All Chapters of Kujual Suamiku di Status Facebook: Chapter 41 - Chapter 50
95 Chapters
Tidak Bisa Bayar
"Ke mana, Mira? aduh, bagaimana ini. Aku sangat butuh pinjaman darinya," ujarku bicara sendirian. Lelah terus berteriak, aku duduk di lantai. Berusaha menghubungi Mira lewat nomer ponselnya. Namun, dia tak kunjung membalas. Saat merasa sudah tak ada harapan, tiba-tiba sebuah mobil yang sangat aku hapal plat nomernya masuk ke halaman rumah ini. Mendadak hatiku panas. Itu mobil Bumi. Jangan-jangan Mira sudah jalan bersamanya. "Sialan," dengusku kesal saat prediksiku terbukti benar.Mereka turun dari mobil dengan wajah berseri-seri. Namun, senyuman mereka pudar saat melihat kedatanganku. Kalau saja aku tak butuh pinjaman dari Mira, sudah aku hajar Si Bumi. Si Penghianat ini benar-benar tidak punya malu. Terus saja mengejar Mira. "Mas Adam, ada apa kamu ke sini? udah lupa sama perjanjian kita? aku sudah bilang setelah transaksi pembagian uang rumah, Mas gak usah ke sini lagi.""Mir, aku butuh bantuan kamu. Tolong aku, Mir.""Bantuan apa?""Diana sudah melahirkan secara sesar, Mir. Dia
Read more
POV Diana
"Percuma kamu mengomel, Diana. Sekarang ini, kita harus cari solusi biar kamu bisa pulang," jawab suamiku yang bisanya buat aku sengsara. "Ya, terus gimana, Mas? mikir dong. Aku gak mau ditahan di sini. Dasar gak bertanggung jawab!" sentakku kesal. Emosi sudah membumbung tinggi di atas ubun-ubun. Menyesal menikah dengan Mas Adam. Bukan bahagia malah sengsara. Kalau tahu begini, tidak akan aku pertahankan kehamilan ini. Punya anak malah nambah susah. Aku tidak bisa ke mana-mana. Sulit kerja. Sementara keluargaku di kampung juga butuh suntikan dana dariku. "Mas mau cari pinjaman dulu. Kamu tunggu dulu.""Dih, enak aja. Aku gak mau disini berduaan sama anakku doang, Mas. Mana ibumu main pulang aja. Dasar mertua gak bener. Menantunya lahiran bukan dimanjain, malah tetep julid.""Sudahlah, Diana. Jangan berdebat. Aku pasti kembali. Tunggu."Aku hanya bisa memanyunkan bibir kesal. Ditambah lagi menahan malu. Bisa jadi, percakapanku di dengar pasien lainnya. Aku hanya bisa pasrah membia
Read more
Tidak Punya Hati
"Diana, buka pintunya!" teriak Mas Adam lagi-lagi terdengar. Padahal, baru satu jam aku bisa terlelap. "Apa sih, Mas?""Kamu lagi apa sih?""Aku lagi tidur, Mas. Cape tahu, semalem kamu gak ada, ibumu gak ke rumah sakit. Aku begadang jagain anak kita.""Aku paham, Na, tapi susui dulu putri kita. Kasihan, dia belum mau minum susu formula.""Iya, nih, berisik terus bayinya nangis. Jadi ibu gak becus banget sih," ujar adik ipar tidak tahu diri. Aku juga terganggu kalau anakku terus menangis. Jadi, mau tak mau aku bawa dia ke kamar. Menidurkannya di dalam kamar. Tak lama kemudian, dia bisa terlelap. Syukurlah, anak ini bisa diajak kompromi. Bagus, dia paham kalau ibunya sedang cape fisik dan batin.*****Dua bulan berlalu. Sungguh tidak enak punya anak. Jam tidur berkurang. Wajah dan badanku tidak terurus. Aku tidak bisa begini terus. Biar Mas Adam saja yang mengurus anak kami. Sebagai pencari nafkah, dia tidak bisa mencukupi kebutuhanku. Menambah kepala makin pusing saja."Kamu mau ke
Read more
Talak Kedua
