All Chapters of CINTA BUKAN SEPENGGAL DUSTA: Chapter 11 - Chapter 20
99 Chapters
Bab 11. Ritual Menyesakkan
Pengantin pria membawa pengantin wanita berlutut di depan altar. Menyimak wejangan pendeta adat, mereka memulai menjalankan ritual pernikahan adat.Sang pendeta Adat mengucapkan doa-doa berkat, dan memercikkan air suci pada kedua pengantin. Kemudian memotong sedikit rambut Amar Mea Malawi dan Mary Aram lalu memasukkan ke dalam toples kaca yang telah berisi sapu tangan putih bernoda merah bukti kegadisan Mary Aram. Hal itu sebagai tanda sahnya pernikahan mereka.Amar Mea Malawi menyematkan cincin pernikahan pada jari manis Mary Aram, serta seuntai kalung pada leher istrinya itu. Demikian pula sebaliknya, Mary Aram juga menyematkan cincin pernikahan pada jari manis Amar Mea Malawi, serta gelang dari tali berhias batu giok pada pergelangan tangan suaminya.Pendeta adat memercik air suci dan mengasapi pengantin dengan dupa wangi, pada akhir ritual pernikahan.Pada pengesahan pernikahan secara hukum negara, kedua mempelai menandatangani surat pernikahan. Petugas negara mencatat semua bekal
Read more
Bab 12. Fakta Yang Menakutkan
"Kau pria dewasa yang sangat mengerikan!" Wanita cantik itu menoleh menatap tajam langsung ke mata Amar Mea. Tangannya menunjuk wallpaper pada salah satu dinding yang berhadapan dengan tempat tidur suaminya."Apa maksudnya ini? Bagaimana bisa gambar diriku yang sedang mandi menjadi wallpaper di kamar ini?" Mary Aram membatalkan niatnya masuk ke dalam kamar."Ini kamar pengantin kita," Amar Mea Malawi menarik masuk Mary Aram ke dalam kamar."Tidak! Tidak! Kau membuatku takut," Mary Aram menjauh dari Amar Mea Malawi. Tanpa sengaja tangannya menyenggol setumpuk gambar di atas meja kerja hingga jatuh berhamburan ke lantai.Betapa gusarnya Mary Aram ketika mendapati begitu banyak gambar dirinya berserakan di lantai dan meja kerja Amar Mea.Jantungnya seakan melompat keluar dari tubuhnya, "Keterlaluan! Rupanya kau telah mengincar diriku sejak lama!" Mary Aram gemetar menahan amarah, ia jatuh terduduk lemas di atas tempat tidur Amar Mea."Tamat sudah! Diriku jatuh ke tangan orang sakit jiwa
Read more
Bab 13. Penyesalan
Tuan besar Sahu Mea Malawi sedang duduk di teras kamar sambil membaca koran, betapa senangnya ia mendapat kunjungan menantunya di pagi hari."Nak, kau seorang anak perempuan yang mengesankan," tuan besar Sahu Mea Malawi terkekeh mendapat sepoci teh buah Lou Han hangat.Ia meletakkan surat kabar di meja teras, lalu masuk ke dalam kamar, tidak lama kemudian ia keluar membawa sebuah amplop lebar."Nak, ini untuk kebutuhanmu selama satu bulan. Beli apa saja yang kau ingin beli," tuan besar Sahu Mea Malawi tersenyum mengulurkan amplop di tangannya."Apakah semua ini untuk Mary Aram?" Mary Aram tersentak melihat isinya, "Ayah Besar, ini sangat banyak.""Itu memang hakmu Nak, kau telah menjadi anak perempuan kami," tuan besar Sahu Mea Malawi meminum teh buah Lou Han dengan nikmatnya."Terima kasih Ayah Besar, Mary Aram akan menabungnya untuk keperluan bayi kami kelak," Mary Aram mengupaskan cangkang telur untuk ayah mertuanya. Mendengar kata 'bayi', tuan besar semakin tertawa senang."Ya,
Read more
Bab 14. Nyonya Muda
