahkan
Sampai di rumah, Ken kembali menggendong adiknya itu dan mendudukkan di sofa. Ia bukan orang yang suka pasrah saat adiknya ditindas dan disakiti begini, tapi untuk membalas, dirinya juga punya cara tersendiri.Eren menanggalkan sepatunya dan memeriksa kakinya yang sakit. Bukan luka, ini lebih ke rasa ngilu karena terkilir.Ken kembali dari dapur dengan sebuah mangkok berisi air hangat dan handuk berukuran kecil.“Bagian mana yang sakit?” tanyanya pada Eren.“Ini,” tunjuknya pada bagian pergelangan kakinya yang mulai terlihat membengkak. “Pelan-pelan, ini sakit,” rengeknya saat tangan kakaknya mulai mengompres bagian yang sakit itu.“Ini juga pelan,” komentar Ken.Rengekan demi rengekan makin menghantam pendengaran Ken. Kadang Eren malah memukul tangannya agar menghentikan aksinya itu.“Kalau nggak dipijat begini, kamu mau kakimu nggak bisa dibawa jalan?”Ken mulai mengoceh.“Tapi ini benar-benar sakit, aku berasa mau nangis.”“Udah, nangis aja sesukamu,” respon Ken kembali berfokus pa
Baca selengkapnya
BAB 13 : Kenapa Malah Rindu
Pagi ini Eren turun dari anak tangga dengan perlahan. Apalagi kalau bukan karena kakinya yang masih terasa ngilu untuk diajak berjalan cepat. Bisa-bisa memaksakan ia malah berguling-guling di tangga. Endingnya bakalan patah, bukan terkilir lagi.Mendapati Ken sudah duduk di kursi menikmati sarapan yang sudah disiapkan Bibik.“Pagi, Kak,” sapanya.“Gimana kakimu?”“Udah baikan, hanya dikit ngilu aja.”Ia mulai menikmati sarapannya, tapi tiba-tiba terhenti saat merasakan kalau Ken menatapnya terus. Membuatnya risih saja, meskipun yang memperhatikan adalah kakaknya sendiri.“Kenapa ngeliatinnya gitu amat, sih?” tanyanya masih terus menikmati makanannya.Ken menyandarkan punggungnya di kursi, sambil bersidekap dadda, menatap sang adik dengan tatapan penuh selidik.“Bicara apa semalam sama Zean?” tanya Ken.“Bicara apa?”“Aku lagi nanya, Ren,” keluhnya.“Nggak ada apa-apa.”“Jangan berbohong.”Eren sedikit bingung harus mengatakan apa. Ia menghentikan aktifitas makannya dan mengelap bibirn
Baca selengkapnya
BAB 14 : Kakak Ras Pacar
Pulang sekolah, ia diantar oleh Kalina. Bukan, lebih tepatnya ia yang meminta, sekalian mau mengajak sobatnya itu menemaninya di rumah. Sebelumnya Kalina jarang mau, tapi kali ini atas paksaannya, akhirnya dia mau. Alasan dia menolak hanya satu, sih ... apalagi kalau bukan takut sama kakaknya. Padahal Ken itu nggak ngapa ngapain dia, loh, ya ... tapi dia bilang saat Ken menatapnya, rasanya kok nakutin.“Kak Ken nggak di rumah, kan?” tanya Kalina memastikan, saat sampai di rumah Eren.“Belum pulang, mungkin sore. Katanya ada kuliah tambahan.” Ini entah jawaban yang ke berapa kali ia berikan. Lagi lagi dia memastikan dengan terus bertanya.“Syukurlah,” leganya.“Kenapa juga jadi takut begitu sama dia, sih ... kakak gue nggak makan orang, kok.”Iya, nggak makan orang ... tapi tatapan dia saja mampu membuat otaknya berhenti bekerja.“Ngeri gue. Ditatap sama Kak Ken aja, itu nyali gue langsung menciut kayak kerupuk kesiram air. Berasa lagi ditatap dewa Yunani.”“Sama siapa? Zeus, Poseidon
Baca selengkapnya
BAB 15 : Mengaku Pacar
Anggaplah ia hanya berani bicara di belakang, tapi berhadapan langsung dengan Zean, jujur saja ia tak seberani itu. Kalau berani, sudah ia telepon Zean dari kemarin-kemarin. Tapi nyatanya apa, ia malah dengan bodohnya malah bertanya pada ken ... yang nyatanya malah membuatnya merasa malu saja.Saat Eren hendak menghentikan sebuah taksi, Zean menyambar tangan gadis itu dan langsung menarik ke pelukannya.“Aku merindukanmu,” ucap Zean langsung.Seketika Eren dibuat diam saat Zean memeluknya erat. Tapi saat sadar, dengan cepat ia melepaskan diri dari pelukan Zean.“Maksud Kakak apa?” tanyanya.Zean menangkup wajah Eren, agar fokus gadis ini hanya padanya.“Kamu memang adik dari sahabatku. Tapi, status itu bisa berubah, kan? Hatiku nggak bisa berbohong, saat rasa sayangku melebihi rasa yang diberikan Ken padamu. Saat kamu sedih, aku berharap jadi tempat pertamamu bersandar. Aku mau kamu terus merasa nyaman saat di dekatku. Tapi ternyata aku salah, saat kau bilang tak ada rasa.”Eren diam,
Baca selengkapnya
Sebelumnya
12
DMCA.com Protection Status