All Chapters of PERNIKAHAN YANG TERNODA : Chapter 21 - Chapter 30
65 Chapters
Berebut Rumah
Sepanjang malam mataku tak bisa terpejam. Ingin sekali kubangunkan Sintya untuk meminta penjelasan. Kini yang kurasa luka ini bak disiram air garam. Perih. Sangat perih.Malam terasa begitu lamban. Aku hanya bisa menatap langit-langit dengan dibayangi berbagai pikiran buruk. Tentang ibu, Sintya dan semua orang yang ada di sekitarku. Sebodoh inikah aku? Hingga tak menyadari bahwa mereka semua selama ini hanya bersandiwara. Ibu, bahkan hingga beliau menutup mata membawa kebohongan ini sampai ke alamnya.Adzan subuh menggema. Pelan kubangunkan Sintya. Aku tak sabar untuk mendengarkan penjelasan darinya. Sungguh dadaku bergemuruh terasa panas hingga ubun-ibunku."Sin, subuh, Sin. Bangun!" Sintya menggeliat kemudian mengucek matanya. Gadis itu menatapku yang sudah menggunakan mukena."Mba Mayang pagi sekali bangunnya," ucapnya."Sudah sana ambil wudu terus solat sama-sama!" pintaku.Sempoyongan gadis itu keluar dari kamar. Aku menunaikan solat sunah sebelum melaksanakan solat subuh. Tak l
Read more
Selamat Tinggal Masa Lalu
Sintya keluar membawa selembar kertas. Aku belum mengerti kertas apa yang dia bawa. Lalu mendekati Mas Ilham yang masih dalam kondisi terlentang."Baca baik-baik, Mas!" ucap Sintya tegas sembari menyerahkan selembar kertas itu pada Mas Ilham. Mas Ilham menerimanya sembari berusaha menggeser posisinya sehingga bisa duduk.Kemudian Sintya berdiri kembali dan nyalang menatap Mak Jum dan Riana. "Kalian berdua jangan mimpi bisa tinggal di rumah ini! Sampai kapanpun kami enggak akan menerima kalian disini! Pembunuh!" teriak Sintya."Sintya, saya istri abangmu!" ucap pongah Riana."Mas Ilham tak mendapat hak apa-apa dari semua yang ditinggalkan ibu. Ibu tak sudi punya anak pembohong seperti dia!" seru Sintya sembari menunjuk Mas Ilham yang masih tertunduk lesu."Jaga ucapanmu, Sintya!" bentak Riana."Hei! Siapa rupanya kamu beraninya bicara keras padaku? Perempuan murahan! Jangan pikir dengan merebut suami orang hidupmu bisa sama dengan orang yang suaminya kamu rebut! Kalian beda level! Dasa
Read more
Tangis Delia
Sore ini aku merefresh pikiran dengan menonton televisi ditemani secangkir kopi. Hatiku kembali terasa hampa setelah tadi datang kembali ke rumah lama. Bagaimanapun ada rasa tak rela semua berakhir begitu saja. Namun apa daya jika ini memang kehendak Yang Kuasa. Ponsel di meja bergetar mengalihkan pandanganku dari televisi. Pesan WA dari Hilda.[May, habis mahrib temenin aku beli baju ya?] [Yoa, kamu kesini tapi ya?][Meluncur!!!!]Rumah ini cukup dekat dengan rumah Hilda. Itu sebabnya dia sering main-main kesini. Bahkan tak jarang membawa kedua anaknya untuk menginap ketika suaminya ke luar kota. Dia sangat tahu bahwa sebenarnya aku kesepian. Itu sebabnya dia berusaha selalu ada bersamaku. Sangat beruntung rasanya bisa kembali bertemu Hilda.Suara salam membuyarkan lamunanku. Tak salah lagi, orang yang sedang aku pikirkan langsung menuju ke sini. Padahal kami janjian sehabis mahrib. "Assalamualaikum! May! May!""Waalaikumsalam."Kubuka pintu lebar-lebar tampak wajah cantik itu lan
Read more
Pilihan Delia
