Semua Bab Kuceraikan Suamiku, Kunikahi Pengacaramu: Bab 21 - Bab 30
102 Bab
Paket Nyasar?
“Gue bisa memberimu uang? Atau saham diperusahaanku.” Sagara menatap Aidan datar. “Berapa persen?” “Berapapun yang Lu mau.” Sagara tampak berpikir sejenak ia lantas menyebutkan angka yang membuat Aidan membulatkan manik matanya. “Lu yakin?” “Terserah kalau mau ayo, gak ya gak masalah,” balas Sagara seraya menyandarkan punggungnya ke sandaran kursi. Di lain tempat, Dayana tengah mempersiapkan rumahnya ia mulai menata kamar dan ruang tamu mengingat besuk Bella dan Lala akan menginap di sana. Beruntung Dayana mendapatkan pesangon walau hanya separuh bagian. Dayana menggunakannya untuk membeli beberapa perabotan rumah seperti kasur tambahan, peralatan dapur dan juga fasilitas lain. Saat ini Dayana tengah menunggu pesanannya datang, ia memesan menggunakan market online yang terpercaya. Walau dengan sebela
Baca selengkapnya
Suaminya Mungkin?
Hari pun semakin larut, Dayana menyalakan laptop milik perusahaan baru tempatnya bekerja. Ia menyelesaikan bahan persentasi untuk meeting besuk pagi. Sebenarnya itu bukan tugas Dayana tetapi pemimpin divisinya meminta Dayana yang mengerjakan semua itu katanya sebagai salah satu test masa training. Dayana pun hanya bisa mengalah dan menerima tugas itu, beruntung ia tak terlalu bodoh untuk hal marketing karena dirinya pernah bekerja di divisi itu walau hanya beberapa bulan. Jam di dinding rumah Dayana menunjukkan pukul 9 malam, wanita dengan sebelah tangan terpasang gips itu sudah berulang kali menguap. Dayana berjalan menuju dapur ia berniat menyeduh secangkir kopi untuk menghilagkan rasa kantuknya, saat ia tengah menunggu air matang. Terdengar teriakan dari arah depan rumahnya. Sebelum melangkah keluar, Dayana menyempatkan diri untuk mengecilkan api dan meraih cardigannya. Ia membuka kunci rumah dan berjalan menuju pagar. “Iya pak.” “Permisi dengan Mba Dayana? Saya dari NextFood mau
Baca selengkapnya
Sangat Mempesona
“Setahu gue ini tempat umum, siapa saja bisa kan ke hotel ini? Dan bukan berarti gue janjian.” Sagara menjawab dengan tenang dan datar.   Aidan menatap Sagara penuh selidik. “Permisi, Tuan Sagara sudah datang? Mari saya antar ke ruangannya,” ujar salah seorang pegawai hotel.   “See?” ujar Sagara menatap Aidan datar. Pria itu lantas meninggalkan Aidan dan Dayana, ia mengikuti langkah kaki pegawai hotel menuju lift.   Melihat Sagara pergi, Dayana pun hendak mengambil langkah. “Dayana, apa kamu sudah sarapan? Jika belum bagaimana jika kita sarap –“   “Sudah,” potong Dayana ia lantas berjalan menjauhi Aidan.   “Dayana, kembalilah. Aku akan menghidupi seluruh kebutuhanmu, berhentilah bekerja.”   Dayana berbalik, ia menatap dengan senyum meremehkan. “Apa? Coba ulang sekali lagi, Mas?” Aidan menatapnya sedih. “Ke mana ssaja mas selama ini? Baru sekarang mas minta ak
Baca selengkapnya
Janin 5 Minggu?
