All Chapters of Embun/Desire - Mencintaimu Tanpa Syarat : Chapter 31 - Chapter 40
307 Chapters
Part 31 Lamaran 2
Author's POVMalam itu hujan kembali mengguyur bumi. Suasana di rumah Pak Tino cukup meriah. Ada beberapa kerabat yang datang untuk makan malam dalam rangka anniversary pernikahan lelaki itu dan istrinya.Andrean duduk di sebelah gadis yang sejak tadi berusaha mengajaknya bicara. Menghidupkan percakapan di antara mereka. Namun Andrean hanya menjawab seperlunya. Dari tempat duduknya Tante Verra memperhatikan sang keponakan yang tidak antusias sama sekali terhadap gadis pilihannya. Seistimewa apa perempuan yang disukai Andrean, hingga gadis secantik Nency tidak berhasil menarik perhatiannya. Andrean sendiri tidak menduga kalau akan ada Nency di acara tantenya. Sebab selama ini sang Tante tidak pernah mengundang orang luar di acara anniversary-nya."Mas, akhir pekan ini datang ya di acara pembukaan butikku. Nanti undangannya menyusul. Ada di lantai empat Prima Plaza, deketan sama butiknya Bu Salwa." Nency sangat berharap bahwa pria di sebelahnya akan mau memenuhi undangannya. Gadis itu
Read more
Part 32 Nervous 1
Author's POV"Kami akan menikah di kota, Pak. Secara sederhana saja. Sebab Embun masih jadi warga sana juga. Jadi kami tidak akan kesulitan untuk mengurus surat-surat yang diperlukan." Andrean menjelaskan.Sejak bercerai, Embun memang belum mengurus pindah tempat kembali ke desanya. Alamat di KTP menggunakan alamat kosannya. Dia mengurus KTP baru setelah putusan perceraiannya di pengadilan agama.Walaupun Pak Karim telah menolak pemberian uang dari Andean, tapi pria itu tetap memaksa memberikannya ketika mereka hendak pamitan pulang. Embun juga titip salam buat Roy yang tidak ada di rumah karena sedang diajak bosnya ke luar kota. Rini juga masih di sekolah."Apa Mas nggak ingin mengajak saya minta restu pada Pak Darmawan?" tanya Embun di perjalanan."Setelah kita urus semua surat-surat dan menetapkan tanggal pernikahan, aku akan mengajakmu bertemu papa.""Baiklah!" jawab Embun sambil tersenyum.Mereka sampai di kota jam dua belas siang. Andrean sepakat dengan Embun kalau akan menggun
Read more
Part 33 Nervous 2
Embun's POVSetelah mengukur baju pada Mbak Mur, aku duduk di tepi pembaringan. Masih ada waktu beberapa jam lagi sebelum aku bersiap-siap hendak pergi kerja. Dua hari ini aku sibuk mondar-mandir untuk mengurus surat-surat nikah. Rasanya seperti mimpi kalau sebentar lagi aku akan bersuami lagi.Benar yang ditulis dari buku yang kubaca, bahwa semua akan membaik seiring berjalannya waktu. Pernikahanku dengan Mas Fariq boleh gagal, tapi tidak berarti kehidupanku selanjutnya harus ikut gagal.Siang itu aku bersemangat masuk kerja. Rasanya tak sabar segera memberitahu Yani bahwa aku akan menikah tak lama lagi. Namun ketika sampai di rumah sakit, justru Yani yang lebih dulu memberitahu sesuatu padaku."Ternyata mantan madumu itu keguguran lagi dua hari yang lalu. Waktu kita cuti. Jadi dia di rawat satu kamar dengan suaminya.""Oh ya?" tanyaku tidak sepeduli kemarin-kemarin. Rasa sakit itu tak lagi seperti dulu."Iya. Dewi yang cerita padaku." Dewi ini perawat yang shift-nya berbeda dengan
Read more
Part 34 The Wedding