"Delia!" tegur Mas Ilham."Kenapa, Yah? Bukannya dulu Delia sudah bilang sama Ayah untuk menjauhi Mba Riana? Kenapa Ayah mengingkari janji Ayah sendiri? Seperti itukah yang ingin Ayah contohkan pada Delia?"Aku benar-benar terkejut dengan apa yang Delia ucapkan. Delia sudah tahu sejak dulu? Sejak kapan? Kenapa dia tak mengatakannya padaku? Aku hanya bisa terpaku menatap putriku dan Ayahnya."Mba Riana!" seru Delia. Setelah beberapa saat suasana begitu hening. Mas Ilham hanya terpaku tak mampu menjawab pertanyaan yang Delia lontarkan.Kini Delia menatap tajam pada Riana. "Kurang apa selama ini Bunda sama kamu, Mba?" cerca Delia penuh penekanan."Tega sekali kamu menyakiti Bunda! Merusak pernikahan Ayah dan Bunda! Merebut Ayah dari Bunda! Apa Mba Riana enggak punya hati? Lupakah Mba Riana dengan semua yang sudah Bunda lakuin buat kamu, Mba?" Mata Delia tak lepas dari wajah Riana yang hanya bisa menunduk.Riana hanya berdiri mematung dan menangis. Tak sepatah kata pun terucap dari bibirn
Read more
Cari Perkara
Semua mata kini beralih pada Riana. Gundik Mas Ilham itu terlihat kesakitan dan luruh ke lantai. Wajahnya meringis dengan tangan memegangi dada sebelah kanan. Mungkinkah itu karena kankernya? Atau hanya akting saja?"Riana!" seru Mas Ilham sigap menopang tubuh yang sedikit lagi terbaring di lantai."Kamu kuat, Ri. Kamu kuat, Sayang!" ucap Mas Ilham. Mendengar panggilan sayang Mas Ilham untuk Riana membuat dadaku kembali berdenyut nyeri. Aku benar-benar telah mati di hatinya. Lelaki yang dulu cintanya utuh untukku kini bagaikan layang-layang putus.Sejurus kemudian lelaki itu membopong tubuh gundik yang dicintainya. Ragu Mas Ilham menatap Vano tetapi tanpa berpikir lagi dia segera mengajak anak itu mengikutinya."Ayo, Van! Cepat!" seru Mas Ilham panik.Aku, Delia dan Hilda masih mematung menatap kepanikan Mas Ilham. Tubuhku seolah membeku, tak ada niatan untuk membantu.Setelah memasukan Riana ke dalam mobil Mas Ilham kembali mengambil dua kopernya. Tanpa sepatah katapun dia meninggal
Read more
Lelaki Misterius
Melihat wajah garangku Mak Jum mundur beberapa langkah. Wanita tua tak tahu diri itu tampak ketakutan. Sebelah tangannya memegangi daun pintu kamar Riana dengan gemetar."Maumu apa, Mak?" Gemeletuk gigiku menahan emosi."A ... aku ... a ... aku ... ." Mak Jum tergagap."Kamu tahu? Ilham sudah menganiaya adik-adiknya. Dan barusan kamu!" bentakku. "Berani melempar botol padaku?" bentakku lebih keras lagi."Kalian berdua mau aku laporkan ke polisi?" lirihku dengan penekanan. Membuat Mak Jum semakin ketakutan."Selama ini aku memang diam, Mak. Bukan berarti aku menerima saja kalian sakiti. Aku hanya tak ingin mengotori tanganku sendiri. Atau kamu ingin merasakan hancur sehancur-hancurnya?" ancamku."Eng ... enggak, May. Eng ... enggak. Emak minta maaf, May! Jangan laporin Emak ke polisi, May!" pinta Mak Jum gemetaran. Kedua tangannya ia tangkupkan di depan dagunya. Tangan itu benar-benar gemetar seirama dengan tubuhnya."Cuma maaf? Enteng sekali!" Aku mendecih sembari menatap jahat wajah
Read more
Siapa Dia?
Lelaki itu menyunggingkan senyum mengerikan ke arah kami. Tubuhku gemetar ketakutan. Dalam hati aku terus berdzikir mengharap pertolongan Allah."Buka!" perintah laki-laki itu sembari memukul bagian kaca pintu mobilku.Aku masih bergeming. Tak berani menuruti perintahnya. Dalam hati bertanya-tanya siapa lelaki ini. Aku tak mengenali wajahnya."Buka!" teriaknya melihat aku hanya bergeming.Delia memegang erat lenganku. Anakku pasti sangat ketakutan."Bunda!" lirihnya."Tenang, Sayang. Kamu ambil ponsel Bunda dan telepon Tante Hilda atau Om Gani ya? Cepat!" perintahku.Sementara lelaki itu berjalan kembali menuju pagar rumahku. Entah apa yang akan ia lakukan pada kami. Dalam hati aku terus berdoa dengan perasaan tak karuan.Lelaki itu berjalan kembali menuju mobil. Dengan tongkat di tangannya. Nyaliku semakin menciut. Aku sangat takut."Keluar kalian!" perintahnya sambil memainkan tongkat besi dengan kedua tangannya.Delia semakin erat memegang lenganku. Anakku ketakutan."Bunda, takut.