POV Adam "Dam, kasihan istrimu. Dia sudah cape kerja. Kamu malah mau nampar dia," ujar ibu membela.Semenjak Diana bekerja, ibu memang sering membelanya. Dia memperlakukan Diana layaknya mantan istriku dulu. Pasti ibu sudah diberi uang agar tidak mengusiknya. Perempuan yang melahirkanku ini, memang mudah sekali terpengaruh dengan uang. "Bu, dia sudah keterlaluan. Biar Adam beri dia pelajaran.""Sudah-sudah. ​​Malu sama tetangga. Diana, sana kamu masuk. Biar Adam ibu yang menangani."Diana menyunggingkan senyum penuh kemenangan. Dia berjalan angkuh menuju kamar. Merasa berkuasa. Sehingga, jadilah orang yang semena-mena. Aku tidak akan membiarkan demikian. Lihat saja, aku tak akan tinggal diam. Biar nanti bicarakan soal ini dengan sahabatnya, bos dia bekerja. Supaya, memecat Diana, karena aku tak merestui. "Bu, kenapa sih, ibu malah belain dia?""Biarin saja, Dam. Istrimu lagi banyak duit. Udah nikmati aja duitnya.""Arrgh!" aku mengerang kesal. Lalu duduk di sofa. Bingung harus baga
Read more
Diana Minggat
"Arrgh! Sialan. Dasar perempuan pelacur!" teriakku mengekspresikan kekesalan dalam hati sesampainya di rumah. Aku tendang sofa dengan keras. Tak peduli walaupun kaki terasa nyeri. Hatiku lebih terseset-seset rasanya. Perih, tak berdarah, tak terlihat, tapi nyata kepedihannya. Perempuan yang aku cinta, selalu berusaha memberikan yang terbaik untuknya, sampai mengorbankan sesuatu yang berharga, nyatanya dia berkhianat. Lebih memilih pria kaya yang baru dia kenal. Tega meninggalkan suami dan anaknya begitu saja, bak sampah yang sudah tak berguna. "Dam, kamu kenapa? kaya kesurupan setan saja. Duduk, Dam. Tenang," ujar ibu merangkulku. Refleks aku memeluknya. Menangis lirih dengan kondisi sakit hati, sampai membuat sesak dada ini. Ibu terus bertanya, pasti dia sangat bingung melihat tingkahku yang mendadak rapuh."Kamu kenapa, Dam? gak biasanya nangis sampai meluk ibu? udah puluhan tahun kamu gak kaya gini. Mendadak aneh. Kenapa?" cerocos ibu mencecarku dengan banyak pertanyaan. "Diana,
Read more
Mengurus Bayi Sendiri
"Bu, Bagaimana kondisi Salma, Bu?" tanyaku panik sesampainya di rumah sakit. "Gak tahu, Dam. Dari tadi dokternya belum keluar juga."Aku menunggu di depan UGD dengan cemas. Entah bagaimana cara ibu mengurus anakku. Bisa-bisanya jatuh dari kasur. "Bu, sebenarnya apa yang terjadi? ibu ke mana aja, kenapa Salma bisa jatuh?""I-itu, Dam, I-ibu la-""Keluarga bayi bernama Salma?" tanya dokter memotong pembicaraan ibu. "Saya ayahnya, Dok.""Pak, anak bapak sudah tidak menangis lagi. Kelihatannya, anak bapak tidak kenapa-kenapa, hanya memar saja di bagian kepala. Namun, untuk memastikan lebih jelas, kita harus melakukan rongsen di bagian kepala.""Iya, Dok, lakukan saja. Pastikan anak saya baik-baik saja.""Baik, Pak, silakan kalau bertemu anaknya."Aku dan ibu bergegas masuk ke dalam ruang UGD. Anakku sedang dijaga suster. Dia sudah terlihat baik-baik saja. Aku langsung menggendongnya. Memeluknya penuh cinta. bersyukur tidak sampai terjadi hal yang tidak diinginkan. Senyuman putri kecilk
Read more
Dilamar
POV Mira"Anak pintar. Minum susu yang banyak, yah."Hatiku ngilu, melihat Mas Adam kerja membawa anak. Entah ke mana ibunya. Aku tidak terlalu kaget dengan sikap Diana yang tega menyuruh suaminya mengurus anak sekaligus bekerja. Mungkin, terjadi gesekan di ruang tangga mereka. Bukankah sudah biasa, kalau perempuan perebut suami orang hanya menginginkan hartanya saja? jika pria itu jatuh miskin, maka dia akan pergi atau kehilangan kasih sayangnya. Namun, hatiku berdenyut kesakitan, melihat bayi kecil ini harus menjadi korban sikap yang tidak baik dari ibunya. Tidak seharusnya dia ada di bengkel yang notabene tempat yang kotor. Tidak baik untuk kesehatannya. "Terima kasih, Mir.""Gak usah bilang makasih, Mas. Aku kaya gini, biar kamu fokus memperbaiki mobilku. Waktuku dan Tiara tidak lama. Kita harus segera ke kantor.""Iya, Mir. Aku akan membereskan kerusakan mobil ini secepatnya." Aku hanya mengangguk. Hanya fokus melihat bayi mungil yang sedang aku gendong.Ada rasa sedih yang men