Author's POVMelihat Hedriko terluka, hati seorang ibu ikut tersayat pedih. Beliau teringat kembali peristiwa berpuluh tahun yang lalu. Benarkah karma telah terbayar?Malam itu Bu Salwa menyuruh Fadel mengawasi Hendriko. Beliau tidak ingin anaknya melakukan tindakan yang tidak-tidak. Sebab sudah sangat hafal dengan karakter Hendriko. Dia bisa nekat melakukan apa saja tanpa pertimbangan yang matang. Sikap diamnya itu sulit sekali di tebak. Diakuinya kalau sikap Andrean yang juga pendiam itu tapi penuh dengan perhitungan yang matang. Apa-apa dipikir secara detail. Tidak seperti Hendriko yang mengampangkan sesuatu.Namun tetap saja pengawasan bisa luput. Hendriko mengirimkan pesan berpuluh kali pada Embun. Dan sehari sebelum pernikahan Andrean dan Embun, Hendriko datang di kosan wanita itu. Embun yang ada di kamar diam saja, dia tidak menemui lelaki yang tampak kusut itu. Pernikahannya hanya tinggal sehari saja, ia tidak ingin ada masalah yang berakhibat fatal. Embun tidak ingin melukai
Read more
Part 35 Jamuan Setelah Pernikahan
Author's POVJamuan berlangsung lancar meski antar besan terlihat masih canggung. Justru Mbok Darmi dan Pak Karyo yang berbincang ramah dengan orang tuanya Embun. Pak Darmawan sendiri hanya sesekali bertanya pada Pak Karim.Jam setengah satu acara jamuan selesai. Mereka saling bersalaman untuk berpisah. "Jaga Mbak saya baik-baik, Mas," ucap Roy ketika menyalami Andrean."Pasti. Kamu jangan khawatir," jawab Andrean sambil menepuk bahu Roy.Pak Karim juga memberikan nasehat singkat pada putri dan menantunya sebelum pergi.Rozak yang akan mengantarkan Pak Karyo dan keluarganya pulang. Sebab Andrean langsung mengajak istrinya menghabiskan cuti mereka beberapa hari di tempat yang sudah ia persiapkan. Sedangkan Pak Darmawan dan Bu Salwa pulang paling akhir. Mereka berdua memandang kepergian putranya dan Embun meninggalkan halaman restoran.Mendung kelabu memayungi mayapada ketika mobil Andrean memasuki sebuah resort mewah di luar kota. Dua jam perjalanan dari tempat tinggal mereka. Resort
Read more
Part 36 Honey 1
Author's POV"Nggak dijawab dulu, Mas?" tanya Embun ketika melihat suaminya membiarkan ponsel itu tetap berdering."Biar saja, Mas mandi dulu." Andrean sudah membahasakan dirinya dengan panggilan 'Mas'.Embun menatap layar yang masih berpendar. Andrean sempat cerita sekilas tentang seseorang yang dipanggilnya Tante Verra. Juga alasannya kenapa ia tidak mengundang wanita itu ke pernikahan mereka.Pagi yang dingin. Usai Salat Subuh mereka masih duduk di atas sajadah. Berulang kali Andrean mengecup kening istrinya, dengan cara itu ia bisa mengungkapkan apa yang dirasa. Dia jatuh cinta ketika pertama kali melihat Embun. Saat itu ia mencari tahu tentang siapa Embun, karena tidak ingin salah bertindak. Takutnya Embun kekasih orang atau bahkan sudah menjadi istri dari seorang pria."Setelah ini Mas akan membawamu tinggal di rumah Mas."Embun mengeratkan pelukannya sambil mengiyakan. Di mana pun akan di bawa, Embun sudah siap untuk ikut serta. Apa yang di carinya selain ketenangan bersama den
Read more
Part 37 Honey
Namun beliau juga menyadari satu hal. Meski hubungannya dengan anak tirinya itu tidak harmonis, tapi sedikit pun Andrean tidak pernah mengusiknya. Tidak pernah."Sudahlah, Mama nggak perlu cemas. Dia pasti pulang. Nanti biar Fadel cari di kantornya. Papa mau berangkat sekarang!"Bu Salwa mengantarkan suaminya hingga ke teras. Pak Wahab sudah siap untuk mengantarkan. Hari ini beliau tidak ingin ke butik. Pikirannya tidak tenang karena memikirkan Hendriko.Jujur saja, sebenarnya beliau juga menyukai Embun. Hanya saja, beliau juga ingin memiliki generasi penerus. Makanya mengurungkan niat menjodohkan Hendriko dengan perempuan itu setelah tahu masa lalunya. Namun tidak menyangka saja kalau Andrean sanggup menerima Embun apa adanya. Andrean yang dikenalnya sangat dingin dan kaku itu sebenarnya berhati luas. Sifat mamanya memang menurun padanya. Dia, wanita berhati baik dan lembut.Bu Salwa diam dengan tatapan menerawang. Mengenang kala itu yang membuat netranya berkaca-kaca. Lamunannya bu