Read more
Pernikahan?
"No problem, Yud. Silahkan duduk!" ucap Mas Gani seraya tersenyum ramah.Mas Yudis duduk di samping Delia. Kemudian di sebelahnya ada Mas Gani, di sebelahnya lagi ada Hilda, aku dan Clara.Hilda tersenyum lebar dengan tatapan aneh ke arahku. Memberi kode yang aku sendiri tak mengerti. Sesuatu banget itu orang. Aku jadi merasa kurang nyaman."Ini, Om, daftar menunya. Silahkan Om Yudis pilih menunya dulu!" ucap Delia membuatku terkejut. Kapan Delia kenal sama Mas Yudis? Ketemu juga tak pernah."Makasih ya." Yudis menerima buku menu yang diberikan Delia seraya tersenyum."Kamu sudah pesan, Del?" tanya Mas Yudis."Sudah dong."Aku heran kenapa mereka bisa seakrab ini. Delia benar-benar deh."Heran ya, May, Delia kenal sama Yudis?" tanya Mas Gani.Aku jadi malu ternyata Mas Gani mengamatiku. Aku mengangguk sambil tersenyum sungkan menjawab pertanyaan Mas Gani."Jawab nanti ya? Tuh makanannya udah datang," ucap Mas Gani sambil menunjuk karyawan resto yang berjalan menuju meja kami."Mas, ta
Read more
Riana
Delia bergegas membuka pintu pagar. Tanpa meminta persetujuanku. Aku tahu anak itu pasti sangat merindukan ayahnya. "Ayah!" panggilnya.Mas Ilham masih terpaku dan membisu menatap Delia. Kaca-kaca terlihat jelas di matanya. Mas Ilham pun pasti sangat merindukan Delia.Delia menatap intens laki-laki di depannya. Pasti Delia sangat sedih melihat penampilan ayahnya kini. Mas Ilham masih mengenakan sendal jepit lusuh yang sama dengan kemarin. Kemejanya juga warnanya sudah pudar. Celananya pun tak jauh beda. Tubuh Mas Ilham terlihat kurus. Tulang pipiya sampai menonjol dan kulitnya terlihat gelap. Mas Ilham tampan yang dulu dielu-elukan teman-temanku kini telah berubah."Ayah!" panggil Delia lagi. Kemudian anak itu langsung memeluk laki-laki di depannya. Lama sekali. Mereka tergugu. Hanyut dalam lautan kerinduan.Mereka menguraikan pelukan. Mas Ilham memegangi lengan Delia. Masih berdiri di tempat yang sama dan saling mengamati satu sama lain."Kamu sudah besar, Sayang. Anak Ayah cantik s
Read more
Kejutan
Mak Jum menggeser posisi duduknya. Aku pun melakukan hal yang sama. Berada di dekat kaki Riana. Sedang Mas Ilham berada di dekat kepalanya.Lelaki itu memberi kode pada empat temannya. Sejurus kemudian keempat lelaki tadi mendekat ke arah kami. Yang satu menempatkan diri di atas kepala Riana, yang satu di kaki dan di sisi kanan kiri.Lelaki pertama menengadahkan kedua telapak tangannya. Berdoa. Setelahnya mengusap wajah Riana. Kemudian meraba bagian diantara kedua alis Riana. Menekan-nekan bagian itu. Dalam hati aku bertanya-tanya, "Apa yang sedang dilakukan lelaki itu?"Dan aku sangat terkejut melihat benda keemasan keluar dari sana. Hal serupa dia lakukan di kedua pipi Riana beserta hidung dan dagunya. Setelah itu kebagian dadanya. Aku benar-benar tidak menyangka. "Itukah yang dinamakan susuk?" tanyaku dalam hati.Selesai bagian dada lelaki itu beralih ke bagian bawah Riana. Aku benar-benar tak percaya, gadis yang dulu terlihat begitu polos seperti Riana. Memiliki benda-benda sepe
Read more
PREV
1234567
DMCA.com Protection Status