Semua Bab Pernikahan Kontrak Yang Abadi: Bab 51 - Bab 60
113 Bab
Bab 51. Tiba tiba Panik.
Ini sudah tengah malam, tapi pasangan suami istri itu masih belum tidur. Rupanya mereka belum selesai dengan urusannya.Hingga beberapa saat , Hanzero yang tadi berada diatas tubuh Arumi sekarang sudah pindah posisi. Duduk di sebelah Arumi. Biasanya setelah beraktivitas seperti ini dia akan terlihat lelah dengan nafas naik turun tak beraturan. Tapi kali ini berbeda, wajahnya begitu semangat. Tidak terasa lelah sedikit pun. Mengusap keringat yang masih mengalir di rahangnya, lalu mengusap keringat di wajah Arumi yang nampak lelah. Kecupan berulang kali di kening dan pucuk kepala istrinya. Kemudian bangun dari Ranjang."Mau ke kamar mandi? Biar aku gendong ya?" Arumi hanya mengangguk saja.Hanzero melilit tubuhnya dengan handuk, kemudian menarik tubuh Arumi untuk di lilit handuk juga.Dengan tersenyum lebar, pria itu mengangkat tubuh Arumi dan membawanya ke kamar mandi."Jangan lama lama sayang .. Dingin." Ucap Hanzero. Hanya di balas anggukan Arumi.Hanya beberapa saat mereka membersih
Baca selengkapnya
Bab 52. Bahagia.
"Aduh..! Kenapa dokter lama sekali sih?" Keluh Shela."Sabar Nona. Mungkin jalanan macet." Sahut seorang pelayan wanita. Ada beberapa Pelayan berdiri disana. Raut wajah mereka ikut khawatir setelah mendengar Nona Muda Arumi jatuh pingsan dan belum juga sadar sampai saat ini.Shela cepat menoleh ketika mendengar derap langkah dari ujung tangga."Dokter Harun..!" berlari menyambut siapa yang datang."Siapa yang sakit?" Tanya Dokter yang datang baru saja datang sendirian itu."Nona Arumi. Ayo cepatlah. Kami sangat khawatir." Shela langsung menarik tangan Dokter Pria itu tanpa basa basi lagi ke dalam kamar Hanzero." Harun! Tolong Menantuku Hiks.. hiks.." Mama langsung menghampiri saat melihat Sang Dokter sudah datang."Tolong istriku Harun!" Ucap Hanzero yang juga langsung berdiri."Tenang dulu. Saya akan segera memeriksa. Semoga Nona Arumi baik baik saja."Semua orang menyisih saat Dokter menghampiri Arumi. Dokter memeriksa suhu badan Arumi,mulut, mata dan detak nadi bahkan detak jantun
Baca selengkapnya
Bab 53. Masih dalam kebahagiaan.
Suasana dalam Rumah ini benar benar sedang riuh dengan suara kegembiraan semua orang. Di dalam kamar, Mama masih memeluk Arumi dengan suara bisingnya yang terus berteriak senang."Oh.. Rumi! Menantuku sayang… Terima kasih Nak, sudah mengandung cucuku. Akhirnya doa Mama terkabul. Ya Ampun. Aku bahagia sekali!" Menusuk nusuk pipi gembul Arumi dengan ibu jari, lalu meremas pipi Arumi karena saking gemesnya. Terakhir mengelus elus perut rata Arumi.Hanzero sendiri bergandengan tangan dengan Shela, mereka berdansa ria."Istriku Hamil! Istriku hamil!!""Mau dapet keponakan. Yes!"Arumi tersenyum melihat tingkah mereka. Hatinya terharu menyaksikan bagaimana semua orang begitu senang dengan kehamilannya.Di sudut kamar, Dokter Harun dan Dokter Santi selaku Dokter spesial kandungan itu saling tertawa, ikut merasakan kebahagiaan mereka. Dokter Harun terpingkal sampai memegangi perutnya. Bukan tertawa senang Rupanya, tapi sedang menertawakan tingkah lebay semua orang yang ada di kamar ini."Huh.
Baca selengkapnya
Bab 54. Ge'er.