"Suamiku, ini terlalu banyak. Aku sudah mendapat uang dari Ayah Besar," Mary Aram menggeser amplop besar pemberian mertuanya ke tengah tempat tidur."Ya simpan saja, pakai ketika kau membutuhkan," Amar Mea Malawi melangkah ke kamar mandi.Mary Aram mempelajari buku keuangan rumah tangga, ia mengambil kebijakan menaikkan gaji seluruh karyawan rumah tangga. Baik rumah tangga kediaman suaminya, maupun kediaman ayah mertuanya di puncak bukit."Istriku kau sangat cantik, ketika sedang berpikir," Amar Mea Malawi tiba-tiba mengecup bibir indah Mary Aram, "Bisakah kau menggosok punggungku?"Mary Aram tersentak! Sejenak ia terpaku menatap tubuh polos suaminya dengan ling-lung."Ah tidak! Tidak!" Mary Aram kembali dilanda kecemasan. Ia segera beranjak dari tempat tidur menyiapkan pakaian kerja suaminya."Bantu suamimu menggosok punggung," Amar Mea Malawi terus menempel pada punggung Mary Aram, dengan manja ia terus mengecup leher istrinya."Suamiku hentikan!" Mary Aram berusaha menghindar. Wani
Read more
Bab 15. Aram Yang Lain
Wanita itu melenggang masuk rumah induk dengan santai, sepertinya sudah terbiasa dengan kediaman Amar Mea Malawi. Mary Aram juga melangkah masuk ke rumah induk melalui pintu dapur, langsung menuju ruang makan.Di ruang keluarga, suaminya sedang membaca surat kabar sambil menikmati teh buah Lou Han seduhan Mary Aram."Amar Mea Malawi, bagaimana kabarmu?" Wanita itu langsung memeluk leher Amar Mea Malawi , dengan manja ia mengecup bibir pria itu."Baik," Amar Mea Malawi melipat surat kabar pagi, lalu bangkit hendak beranjak menuju ruang makan. "Apakah kau, sudah sarapan?""Belum! Aku dari bandara langsung menuju kemari, hendak mengajak dirimu sarapan di sungai induk," suara manja wanita itu terdengar hingga ke ruang makan."Sebaiknya bergabunglah sarapan," Amar Mea bangkit langsung menuju ruang makan."Amar Mea, kita sarapan di sungai induk saja. Aku ingin makan sup ketam," wanita itu bergelayut manja pada lengan Amar Mea Malawi."Tidak, juru masak telah memasak sarapan, aku harus mengha
Read more
Bab 16. Duri-Duri Manja
"Ah! Amar Mea, Aku sudah kenyang. Aku akan menemuimu di kantor saat istirahat siang nanti," Miriam Aram meninggalkan meja makan dengan kesal tanpa berpamitan pada Mary Aram. Hati Miriam Aram sangat panas! 'Bagaimana bisa Ama Mea Malawi mengenal Mary Aram? Dan sialnya, adik sepupunya itu tumbuh sangat cantik. Bahkan lebih cantik dari Meina Aram!'Dalam suasana sarapan yang mesra, meskipun di dalam hati bertanya-tanya penasaran, Mary Aram tidak membahas perihal hubungan Amar Mea dengan Miriam Aram di meja makan. Ia tidak ingin merusak suasana sarapan pagi."Kau tidak cemburu?" Amar Mea memindahkan sepotong daging asap ke mulut istrinya. Mary Aram menyungging senyum, mengunyah daging asap."Mendapati gambar diri Mary Aram tanpa busana di dinding kamar, sepertinya Mary Aram tidak perlu gundah dengan kehadiran wanita lain?" Senyuman di wajahnya menyiratkan bahwa ia pasrah dengan apa yang terjadi di dalam hidupnya."Kau tidak cemas apabila suamimu berselingkuh?" Amar Mea heran dengan sikap
Read more
Bab 17 Sungguh Keterlaluan
"Aku tidak terima Amar Mea Malawi! Bertahun-tahun kita bersama, kau menikahi si dungu Mary Aram!" Suara Miriam Aram begitu gusar hingga terdengar dari luar kantor."Tidak terima? Apakah kita pernah bersetubuh? Apa hakmu marah dan tidak terima jika aku menikah?" Tawa santai Amar Mea Malawi menanggapi kemarahan Miriam Aram. "Bukankah kau mengejar Abee Bong Moja orang Muara Mua hingga ke Macao? Mengapa kau sekarang menuntut pernikahan padaku?"Mary Aram tersentak mendengar nama tunangannya di sebut, jantungnya gemuruh berpacu. Dengan hati-hati Mary Aram meletakkan anggur dan kismisnya, lalu duduk di kursi tamu."Kau tumpang tindih bersama Abee Bong Moja di atas tempat tidur, mengapa menuntut pernikahan padaku?" Amar Mea Malawi duduk dengan santai menikmati Wine di gelasnya. Nada suaranya sedikit melunak. "Apakah Abee Bong Moja membuangmu, karena tidak sanggup mengimbangi gaya hidupmu yang mahal itu?"Hati Mary Aram sangat sakit mendengarnya, "Benarkah Abee Bong Moja seperti itu? Tid
