Lahat ng Kabanata ng Aku Mbabu, Kau Hadirkan Madu: Kabanata 151 - Kabanata 160
185 Kabanata
BAB 151. Ego.
POV EKO.***“Jangan main api, kalau kamu nggak mau kebakar! Ingat! Lisa itu perempuan baik, tapi Ocha sudah membuat hidupmu jadi seperti ini. Awas aja kalau kamu macam-macam!” ucap Ibu padaku saat beliau mengetahui hubunganku dengan Ocha.“Iya, Bu. Aku tahu, kok. Lagi pula, ini hanya iseng belaka. Selagi tidak ada Lisa, tak mengapalah Ocha. Lagi pula, ini bukan serius. Lagi pula, juga aku ini masih masa pubertas ke dua. Aku butuh penyaluran hasratku. Lagian aku sama Ocha hanya pacaran, kok. Dan aku tidak ada niat sama sekali untuk mempersunting dia. Hatiku tetap pada Lisa. Ya, anggap aja Ocha ini hanya main-main saja untukku,” jawabku.“Enak amat kamu ngomong gitu. Emangnya Ocha mau dimainin sama kamu? Emangnya dia boneka? Jangan sembarangan sama anak gadis orang! Apalagi, dia satu suku dengan kita. Kamu punya Adik perempuan. Memangnya kamu mau Adik kamu dimainin orang? Kamu juga punya Ibu. Memang kamu mau ibumu dimainin orang? Lagi pula, ya, Eko. Ibu itu tetap saja enggak suka deng
Magbasa pa
BAB 152. Hampir saja.
POV EKO.***“Sayang, kamu lama banget, sih. Telat 15 menit, loh! Aku, kan, sudah nungguin kamu dari tadi. Bilangnya jam 01.00, ini udah jam 01.00 lewat,” ujar Ocha dan langsung mengambil tanganku dan membawaku ke kamarnya.“Iya. Maaf tadi ada perdebatan kecil dengan Ibu. Biasalah, Ibu nggak mau hubungan kita berlanjut, tapi aku sangat sayang sama kamu dan aku tidak bisa melupakanmu,” kataku seraya aku kecup bibirnya yang ranum.“Yah, berarti memang Ibu kamu benci banget, ya, sama aku. Tapi, nggak papa, lah, Aa. Lagi pula, kan, setelah isterimu pulang, kita memang pasti akan putus. Biarlah akan kubawa cinta ini pergi jauh-jauh,” jawab Ocha. Dia terlihat sangat sedih.“Hei! Jangan sedih, gitu, dong! Walaupun Ibu nggak suka sama kamu, tapi, kan, aku suka sama kamu. Tenang saja, Ibu itu marahnya hanya sebentar, kok. Sudahlah, kita jangan rusak suasana romantis kita dengan mengingat-ingat masalahku dengan ibuku. Sini peluk Aa!” kataku pada Ocha. Lalu, terjadi dosa besar itu lagi.Aku ta
Magbasa pa
BAB 153. Rugi.
POV EKO. ***“Asyik, ya, yang teleponan. Asyik, gaya kangen-kangenan sampai yang di depan mata diabaikan!” racau Ocha. Bibirnya mengerucut dan sungguh menggemaskan.“Lah, aku harus gimana, dong? Istriku telepon dan istriku sedang sakit. Masa aku abaikan gitu aja? Aku nggak suka kalau kamu kayak gitu, Cha. Walau bagaimana pun gak bisa aku biarin istriku di sana kesakitan, sementara aku di sini enak-enakan. Iya, kan? Tolonglah! Kamu bilang akan ngerti keadaan aku, tapi saat aku telepon saja, kamu merajuk begitu,” jawabku kesal.“Iya, aku tahu, tapi Aa nggak boleh gitu juga, dong! Sayang-sayangan depan aku. Aku ini perempuan yang punya perasaan, Aa. Aku cemburu. Aku sedih gitu,” jawab Ocha lagi.“Ya, terus mau gimana lagi? Oke, oke. Aa yang salah. Puas kamu?!” kataku sungguh di luar dugaan. Aku tidak bisa mengontrol emosiku. Di satu sisi, sedang was-was dan deg-degan atas semuanya. Namun, Ocha bukannya menenangkanku, tapi malah membuatku kesal juga.“Loh. Kok, Aa marah? Harusnya aku, d
Magbasa pa
BAB 154. Alasan selingkuh.