Read more
Kabar Duka
"Bumi, maksudnya apa?""Aku sayang sama kamu, Mir. Aku mau kita menikah. Agar aku bisa selalu bersamamu."Senyum mengembang bagaikan bunga matahari. Aku tersipu malu. Kami memang sering membicarakan soal perasaan. Seringnya aku menanggapinya dengan tawa tanpa memikirkannya lebih serius. Namun, jika sikap Bumi seperti ini, aku paham kalau dia benar-benar serius padaku. "Mi, terlalu cepat kalau kita bahas soal pernikahan.""Bukankah niat baik memang harus dipercepat?"“Iya, tapi….”"Apa yang kamu ragukan dariku, Mir?" tanya Bumi menangkupkan wajahku dengan kedua tangannya. Mata kami bertatapan dengan jarak dekat. Jantung berdegup tak karuan. Suasana terasa manis. Bagaikan dihujani kelopak bunga mawar. "Aku mencintaimu, Mir? apa kamu tidak merasakan hal yang sama?""A-aku menyukaimu, Bumi. Siapa yang tidak menyukai pria yang sempurna sepertimu. Tapi, soal menikah, aku butuh waktu untuk memikirkannya.""Soal itu aku paham. Berapa lama pun kamu meminta waktu untuk memantapkan hati, pasti
Read more
Hati yang Menangis
"Mir, tenang, Mir," ujar Tiara mengelus pundakku. Dia menyuruhku tenang, padahal matanya juga dihiasi butiran kristal bening yang tak kalah banyak dibanding diriku. "Ra, hiks, hiks." Aku peluk sahabatku sangat erat. Meluapkan kesedihan yang sangat mendalam. Sebelumnya, sambungan telepon telah dimatikan. Aku tak mau ibu dan bapak terangsang semakin bersedih, mendengar isak tangis yang keluar dari bibirku. "Nyebut, Mir. Istigfar. Lu harus tenang. Luapkan saja harus kesedihannya. Setelah lu kuat, pulang, dan kuatkan orang tua lu." Aku mengangguk dalam dekapan Tiara. Semua rasa sedih, aku tuangkan di dalam kantor. Suasana di sini, seperti hujan badai. Tubuhku rasanya terbang di atas udara. Tak bisa berpijak. Masih belum membayangkan kenyataan buruk ini. Penyakit ginjal, bukanlah penyakit biasa. Sangat mengancam nyawa. Orang-orang yang mengidapnya harus bergantung dengan cuci darah agar bisa menyambung nafas setiap harinya. Kenapa keluargaku sama sekali tak ada yang curiga? seharusnya,
Read more
Semakin Memburuk
"Sayang." Ujar Mas Hafidz langsung memeluk istrinya. Kami sekeluarga masuk ke ruang UGD. Wajah Mbak Rina pucat. Namun, dia tersenyum. Rasa kesal, sekaligus tak tega, berbaur jadi satu. Melihat kondisi lemah kakakku, rasa kesal karena kebohongannya tak kuasa diucapkan. Padahal, aku ingin memaki, dan banyak bertanya. Mengapa dia menyembunyikan semua ini dari keluarga? apa dia tidak berpikir, bahwa kondisinya yang seperti ini, sangat menyayat di hati. Kenapa keras kepala menyembunyikan seorang diri? "Kalian jangan sedih.""Sayang, maafkan Mas. Kamu harus sembuh. Kamu kuat, Sayang. Kita berjuang bersama. Mas akan selalu menemanimu. Kita bisa cari pendonor ginjal. Asal kamu bisa sehat lagi," ujar Mas Hafidz diiringi gemuruh tangisan."Mas jangan menangis. Maaf ... aku ... belum bisa ... jadi ... istri yang ... baik.""Hust, cukup. Jangan bicara seperti itu.""Mbak, Mbak janji bakal nemenin Mira kalau disini. Mbak harus buktiin janjinya. Mira sudah ada di sini. Kita bisa habisin banyak w
Read more
PREV
1
...
34567
...
10
DMCA.com Protection Status