Aidan pun segera berlari menuju lobby hotel ia bahkan rela menuruni setiap anak tangga karena tak mau mengantri bersama pengguna lift lainnya. Butuh waktu lima menit untuk Aidan turun dari lantai 4 ke lantai dasar. Ia mengedarkan manik matanya mencari di mana mobinya terparkir, karena sebelumnya Aidan hanya memberikan kunci mobil pada Valet Parking. Setelah menemukan lokasi mobilnya, Aidan segera berjalan dan membuka akses mobil pria itu. Aidan segera masuk ke dalam mobil, ia memakai seat belt dan bergegas menyalakan mesinnya. Wajah tegas pria itu terlihat begitu panik, ia bahkan beberapa kali menerobos traffic light yang akan berganti menjadi warna merah. Pria itu tak lagi memikirkan keselamatannya, pikirannya justru tertuju pada wanita yang sedang di rawat di ugd. Tak sampai 30 menit dari waktu yang seharusnya, Aidan telah tiba di pelataran rumah sakit. Ia memarkirkan mobilnya asal setelah itu berlari menuju meja resepsionis. “Pasien atas nama Ashana yang baru saja masuk ke ugd. D
Baca selengkapnya
Kamu Menyukainya?
“Sagara? Kamu di sini? Eh masih di sini?” tanya Dayana bingung ia pun menjaga suaranya agar tak banyak yang mendengar ucapannya. Pria itu tersenyum tipis, lengan kekarnya menarik kursi kosong di samping kiri Dayana. “Iya, kebetulan memang hari ini aku menginap di hotel ini.” “Karena?” Sagara mengendikkan bahunya. “Sedang ingin saja.” Dayana mengangguk ia pun membuka bekal makanannya. Bekal sederhana dengan masakan rumahan itu tampak menggiurkan. “Kamu gak pesan makan?” Sagara memalingkan perhatiannya dari ponsel, ia menoleh menatap Dayana tepat di manik mata hazel wanita itu. “Masih kenyang, nasi goreng tadi lezat sekali.” “Sungguh. Kamu menyukainya?” Sagara mengangguk. “Apa kamu membuka cattering?” Kening Dayana berkerut,
Baca selengkapnya
Mengganggu perhatian?
“Kamu gila ya mas? Lagian kenapa harus bingung sih? Kamu ‘kan akan menikahiku 3 bulan lagi. Atau memang semua ucapan kamu itu palsu?” tanya Shana menyudutkan Aidan yang sedang dipenuhi amarah. “Ck, terserahlah.” Pria itu berjalan menuju pintu keluar kamar rawat Shana. Ia melangkahkan kaki menuju taman rumah sakit. Hatinya masih tak menerima kenyataan jika hubungan gelapnya dengan Shana berakhir serumit ini, belum lagi masalah harta warisan yang belum ia miliki sepenuhnya. Aidan menjatuhkan tubuhnya ke kursi taman, ia memejamkan mata seraya menengadahkan kepala ke arah langit. Saat sedang asyik dengan hembusan angin, ponsel pria itu berdering nyaring. Aidan mengeluarkan ponselnya dari dalam saku kemeja. Pria itu menggeser tombol hijau setelah itu ia menempelkan benda pipih berhargar puluhan juta itu ke telinganya. “Hallo,” sapa Aidan. “Selamat siang
Baca selengkapnya
Belum Tentu Hamil, ‘Kan?
“Tidak, ‘kan aku hanya bertanya. Aku sendiri tidak tahu kabar dia.” Bella menatapnya penuh selidik.  “Sungguh? Kamu tak tahu beritanya? Atau kamu hanya pura-pura tidak mau tahu?” “Bukan begitu, aku sungguh tak tahu kebenarannya dan tak tahu apapun. Ah sudahlah tidak perlu dibahas.” Dayana pun mengalihkan perhatiannya dengan bermain ponsel. Ia membaca grup kerjanya dan membaca beberapa pesan yang masuk. Setelah perjalanan yang memakan waktu nyaris 20 menit itu, akhirnya mobil Bella berhenti di depan gerbang sebuah perusahaan dengan pagar khas berwarna hijau. Tak lama seorang wanita yang membawa paperbag datang mengetuk kaca mobil. Bella tersenyum, ia menurunkan kaca mobil dan membuka akses pintu mobil. Wanita muda itu masuk ke dalam. “Gila yah, di kantor viral banget ngomongin model yang diduga hamil,” gerutunya begitu duduk di jok mobil.