Read more
Part 38 Enggan Berpisah
Embun's POV Habis Salat Isya, Andrean membeli makanan untuk kami. Ah, aku harus memanggilnya 'Mas' sekarang. Dia membeli nasi rames di warung yang tidak jauh dari rumah. Sedangkan aku menyiapkan piring dan membuat dua gelas teh hangat.Rumah itu sangat bersih dan rapi. Semua perabotan dapur termasuk piring dan gelas terbuat dari porselen yang masih bagus dan terawat. Ini perabotan kuno, pasti usianya sudah berpuluh tahun. Barang bagus pasti awet.Tentunya sebelum ada aku, Andrean sendirian di rumah ini tiap pulang kerja."Mas, ayo makan!" panggilku pada pria yang baru saja mengunci pintu depan.Kami duduk di kursi kayu jati berukir dengan meja makan berbentuk bulat yang terbuat dari marmer. Tepat di atas kami ada lampu gantung dengan desain klasik dan minimalis.Struktur batang lampu terbuat dari logam yang membentuk kelopak bunga terbalik. Di setiap kelopaknya ada bola lampu yang menjadi sumber pencahayaan utama. "Kamu liatin apa?" tanya Mas Andrean turut memandang ke atas."Mandan
Read more
Part 39 Enggan Berpisah 2
Awal pagi yang dingin. Rambutku yang masih basah kubelit menggunakan handuk karena tidak ada hairdryer di sana. Aku juga lupa membawa dari kosan kemarin."Hari ini Pak Karyo yang akan ngantar kamu ngambil barang ke kosan. Maaf, Mas tidak bisa menemani," ucapnya sambil menggamit pinggangku. "Nggak apa-apa. Barangku nggak banyak. Mungkin hanya sekali angkut saja sudah selesai.""Kamu bisa catat apa yang kita butuhkan lagi. Nanti liburan kita bisa belanja."Andrean berdiri dan mengambil sesuatu dari dompetnya yang tergeletak di atas meja. Sebuah debit card diberikannya padaku. "Di sini ada sejumlah uang yang bisa kamu gunakan. Nanti kirimi Mas nomer rekening kamu. Mas akan mentransfer uang bulanan ke rekeningmu." Dia juga mencatat nomer PIN kartu itu di buku catatan di atas meja."Makasih, Mas," jawabku sambil membalas pelukannya."Di garasi belakang ada mobil yang sering di pakai oleh Pak Karyo untuk mengantar Nenek belanja atau ziarah ke makam. Pak Karyo akan menggunakan mobil itu unt
Read more
Part 40 Paket dari Karina
Embun's POVGerimis turun sore itu. Aku duduk sendirian di depan jendela besar yang menghadap ke taman samping rumah. Sambil memandang Mbok Darmi yang berjalan kaki, pulang berpayungan bersama Pak Karyo.Tadi aku sudah bilang agar mereka pulang bawa mobil saja biar tidak kehujanan."Rumah kami nggak jauh dari sini, Mbak. Lagian di sana nggak ada tempat untuk parkir mobil," tolak Pak Karyo.Sekarang mereka sudah tidak tampak lagi karena berbelok di tikungan depan. Sungguh pemandangan yang menyejukkan hati. Mereka tampak harmonis di hari tuanya. Hal yang pernah kuimpikan dulu. Dan kini, aku mengimpikan lagi bersama orang yang berbeda.* * *Jam setengah sembilan malam Andrean baru sampai di rumah. Tadi sore dia sudah mengirimkan pesan kalau akan pulang telat. Sebab banyak pekerjaan yang mesti di follow up. Seperti yang kulakukan sebelum ini. Aku menyiapkan handuk, baju ganti, dan perlengkapan salat di kamar. Kemudian ke belakang untuk menyiapkan makan malam. "Aku tunggu di ruang makan
Read more
PREV
123456
...
31
DMCA.com Protection Status