Semua Bab WANITA yang SUAMIKU SEMBUNYIKAN di KONTRAKAN: Bab 51 - Bab 60
77 Bab
Bab. 51
"Nih, minum dulu!" Ahmad menyodorkan segelas air ke hadapan Dini yang tengah memerhatikan sekeliling rumah yang lelaki itu tinggali sendiri. "Makasih, A." Gadis itu tersenyum kecil, lalu menyambut gelas yang Ahmad sodorkan. "Jadi, kalian belum nemu tempat tinggal?" Ahmad membuka percakapan, sembari duduk di kursi seberang Dini. Pintu rumah sengaja dia buka lebar-lebar agar tak terjadi fitnah dengan sengaja menjaga batasan. Dini menggeleng. "Kita masih numpang di rumah Pak RT sambil cari uang buat nyewa kontrakan. Buat makan aja kita ngandelin duit yang dikasih si Nia buat kebutuhan Bila."Miftah terdiam sejenak. Sebenarnya dia tak tahu harus melakukan apa. Sejatinya dia sangat membenci Miftah dan ibunya, tapi berbeda dengan gadis ini. Meski hanya sedikit, sudah lama dia menaruh rasa pada Dini. "A'a tinggal sendiri?" Giliran Dini yang mengajukan pertanyaan. Pandangannya masih sibuk memerhatikan sekitar. Rumah ini cukup luas bila hanya ditinggali sendiri, di halaman juga Dini melih
Baca selengkapnya
Bab. 52
"Neng Tika udah yakin mau pindah secepatnya?" Bi Tati bertanya saat melihat sejak semalam majikannya sibuk mengemasi barang untuk pindahan. Pagi ini, mobil box yang menjemput barang-barangnya sudah tiba di pelataran. Tika bangkit dari posisi bersimpuh di lantai, menyeletingkan koper terakhir yang baru selesai dipacking, sebelum beralih pada wanita paruh baya yang sudah bersamanya sejak mendiang putranya Akbar baru saja lahir. "Iya, Bi." Senyum getir tersungging, Tika menggenggam tangan Bi Tati. "Untuk saat ini emang lebih baik saya ngejauh demi kesehatan mental dan janin di kandungan. Lagian udah nggak ada lagi alasan buat saya bertahan di tempat ini."Wanita paruh baya itu menyeka air matanya yang entah sejak kapan sudah menetes. "Pokoknya di manapun kami berada, jaga diri baik-baik, ya, Neng. Masih banyak yang sayang sama Eneng, tetep kuat, buat calon dedek bayi!" Bi Tati memeluk Tika. Erat, seolah ini pertemuan terakhir mereka. Tak pernah cukup kata untuk menggambar kebaikan seo
Baca selengkapnya
Bab. 53
"Bunda pamit, ya, Sayang. Baik-baik di sana. beberapa bulan sekali Bunda pasti mampir. Titip salam buat kakek sama nenek, ya. Bunda sayang banget sama kamu!"Tika mengusap nisan bertuliskan 'M. Akbar Maulana bin Miftahul Hamid itu setelah menyiram air doa serta bebungaan di atas pusara mendian putranya. Dari kejauhan terlihat Bu Wulan dan Andri memerhatikan. "Pasti sulit bagi Tika untuk memutuskan, walau bagaimana pun Bandung khususnya Maleber telah menjadi saksi hidupnya," cetus Bu Wulan masih dengan pandangan menatap wanita yang terlihat begitu tegar, padahal aslinya hancur berantakan. "Iya, dia telah mengambil langkah besar, tanpa mempertimbangkan banyak hal. Trauma serta kehidupan pernikahan kelam yang pernah dijalaninya membuat Tika sekuat tenaga menghindar."Bu Wulan menoleh pada lelaki berkacamata dengan kulit putih itu. Dia tahu betul ada makna tersirat yang coba Andri ungkapkan. Sebagai sesama wanita dia jelas paham, tatapan macam apa yang Andri tunjukkan pada janda Mifta
Baca selengkapnya
Bab. 54
