Semua Bab Mau Dimadu Demi Membalas Suami Peselingkuh: Bab 21 - Bab 30
116 Bab
21 | Suami Minta Jatah
Fiona tiba di rumah ketika jarum jam menunjukkan pukul 9 malam. Ada satu jam lebih lambat daripada biasanya."Assalamu'alaikum." ucap Fiona memberi salam. Hening, Jam sembilan malam, rumah masih dalam kondisi terang benderang. Suara dialog orang dari televisi terdengar menyambangi indera pendengaran Fiona yang sedang mengunci pintu ruang tamu. Akan tetapi, tidak ada yang membalas salamnya. Fiona sendiri tidak mau peduli. Setelah mematikan lampu ruang tamu untuk menghemat listrik, dia terus melangkah menuju ruang tengah dengan langkah cuek. "Kamu darimana aja jam segini baru pulang?" tanya Mas Jaya yang tumben-tumbenan menyapanya. "Lembur di kantor." jawab Fiona acuh tak acuh. Dia bahkan tidak mengalihkan perhatiannya pada Mas Jaya yang sedang berada di ruang tengah, dan terus berjalan ke arah kamarnya sendiri. "Dulu kamu gak pernah tuh lembur-lemburan. Kok sekarang aku liat kamu banyak lemburnya." tegur Mas Jaya yang membuat Fiona menggulung matanya. "Sekarang dan dulu jelas be
Baca selengkapnya
22 | Misi Baru
Satu hari lagi berlalu,"Mas, kamu masih marah sama aku gara-gara mobil itu?" pertanyaan yang terdengar centil itu memasuki telinga Fiona yang baru saja pulang kerja. "Sedikit!" suara Mas Jaya menjawab. "Aku benar-benar minta maaf, Mas. Aku beneran dirampok!" Mbak Zoya mencoba menjelaskan dirinya dengan nada memelas. "Haaahh~" Mas Jaya terdengar menghela nafas. "Mau gimana lagi? Benar kata Aruna, kalau mobilnya sudah hilang, akan susah kembali lagi," pungkas Mas Jaya dengan nada datar. Fiona yang berjalan lambat membelah ruang tamu menggeram kesal saat mendengar nada santai meluncur mulus dari bibir pria yang masih menjadi suaminya itu. Terlebih lagi karena nada ini terdengar seolah-olah pria itu tidak peduli lagi dengan mobil baru yang hilang. "Sialan! Giliran aku yang menghilangkan barang, pasti diamuk sama dia!" dumel Fiona yang hanya bisa didengar oleh dirinya sendiri. Meski perasaan jengkel masih menguasinya. Fiona tetap saja tidak bisa berhenti membandingkan perlakuan san
Baca selengkapnya
23 | Tertipu 10 Juta
Saat ini, jarum jam sedang menunjukkan tepat pukul 12 siang. Angin AC berhembus membelai Zoya yang sedang berbaring malas di sofa depan televisi. Telinganya tegak menunggu yang katanya bendahara arisan kompleks yang akan bertamu. Disindir kuper oleh Fiona semalam membuat Zoya sedikit kesal. Pagi-pagi sekali setelah semua orang berangkat kerja, dia menarik sejumlah uang tunai dari mesin ATM yang ada di depan kompleks. Dia tidak mau kalah dengan Fiona. Dia juga berencana untuk ikut arisan dengan jumlah yang lebih besar dari istri tua suaminya itu. "Permisi!""Assalamu'alaikum!"Telinga Zoya langsung menegak ketika mendengar suara salam dari luar. Tanpa basa-basi, dia bergegas menuju ruang tamu. Sebelum membuka pintu Zoya terlebih dulu merapikan pakaiannya yang sedikit kusut, dan merapikan rambutnya dengan sisir jari. "Waalaikumsalam!" jawab Zoya kemudian sembari membuka pintu ruang tamu. "Permisi, Bu!" Seorang wanita berkaca mata tebal dengan rambut dikepang serta gigi berbehel mir
Baca selengkapnya
24 | Showtime