Meeting akan segera dimulai. Beberapa orang sudah mulai memasuki ruangan.Arpha tentu sudah berada disitu sejak Lima belas menit yang lalu. Terlihat beberapa kali menarik nafas gusar. Sebentar menoleh dan sebentar menoleh lagi. Yang diharap datang rupanya belum juga nampak.Dia kembali pada laptopnya."Selamat pagi Tuan Arpha. Anda sudah datang?" Sapa Tuan Bram yang baru saja memasuki ruangan.Arpha menoleh, bukannya langsung menjawab tapi malah celingukan seperti sedang mencari seseorang yang lain."Tuan Arpha. Anda mencari siapa?" Tanya Bram."Oh, tidak ada Tuan. Hanya, apa anda datang sendirian?" Sambil memiringkan kepala."Oh iya." Jawab Bram. Sedikit merasa Aneh dengan Pertanyaan Arpha, tumben sekali perhatian dengan dirinya?"Oh iya. Saya sendiri.""Hem. Biasanya, sekretaris Anda selalu setia? Kemana dia?" Tanya Arpha. Karena dia sebenarnya sangat tidak sabar ingin bertemu dengannya. Cie.. ( Jangan dikira Arpha naksir sama sekretarisnya Tuan Bram ya?)"Oh. Melinda. Hari ini dia
Baca selengkapnya
Bab 55. Drama dulu.
Arpha mengetuk pintu dengan tidak sabar, hingga ia mengetuknya beberapa kali. Tindakan Arpha malah seperti seorang depkolektor yang mau nagih hutang.Arpha pun semakin kesal karena tak kunjung ada jawaban dari dalam rumah." Sabar Tuan, mungkin melinda tidak mendengarnya. Sebentar saya telpon saja."Aprha mendengus kesal." Kenapa gak dari tadi!"Tuam Bram tidak memperdulikan omongan Arpha. Ia sedang berusaha menghubungi Melinda. Untuk memberitahu keberadaannya mereka di depan rumahnya.Melinda yang memang sedang tidak enak badan sedang meringkuk di bawah selimut di kamarnya. Sayup sayup Ia mendengar orang mengetuk pintu.Awalnya ia tak merasa terganggu tapi lama lama ketukannya malah seperti orang mau nagih hutang" Ih. Siapa sih yang mengetuk pintu! Orang mau bertamu apa menagih hutang!" Melinda mendengus kesal.Ia beringsut hendak turun dari ranjang tapi Ia dikagetkan dengan suara ponselnya." Astaga. Siapa lagi coba? Padahal hari ini gue pengen istirahat tapi apalah daya ada saja g
Baca selengkapnya
Bab 56. Air mendidih.
'Sial. Cantik begini dibilang Gajah!' Batin Melinda. Matanya memicing sebelah untuk mengintip, dia hanya pura pura pingsan Rupanya. Lalu buru buru menutup matanya kembali rapat rapat saat Arpha mendekat. Nafasnya sengaja diperlambat seolah Seperti seseorang yang sedang pingsan begitu.Arpha menyadari itu dan tersenyum sinis. Dia menggeser langkahnya sedikit menjauh. Sementara Tuan Bram terlihat begitu khawatir dengan keadaan Melinda. Karena setahu dia, Melinda ini mempunyai jantung lemah. Tidak bisa di marahi atau ketakutan. Dia pernah beberapa kali pingsannya saat Bram marah padanya. Oleh sebab itu , Bram tidak pernah lagi membentak atau memarahi Melinda lagi walaupun dia bersalah.Untung saja Bram menyukai jenis wanita bohay Seperti Melinda ini, jika tidak,sudah pasti Melinda ini sudah lama di pecat Tuan Bram. Tuan Bram bahkan masih tetap mempertahankan Melinda walaupun sering kali kesal padanya.Berbeda dengan Arpha , dia tau wanita itu hanya berpura pura pingsan. Dia menendang so
Baca selengkapnya
Bab 57. Menjengkelkan.
"Tunggu Sebentar. Saya akan berganti dahulu." Akhirnya, dengan wajah yang tertekuk tekuk berat Melinda menarik lesu kakinya ke kamarnya untuk berganti baju."Hanya mengangkat panggilan saja menjadi masalah. Apalagi kalau mengangkat orangnya. Duh! Bisa kiamat paling paling. Dasar orang kaya!" Melinda terus saja mengumpat sambil memasukan beberapa barang yang dianggapnya perlu dibawa. Kembali memoles makeup dan kembali melangkah lesu menemui dua pria yang masih menunggunya di ruangan depan."Tuan, saya sudah siap." Melinda mendekati Tuan Bram."Maafkan saya ya Tuan Bram. Saya harus ikut Tuan Arpha ke Jakarta- dulu untuk meluruskan masalah ini. Saya akan segera kembali Setelah masalah ini selesai." Ucap Melinda."Iya. Hati hati ya." Sahut Tuan Bram. Matanya terkesima melihat penampilan seksi Melinda yang menurutnya begitu menggoda. Ini adalah kebiasaan dari Melinda yang sangat disukai Tuan Bram. Body aduhai dengan balutan pakaian ketat yang membuat penampilan Melinda semakin membuat pria
Baca selengkapnya
Bab 58. Sebagian dari Ngidam.