Read more
Bab 18. Sosok Itu
"Kau keterlaluan!" Mary Aram berbalik meninggalkan dokter Adam Mizeaz."Nona maafkan aku!" dokter Adam Mizeaz menahan tangan Mary Aram."Lepaskan Aku! Tidak ada gunanya permintaan maaf, karena tidak akan memulihkan kesucianku!" Mary Aram menyentakkan tangannya penuh amarah.Namun tangan dokter Adam Mizeaz lebih kuat menggenggam, "Maafkan aku!"Mary Aram menangis memalingkan wajah, menghindari tatapan mata dokter Adam Mizeaz."Aku cinta padamu! Jika kau menderita karena diriku, aku akan membebaskan dirimu dari tangan Amar Mea Malawi," dokter Adam Mizeaz menatap mata Mary Aram dengan sungguh-sungguh.Mary Aram hanya tertawa sinis, mendengar ucapan dokter Adam Mizeaz. "Keterlaluan!" Ujarnya geram.Aku cinta padamu! Jika kau tidak bahagia bersama Amar Mea Malawi, aku membantumu lepas dari pria itu. Dan aku segera menikahimu!" Adam Mizeaz mengulang perkataannya, ia membungkuk memberi hormat pada Mary Aram."Kau anggap apa aku ini?" Kemarahan Mary Aram sangat menyesakkan. Ia bertambah gusar,
Read more
Bab 19. Kecemburuan Amar Mea
"Menurut kabar, Abee Bong Moja berada di Cina daratan," pemuda itu menunjukkan surat kabar berbahasa Cina.Di sana ada berita tentang Abee Bong Moja sedang berjabat tangan dalam suatu acara. Mary Aram tidak mengerti bahasa Cina, ia tidak tahu berita tentang apakah itu?"Terimakasih Kakak!" Mary Aram menerima semua surat yang kembali dengan sangat kecewa.Tanpa mencari Amar Mea Malawi suaminya, ia membawa pulang semua surat-surat untuk Abee Bong Moja ke kediaman Mea Malawi menggunakan kereta kuda. Sesampai di kediaman Mea Malawi, Mary Aram mengurung diri di kamar.Hati Mary Aram sangat gundah mendapati surat-suratnya kembali. "Abee Bong Moja, mengapa kau tidak mengabariku jika pindah ke Cina? Apakah Miriam Aram membutakan pikiranmu?" Semangatnya menjadi lenyap, ia hanya berbaring di tempat tidur berusaha mengusir kekecewaan."Istriku, kau marah kepadaku?" Amar Mea Malawi masuk ke dalam kamar, ia langsung menghampiri Mary Aram dan mengecup keningnya. "Ayahmu telah kembali ke Muara Mua,
Read more
Bab 20. Hanyut
Pada tengah malam, Amar Mea mendatangi paviliun tempat Mary Aram berada. Paman Sanif lupa, jika Amar Mea Malawi memiliki kunci cadangan. Jadi dengan mudah pria itu mendatangi istrinya.Hembusan napas hangat beraroma wine menguasai hidung Mary Aram. Saat benar-benar sadar, tubuh berat Amar Mea telah menindihnya. Dalam sekejap pria itu telah menguasai diri Mary Aram.Pagutan kasar tepat pada bibir Mary Aram yang luka, membuat Mary Aram berteriak kesakitan. Semakin Mary Aram berteriak kesakitan, semakin pula Amar Mea bersemangat melampiaskan kekesalan.Hasratnya penuh dengan kemarahan, merobek pakaian tidur Mary Aram. Dan menusuk menghujam diri Mary Aram hingga ke dasar sumur. Sangat kasar!Hal itu membuat napas Mary Aram nyaris putus, "Amar Mea kau kasar dan menyakiti aku," desis Mary Aram berusaha melepaskan diri.Semakin Mary Aram memberontak, semakin dalam Amar Mea terbenam dalam sumur. Memagut, mengecup, menggigit! Benar-benar kasar."Keterlaluan! Betapa malang diriku, jatuh ke tang
Read more
PREV
123456
...
10
DMCA.com Protection Status