[Misi sukses!]Pesan dari Naura itu membuat Fiona luar biasa senang, ditambah lagi dengan pemberitahuan bahwa sejumlah uang telah memasuki kartu rekeningnya. Sambil bersiul kecil, Fiona memarkir mobilnya di garasi rumah seperti biasa. Jika sebelumnya Fiona selalu disuguhkan oleh drama kacangan yang dipentaskan oleh Mbak Zoya, kali ini dia memutuskan untuk membuat dramanya sendiri. Sebelum melangkah masuk ke dalam rumah, Fiona terlebih dulu merapikan pakaian kerjanya yang sedikit kusut. Lalu berdehem pelan untuk membasahi tenggorokannya yang terasa kering. "Ekhm!""Showtime!" gumam Fiona pada diri sendiri. "Assalamu'alaikum. Mbak Zoya!" panggil Fiona dengan suara menggelegar. Dia juga sengaja membuat langkahnya berderap kasar di atas lantai supaya bisa didengar oleh orang di ruang keluarga. "Ada apa sih teriak-teriak?" tanya Mas Jaya yang terkejut dengan teriakan tiba-tiba Fiona. "Gimana sih, dimintai tolong buat nyerahin uang arisan aja gak becus!" sentak Fiona pada Mbak Zoya
Baca selengkapnya
25 | Menguji Adrenalin
Hari jum'at yang Fiona nantikan akhirnya tiba. Tidak berbeda dengan hari-hari biasanya, hari ini masih sama cerahnya dengan hari-hari sebelumnya. Jam tiga sore saja bahkan masih terlihat cukup terik. Di dalam ruang kerjanya yang ber-AC, Fiona mulai menghubungi suaminya untuk mengetahui keberadaan pria itu. "Mas, kamu dimana?" tanya Fiona begitu sambungan telepon terhubung. [Lagi di jalan mau ke rumah Mbak Arum,]Fiona meneguk ludah samar. Sejak dia memikirkan rencana untuk hari ini, jantung Fiona terus berdetak di luar batas normal. Bagaimanapun ini pertama kalinya dia hendak mengeksekusi rencananya sendiri. "Oh, aku cuma mau ngasih tau aja sih, Mas. Aku datangnya agak telat. Mau ketemu klien dulu," izin Fiona. [Oh, yaudah!] Balasan singkat Mas Jaya tidak menimbulkan gelombang apapun di dalam hati Fiona. Begitu sambungan telepon terputus, Fiona segera mengirim pesan pada Igor bahwa hari ini dia izin pulang lebih awal. Ada misi penting yang harus dilakukan. "Gor, boleh izin pula
Baca selengkapnya
26 | Pesta Ulang Tahun Daffa
Fiona tiba di kediaman Mbak Arum ketika acara hampir selesai. Bahkan acara tiup lilin, dan makan-makan sudah berlalu. Hanya tersisa ibu-ibu dengan acara gibahannya. Fiona meringis terpaksa ketika dia tiba di hadapan Mbak Arum. "Maaf telat, Mbak" bisik Fiona tepat di samping telinga Mbak Arum. "Ini kado dari aku!" lanjut Fiona sambil menyerahkan sebuah kado yang dia bawa kepada Mbak Arum. " ... "Melihat aksi bisu Mbak Arum ini, Fiona hanya mendecih dalam hati. Di detik dia memergoki Mas Jaya selingkuh, sejak itu pula respect-nya untuk keluarga sang suami langsung menguap tak bersisa. Fiona yang dulu tidak akan tanggung-tanggung merogoh kocek cukup dalam setiap kali keponakan suaminya berulang tahun. Mainan seharga jutaan pun dia berikan dengan royal. Tapi sekarang dia tak sudi lagi. Meskipun anak-anak kecil itu tidak bersalah. Tapi tetap saja apa yang telah kerabat mereka lakukan padanya membuat Fiona tak ikhlas. Apalagi saat ini dia memiliki misi untuk mendapatkan kompensasi ata
Baca selengkapnya
27 | Kedatangan Keluarga Mbak Zoya
Hari-hari berlalu seperti biasa. Sejak insiden di ulang tahun Daffa, baik Fiona maupun Mas Jaya tidak pernah lagi bertegur sapa. Pagi minggu yang cerah ini, Fiona hanya bisa menghabiskan hari dengan bermalas-malasan di dalam kamar. Dia tidak bisa mengajak Freya keluar jalan-jalan karena sahabatnya itu ada urusan keluarga. Adapun Naura dan Max, katanya mereka sedang pergi honeymoon. Entahlah, sejak sahabatnya yang satu ini menikah, dia jadi ketularan misterius sama seperti suaminya itu. Alhasil, waktu senggang yang Fiona miliki hanya bisa digunakan untuk merencanakan bagaimana lagi caranya membuat Mas Jaya dan Mbak Zoya menderita. Sambil sesekali berbalas pesan dengan Igor yang katanya sedang menemani ibunya ke salon. Adapun rencana Fiona kali ini adalah, dia akan pura-pura menjual rumah ini, mumpung rumah ini masih atas nama dirinya. Lalu setelah itu, biarkan mereka semua kembali tinggal bersama ibu Marni yang banyak aturan? Sepertinya akan seru melihat drama rumah tangga mereka.