POV EKO. ***“Oke, siap, Bos! Nah. Gitu, dong, dari tadi. Jadi aku nggak capek-capek ngancam Aa. Cepetan kirimin! Aku jalan lagi, ya. Dadah ... Kakak aku yang ganteng,” ucap Salsa dengan ceria dan menutup teleponnya sepihak.Aaarrrhhhhgggg! Lagi-lagi aku berhasil dikalahkan oleh Salsa. Belum lagi nanti Ibu yang meminta ini dan itu untuk menutup mulut. Menjengkelkan sekali rasanya, tapi tidak mengapalah. Dari pada hasratku tidak tersalurkan. Aku malah makin uring-uringan. Aku malah makin menjadi lebih baik begini. Tidak apa-apa. Semoga sementara aman. Atau, sebentar lagi Lisa pulang. Aku putusin Ocha dan aku akan hidup bahagia selamanya dengan istriku tercinta tanpa kekurangan satu apa pun. Nah, aku memang laki-laki cerdas!“Kamu benar ngasih uang ke Salsa lagi? Ini barusan dia WhatsApp Ibu. Katanya, kamu transferin ke dia 500 ribu, ya? Kalau gitu, kamu juga transferin Ibu. Ibu mau ada arisan RT. Ibu mau beli kue untuk dibawa ke sana,” pinta Ibu. Padahal, aku baru saja membuka bajuku
Magbasa pa
BAB 155. Kacau.
POV EKO. ***“Wih! Yang tambah ganteng diurusin dua perempuan.” Radit kenapa tiba-tiba ada di sini? Kenapa dia tiba-tiba ada di antara keluarganya Lisa?“Radit?!” Aku bener-bener kaget. Dia ada di sini. Jangan-jangan, malah dia nanti yang bisa memberitahukan segalanya pada semua orang yang ada di sini.“Biasa aja kali. Kayak liat setan aja. Santai, Bro,“ jawabnya. Dia pun merangkul pundakku dan duduk tepat di sampingku.“Enak, ya, yang dikelilingi dua perempuan cantik. Aku tahu, loh, kamu masih mau berhubungan dengan Ocha.” Radit berucap padaku lagi. Membuat bulu kudukku merinding. Dia sudah melebihi setan yang menakutiku.“Apaan, sih, Radit? Biasa aja,” jawabku sok santai. Padahal, aku takut. Jantungku berdegup sangat kencang seperti mau lompat dari tempatnya.“Oh, sudah biasa rupanya,” katanya ambigu. Aku benar-benar tidak paham apa maksudnya dia berkata seperti itu. Bukankah dia yang kenalkan aku dengan Ocha? Kenapa dia jadi menakutiku begini?“Radit, kamu apa-apaan, sih? Terus, k
Magbasa pa
BAB 156. Kembali.
POV Lisa.***“Iih Teh Lisa, dibilangin kok ngeyel banget! Pokoknya aku nggak mau jagain Ibu sendirian. Teh Lisa pokoknya harus di sini kalau aku cuma dikasih uang segini. Teteh ini kayak nggak tahu apa-apa sekarang mahal ngasih duit adik iapr aja sedikit banget. Padahal duitnya banyak,” omel Salsa. Dia benar-benar membuatku semakin kesal. Aku sudah lelah tanpaku pedulikan lagi dan tanpa kutanggapi ucapannya aku langsung meninggalkan mereka. Biar saja sana dia mau berbuat apa yang penting aku tidak melihatnya.Kuberikan kode pada ke dua supir travelku dan juga pada Mbok Wati. Mereka mengikutiku. Beru saja beberapa langkah kami meninggalkan mereka, Salsa sudah teriak-teriak memanggilku seperti di hutan saja.“Teh Lisa, tunggu dulu pokoknya jangan pergi, jangan pulang! Temenin Ibu juga di sini kalau nggak mau temenin Ibu tambahin duitnya. Iih … Teteh ini pelit sekali! Teteh jahat!”“Teh Lisa, aku sumpahin ya, Teteh pulang dari sini kecelakaan lagi biar sekalian mampus!”“Teteh punya k
Magbasa pa
BAB 157. Keganjilan.
POV Lisa. *** “Kalian tidak sedang berbohong padaku kan?” tanyaku penuh selidik pasalnya mereka ini orang tua Ocha dan Ocha adalah adik maduku, pelakor dalam rumah tanggaku otomatis apa yang mereka lakukan selalu bernilai negatif di mataku. Bukannya aku manusia yang tidak punya dosa, tapi aku lebih ke mawas diri karena yang terjadi di saat aku tidak ada sangatlah fatal. Mas Eko bukan hanya punya istri dua, tapi tiga. “Enggak, Teh, untuk apa kami berbohong sebenarnya kami juga tidak ingin melakukan ini Teh, tapi perut kami tidak bisa diajak kompromi sungguh kami kelaparan. Kasihan anak kami. Dia sedang sakit, tapi justru ditelantarkan seperti ini kalau Teteh tidak memberikan nasi untukku dan istriku tidak apa-apa tolong Teteh kasih kami satu piring nasi untuk anak kami tidak usah pakai lauk pun tidak apa-apa, The,” jawab bapaknya Ocha seketika hatiku terenyuh. Oh … mungkinkah keadaan mereka selama ini menyedihkan. Kasihan sekali Ocha sudah habis manis sepah dibuang begitu saja oleh M
Magbasa pa
BAB 158. Tingkah lucu Teh Ocha.