Hubungan yang terjalin antara Tika, Andri, dan Nia tak pernah sesederhana yang dibayangkan orang-orang. Pertemanan yang sudah terjalin sejak lama hingga berakhir dengan sebuah pengkhianatan saat Nia yang dulu sudah Tika anggap keluarga, justru menuduhnya macam-macam dengan dengan sang mantan. Sejak awal masa SMA, ikatan yang terjalin di antara mereka bertiga memang sulit untuk digambarkan. Bahkan sampai saat ketiganya resmi sama-sama melajang, dengan status cerai, Tika dan Nia sudah tak pernah lagi bertegur sapa. Karena sampai detik ini, kakak almarhum Desi itu masih saja menganggap Tika sebagai alasan keretakan rumah tangganya dengan Andri. Berkian tahun pun berlalu, ketika cinta yang sudah lama dipendam, dan Andri mulai menemukan peluang, Tika justru tak memberinya cukup kesempatan. Hal itu malah dimanfaatkan Nia yang berharap bisa memperbaiki hubungannya dengan sang mantan suami setelah perpisahan yang terjadi.Entah sampai kapan, Tika seolah tak bisa memastikan. Entah sampai kap
Baca selengkapnya
Bab. 55
Andri baru saja memarkirkan kendaraan miliknya saat melihat mobil Nia sudah terparkir di halaman rumahnya. Lelaki itu menghela napas gusar, lalu bersiap mengambil ancang-ancang untuk kembali ke dalam mobil, dan berniat menghindar. Sebab, belum ada sejam sejak patah hati yang dirasakan akibat perkataan Tika, dia sudah harus kembali dihadapkan dengan masa lalu yang terus-menerus mengekang. Hubungannya dan Nia sudah berakhir lebih dari setahun yang lalu, bahkan tak ada anak yang mengikat mereka. Namun, entah kenapa Nia seolah tak bisa membiarkannya hidup tenang dengan mendesaknya agar bisa mempertimbangkan hubungan yang dia pikir belum benar-benar usai. "A Andri!" Andri memejamkan mata mendengar panggilan dari suara yang sudah amat dia kenal. Mau tak tahu lelaki bermata empat itu berbalik untuk melihatnya. Di belakang perempuan berambut bob itu terlihat sang ibu yang hanya bisa mengangguk, seolah mengisyaratkan agar Andri bersedia untuk memberi Nia kesempatan. Karena pada kenyataann
Baca selengkapnya
Bab. 56
Jemari Tika menyusuri setiap sudut kamar yang biasa dia huni, tiap kali pulang ke kampung halaman. Lagi dan lagi, lamunannya terpecah-berai saat terbersit sekilas ingatan masa lampau. Apalagi saat pandangannya jatuh pada sebuah bingkai foto yang menunjukkan kebersamaan dengan sang mantan suami serta Akbar masih terpajang di atas kepala ranjang. "Waktu kasus tentang mantan suami Teteh mencuat, Marni udah mau turunin fotonya. Tapi, Ibu bilang katanya tunggu Teteh, biar Teteh yang memutuskan," cetus salah satu asisten rumah tangga Nek Euis yang mengantar Tika sampai ke kamar."Bisa tinggalin saya sendiri, Marni?!" pinta Tika tanpa menoleh ke arahnya. "Siap, Teh!" Marni mengangguk, lalu undur diri. Sepeninggal Marni, Tika merobohkan dirinya di atas pembaringan berukuran besar itu. Dia usap perutnya berkali-kali, sebelum beralih menyusuri ranjang dengan jemari. Tiap jejak kebahagiaan itu masih terekam jelas dalam ingatannya. Canda-tawa bersama putranya serta kemesraan yang selalu Mifta
Baca selengkapnya
Bab. 58
"Ras, gimana hubungan kamu sama Ahmad? Bukannya dari syukuran Tika dia minta WA, terus kalian sempet jalan?" Bu Wulan nyeletuk saat Laras adiknya berkunjung ke kediamannya setelah beberapa pekan. "Lost konteks, Teh. Gatau. Mungkin kita nggak cocok," jawab gadis dua puluh tiga tahun itu sekenanya. "Ah, yang bener kamu? Padahal di awal-awal si Ahmad keliatan tertarik, kok." Bu Wulan masih coba menyangkal. "Mungkin dia cuma penasaran, kebanyakan cowok, kan begitu. Bodo amatlah." Laras terlihat masa bodo, meski raut wajahnya tak menunjukkan demikian. "Bodo amat, bodo amat. Tapi, SW-nya penuh sindiran dan menggalau," cibir Bu Wulan sembari menjentikkan jari di dahi adiknya. "Dah, ah. Mending fokus kuliah sama cari kerja. Bulan depan, kan aku mau ikut tes CPNS. Ngapain juga mikirin laki tukang PHP doang, kemarin aja aku liat dia di supermarket bareng cewek seneng-seneng."Bu Wulan mengerutkan kening. Dia akhirnya duduk di samping adiknya yang sejak tadi sibuk berkutat dengan laptop. "