Baca selengkapnya
Menolak Bukan Menunda!
“Hah? Enggak dong, Bel. Ngapain juga aku bohong. Kita ke sini ‘kan mau senang-senang jadi yuk.” Dayana terus berusaha mengalihkan perhatian dua sahabatnya. Ia menarik lengan dua wanita sepantaraan dengannya menuju ke wahana bermain lainnya. Pilihan Dayana jatuh pada permainan pump it up. Dayana hanya menjadi pengamat selain ia tak bisa bermain seperti itu, ia juga kendala dengan tangannya sendiri. Bella dan Lala asyik menikmati permainan mereka, bak lupa daratan ia tak lagi mengingat kecurigaan terhadap sikap Dayana. Dayana berdiri di tiang yang berada tak jauh dari arena permainan pump it up. Dayana menyandarkan tubuhnya di sana. Wanita itu memikirkan ucapan dan sikap Aidan yang mendadak berubah padanya. Pria itu berubah dalam hitungan hari, selama menikah Aidan tak pernah sedikitpun memanggil namanya dengan lembut. “Lagi mikirin apa?” ucap seseorang dari arah belakangnya. Dayana menoleh manik matanya membulat kala mellihat sosok yang berdiri tak jauh darinya. “Sagara?” “Iya, kam
Baca selengkapnya
Seujung Kuku pun Tak Berhak
“Mas nanya? Mas yakin nanya sama aku?” tanya Dayana seraya memutar bola mata malas. “Gak ada yang perlu mas lakuin, karena sampai kapanpun aku gak akan pernah mau kembali sama mas.” Tak ada keraguan sedikitpun dalam ucapan Dayana, sorot matanya pun mengatakan jika ia bosan dengan segala drama yang dilakukan pria di depannya. “Tetapi aku pengin memperbaiki semuanya. Tuhan saja pemaaf, masak kamu tidak.” Dayana mendelik tak percaya, pria di depannya membawa-bawa Tuhan dalam perdebatannya kali ini. “Mas bawa-bawa Tuhan? Waktu mas selingkuh dan main tangan, ada gak mas ingat Tuhan?” tanya Dayana tajam dan datar. “Setiap orang memiliki kekhilafannya, Na. Yang terpenting sekarang Mas sudah menyesal dan pengin memperbaiki semuanya.” Aidan tak berhenti mengatakan hal yang sama berulang kali. “Aku ngak tahu apa alasanmu memintaku kembali. Aku juga tak tahu mengapa kamu begitu getol meminta kesempatan kedua. Yang pasti, seujung kuku pun aku tak akan pernah mau kembali padamu.” Dayana berbali
Baca selengkapnya
Cewek atau Cowok?
"Ini pemberian dari seseorang,” sahut Dayana setelah terdiam cukup lama. Bella dan Lala terdiam sesaat ia ingin menanyakan siapa seseorang itu namun ia kembali mengurungkan niatnya kala adzan maghrib berkumandang. Dayana pun mengajak kedua sahabatnya untuk segera menunaikan perintah agama itu. Seusai beribadah, Dayana pun beranjak menuju dapur, sedangkan kedua sahabatnya membuka beberapa pemberian Sagara. Tak jarang mereka berdecak kagum kala melihat barang yang dibelikan untuk Dayana adalah barang-barang mewah. “Na, kamu beneran gak ada hubungan sama si pemberi ini?” tanya Bella pada Dayana yang memunggunginya. “Memangnya untuk apa aku bohong Bel.” “Bukan begitu, ini barang-barang mewah loh. Dia cewek atau cowok?” lanjut Bella seraya membuka bungkus selanjutnya. “Ia hanya tak enak hati.” Dayana menjawab m
Baca selengkapnya
Sebelumnya
123456
...
11
DMCA.com Protection Status