Hanzero memandang wajah istrinya lekat lekat,senyumanya sedari tadi selalu menghiasi bibirnya. Sedang senang menikmati wajah cantik Arumi, tiba tiba Hp nya berbunyi.Hanzero mengambil Hp di atas nakas yang tak jauh dari tempat tidur.Hanzero mengangkat panggilan dan berjalan menjauhi Arumi. Arumi sempat melirik kemana suaminya itu. Di dalam pikirannya sudah negatif thinking.' Telpon dari siapa ya. Kenapa juga harus menjauh,kenapa gak diangkat disini saja." Berbagai pertanyaan muncul dalam benaknya. Yang awalnya ingin tidur malah tidak jadi karena banyak pertanyaan bersarang di otaknya.Sekitar sepuluh menit Hanzero menerima telpon dari rekan bisnisnya. Tanpa Hanz sadari bahwa istrinya sedang salah paham.Hanz berjalan mendekati Arumi.Melihat Arumi yang sudah tertidur Hanz mencium kening Arumi." Sayang Mas,keluar sebentar ya."Hanz bangun dan berjalan keluar dari kamar.Arumi kembali mendudukan dirinya dan bersandar di kepala ranjang. Air mata yang sedari tadi Ia tahan akhirnya luru
Baca selengkapnya
Bab 59. Couple
Kita kembali ke Ke kota Surabaya. Kota yang sudah padat hampir mirip mirip seperti Kota Jakarta itu.Waktu sudah menunjukan hampir setengah hari. Matahari mulai memancarkan sinar panas menyengat kulit.Di sebuah Hotel Mewah tempat para orang orang elit.Saat ini Arpha sedang berada di kamar hotelnya bersama dengan Melinda. Arpha sedang membereskan barang barangnya , memasukan satu persatu ke dalam koper miliknya dan tak lupa membereskan barang milik Tuannya juga yang sengaja di tinggal karena kemarin tak sempat untuk sekedar membereskannya saja.Hari ini juga, bertepatan dengan kelarnya semua urusan di Kota ini, Arpha akan kembali ke Jakarta. Tapi bukan hanya untuk kembali pulang ke Rumah utama, melainkan ada urusan yang lebih penting selain pekerjaan atau sekedar pulang.Dia akan membawa serta wanita yang dianggapnya telah menyebabkan retaknya Rumah Tangga Harmonis sang Bos. Arpha harus bisa membantu Bosnya. Menyelamatkan hubungan mereka.Melinda hanya duduk memperhatikan laki laki g
Baca selengkapnya
Bab 60. Katrok!
"Namanya orang juga tidak tau Tuan. Mungkin pramugari itu mengira kita ini sepasang suami istri. Soalnya warna baju kita sama dan celana serta sepatu juga sama. Mana dia tau. Duduk juga bersama sama." Sahut Melinda, mencari pembelaan diri.Arpha langsung menoleh dengan ucapan Melinda. Memperhatikan melida dari atas sampai bawah."Astaga!" Dia menepuk jidatnya sendiri."Kenapa bisa sama?" Arpha baru sadar kalau pakaian yang ia kenakan benar benar couple warna dengan Melinda."Kau sengaja ya menyama nyamai? Biar dikira orang sepasang suami istri begitu? Dasar merepotkan!" Arpha marah, itu membuat Melinda kesal bukan main. Tidak terima dibilang dia yang menyamai. Dia tanpa bisa menahan emosi akhirnya memukul lengan Arpha."Anda yang menyamai tuan! Bukankah dari kontrakanku, saya sudah berpakaian warna seperti ini?Jadi anda dong yang ikut ikutan saya. Dih ..!"Arpha menghembuskan nafas berat. Kenapa bisa tidak memperhatikannya? Pantas saja sejak tadi orang orang menatap aneh padanya yang
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
45678
...
12
DMCA.com Protection Status