Baca selengkapnya
Bab. 59
"Kenapa buru-buru banget, sih pulangnya?" cetus Tika saat melihat Ahmad sudah berkemas, padahal baru semalam adiknya itu menginap. Dia bahkan belum sempat kirim doa di makam orang tua mereka. "Ahmad cuma dikasih cuti dua hari, Teh. Masih banyak kerjaan juga di Bandung.""Bukan gara-gara obrolan kita kemarin, kan?" terka Tika. "Nggaklah. Ngapain, begitu doang," sungut Ahmad, tanpa Tika tahu sedikit banyak percakapan mereka juga menjadi salah satu alasan dia buru-buru pulang. "Nggak mampir ke makam Ibu, Bapak, atau Abah dulu?" tawar Tika. "Nanti ajalah, Teh. Masih banyak waktu, kok," dalih Ahmad. Tika menghela napas panjang, lalu meletakkan sebelah tangan di bahu adiknya lebar. "Ya udah, jaga diri di sana. Teteh titip usaha sama mobil yang kemarin, nanti kamu bisa ganti-ganti kalau ada keperluan. Di sini mungkin teteh bakal lebih banyak diem di rumah, bantu-bantu Nini."Ahmad mengangguk mantap, dia peluk Tika erat, sebelum mengecup keningnya sejenak. "Sehat-sehat, ya, Teteh sama
Baca selengkapnya
Bab. 60
"Pak, udah denger kabar tentang manager Gema cabang Karawang?" Salah satu staf Gema pusat menyikut tangan Andri, saat mereka sama-sama keluar untuk makan siang. "Pak Indra? Kenapa emang?" tanya Andri. Sebenarnya dia tak ingin terlalu kepo tentang masalah-masalah yang menyangkut rekan kerjanya. Jadi, hanya sesekali menimpali. "Katanya baru-baru ini terungkap kalau dia pernah deket sama almarhum Desi sebelum nikah sama Miftah!"Andri tertegun. Setelahnya dia mengerutkan kening. "Ya, terus?" "Selain pernah dekat sama Desi, ternyata dia juga temen deketnya mantan istri Bapak. Teh Nia.""Jadi, apa hubungannya sama saya?" Andri yang tak suka basa-basi apalagi menyangkut mantan istri dan masa lalunya, hanya bisa ketus menanggapi. "Ya, siapa tahu Pak Andri pengen tahu. Dulu, kan Bapak pernah tanya orang-orang yang dekat sama Desi, salah satunya Tia--yang sekarang jadi Kabag di Karawang." Lelaki yang hanya selisih dua tahun depan Andri itu mendekatkan wajahnya, lalu berbisik. "Lagi rame
Baca selengkapnya
Bab. 61
"Gila, adem banget, nih rumah." Bu Nur mengempaskan tubuhnya di atas ranjang yang sudah dilengkapi kasur ukuran dua, dalam salah satu kamar di rumah Tika.Rumah dua lantai yang baru sempat kakak kandung Ahmad itu tinggali beberapa bulan, setelah rumah utama yang menciptakan banyak luka dijualnya. Tak cukup sampai di situ, ternyata bayang tentang trauma dan masa lalu kelam yang masih mengusik pikiran, membuat Tika mengambil langkah besar untuk meninggalkan Bandung, dan semua aset-asetnya yang tersisa. Tanpa diketahuinya, lewat perantara Ahmad, rumah itu kini justru ditinggali mantan mertua dan adik ipar yang sebenarnya belum sepenuhnya mampu Tika maafkan. "Iya. Aku aja nggak nyangka A Ahmad bakal ngontrakin rumah bekas kakaknya. Mana dikasih harga murah lengkap dengan isinya!" Berbinar-binar mata Dini menatap sekeliling rumah beserta isinya yang tak sempat Tika bawa semua, karena di Cianjur sana, semua fasilitas sudah lengkap disediakan Nek Euis dalam rumah besar yang hanya dia dan b
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
345678
DMCA.com Protection Status