POV Lisa.***“Aku jadi terpanggil untuk menyelidiki masa lalunya Teh Ocha, Mbok. Karena ini juga berhubungan dengan rumah tanggaku meskipun dia itu nggak bar-bar seperti Rara, tapi dari sorot matanya dia menyimpan kenangan pahit yang hanya orang-orang tertentu saja yang bisa melihatnya. Mbok tahu kan, Mas Eko bagaimana? Aku takutnya The Oca dan keluarganya itu diancam oleh mertuaku dan juga Mas Eko. Lihatkan kemarin waktu aku kasih lihat rekaman di mana The Oca memeluk Mas Eko di taman samping? Dari situ aku sudah bisa menyimpulkan bahwa memang The Ocha itu sakitnya nggak wajar Mbok. Bukan sakit yang bisa terdeteksi medis yang bisa diobati dengan alat-alat modern ataupun obat-obat modern, tapi lebih ke psikis dia yang bukan hanya obat yang mampu menyembuhkan dia, tapi support dari orang-orang terdekatnya. Mbok paham nggak sih apa yang aku ucapkan ini?”“Iya, Mbok paham. Apa pun yang Ibu lakukan pasti Mbok akan dukung dan doakan seperti yang Ibu bilang tadi. Sepak terjang Pak Eko mema
Magbasa pa
BAB 159. Kasihan.
POV Lisa.***“Aamiin … iya, si, Bu. Mbok juga berharapnya begitu, tapi beneran kalau tadi Ibu ngeliat langsung pasti kasihan banget. Mbok merasa ingat anak-anak Mbok di kampung.”“Ya, sudahlah, Mbok, enggak usah dibahas lagi semakin kita membahasnya semakin sedih juga mendingan Mbok beresin itu biar cepat selesai. Aku mau ke depan mau nyusulin bapaknya Ocha. Siapa tahu kan dengan aku ajak ngobrol Teh Ocha bisa sedikit terhibur. Oh, ya, Mbok, sekalian nitip Via. Takut dia bangun dan nangis.”Mbok hanya mengangguk saja. Aku bergegas ke depan ingin melihat keadaan Teh Ocha. Sungguh malang nasibnya. Mungkin dia depresi karena sudah diduakan oleh Mas Eko dengan Rara sepupunya dan juga kehilangan bayinya makanya sampai parah begitu.Mas Eko bener-bener keterlaluan jadi laki-laki. Serakah dan tidak punya tanggung jawab sama sekali dia bukan hanya menyakiti hatiku, tapi juga menganyakiti hati perempuan lain. Mungkin dulu Teh Ocha tidak tahu kalau Mas Eko sudah punya istri makanya mau dijadi
Magbasa pa
BAB 160. Tak terduga.
POV Lisa.***“Kalau aku menantu durhaka dan tak tahu diri lalu sebutan yang pas untuk Ibu? Bukankah di sini yang tidak tahu diri dan durhaka itu Ibu? Iya, kan? Apa sih, salahku sama Ibu? apa sih kurangnya aku sampai Ibu mati-matian mendukung anak Ibu untuk menyakitiku dan menghianatiku? Punya otak itu dipakai untuk mikir nggak kerjaannya cuma marah-marah aja.”“Tidak ada mertua durhaka yang ada itu menantu. Ih ... bego banget sih, percuma sekolah tinggi-tinggi, tapi nggak paham-paham,” timpal Rara.“Terserah kalian mau mengumpat dan memakiku seperti apa. Aku sih, masa bodoh asalkan itu membuat kalian senang. Ya, sudah sana pergi dan jangan pernah kembali lagi ke sini!” bentakku.Kedatangan mereka seperti jalangkung saja, tidak diundang.“Lisa dengerin Ibu dulu buka pintunya, Ibu mau ngomong sama kamu. Jangan begini Lis, kita bicarakan semuanya dengan baik-baik dengan kepala dingin. Kamu itu ya, Ibu mertua pulang dari rumah sakit bukannya disambut dengan senyuman dan pelukan hangat i
Magbasa pa
PREV
1
...
141516171819
DMCA.com Protection Status