Baca selengkapnya
28 | Kedatangan Keluarga Mbak Zoya (2)
Selesai dari pasar, Fiona masih terinfeksi oleh perasaan riang gembira atas rencana yang sudah tidak sabar untuk dia eksekusi besok. Belum lagi ada seratus lima puluh ribu sisa uang kembalian yang masuk ke dalam kantong pribadinya. "Lumayan buat beli bensin." ujar Fiona dengan gembira. "Kamu beruntung, Mas. Mood-ku sedang baik sekarang. Kalau tidak, mana mau aku kembali dengan kantong belanjaan ini!" dengus Fiona sembari terus melangkah dengan sedikit melompat-lompat disertai siulan kecil yang lolos dari bibirnya. Alasan lain dia kembali ke rumah dengan patuh adalah karena dia tidak ingin melewatkan tontonan menarik. Melihat bagaimana tidak bergairahnya Mas Jaya ketika menyambut keluarga Mbak Zoya cukup menjadi hiburan baginya. Apalagi jika berhubungan dengan paman Mbak Zoya yang tampaknya tidak memiliki tata krama itu membuat Fiona curiga. Dia tidak ingin melewatkan apapun. Ini adalah kesempatan baginya untuk mengamati secara langsung seperti apa keluarga Mbak Zoya ini. Mana tah
Baca selengkapnya
29 | Kedatangan Keluarga Mbak Zoya (3)
Fiona baru saja berbaring tengkurap di atas ranjang empuknya ketika sebuah pesan masuk muncul di layar ponselnya. [Masak cepat!]Isi pesan itu yang kemudian diikuti oleh notifikasi transfer uang sejumlah 2 juta ke akun m-bankingnya. "Cih!" Fiona mencibir. [Cepat!]Belum sempat Fiona beranjak dari kasurnya, pesan lain bernada menuntut kembali masuk ke ponselnya. Dengan sudut bibir yang miring karena sinis, Fiona tetap berjalan keluar dari kamar menuju dapur untuk memasak. Hari ini mata Fiona terbuka lebar. Dia baru tahu kalau pria ini memiliki cinta sebesar itu untuk Mbak Zoya. Hanya untuk menghormati mertuanya, pria pelit ini sampai rela merogoh kocek cukup dalam agar Fiona bersedia memasak untuk rombongan keluarga istri barunya itu. Dulu giliran dia aja, duit sejuta harus dihemat-hemat selama sebulan. Harusnya tadi dia minta lebih banyak! Fiona menggelengkan kepala geli pada diri sendiri. Demi menanti pertunjukan menarik, dia sampai rela memasak demi keluarga madunya itu. "Fio
Baca selengkapnya
30 | Bau-Bau Ikan Asin
"Hah? Hilang? Kok bisa?!" jerit paman Rusdi dengan berlebihan. Percikan ludah bahkan terlihat nyata terbang ke atas piring di depannya. Keributan yang disebabkan pria ini membuat nafsu makan semua orang lenyap seketika. 'Aelah, mau makan siang doang banyak bener lika-likunya.' dumel Fiona sambil meletakkan sendoknya di atas piring, dan terus mengikuti pertunjukan di depannya. "Kamu bohong, ya? Sengaja biar pamanmu ini tidak bisa meminjamnya?!" tuding paman Rusdi dengan marah. Dia bahkan sampai menunjuk-nunjuk Mbak Zoya dengan jari telunjuk bulatnya yang penuh dengan noda sambal. Zoya yang dituding dengan begitu tidak menyenangkan ingin menampar bibir pamannya ini. Satu kata lagi keluar dari mulut pria ini, Zoya yakin bahwa amarah yang sudah sampai di ubun-ubunya pasti akan meluap keluar. Braakk, Mas Jaya yang sejak tadi hanya bisa diam kini mulai kehilangan kesabaran. Dengan keras dia menggebrak meja makan hingga mengagetkan semua orang. "Tidak bisakah kita makan dengan tenang?
Baca selengkapnya
Sebelumnya
123456
...
12
DMCA.com Protection Status