All Chapters of Tukang Sayur itu Ternyata Milliuner: Chapter 21 - Chapter 30
74 Chapters
Edaran Gelap
Kasman mengajak Coki ke halaman belakang rumah Mba Sri, ada sebuah gazebo kecil yang terletak di pinggir kolam renang. Tempat yang memang sangat cocok untuk berbicara lebih santai. Sebelumnya Kasman meminta Mbok Dijah, asisten rumah tangga Mba Sri, untuk membuatkan Coki makanan kesukannnya. "Jadi, kemarin itu banyak sayuran yang kita kirim ke pelanggan, dikembalikan ke sini, Cok. Mereka bilang mereka nggak mau pesan sayuran di tempat kita lagi, karena merasa kita sudah membohongi mereka.""Bohong, gimana, Om?" tanya Coki yang mulutnya masih sibuk mengunyah spaghetti cheese yang tadi Mba Dijah sajikan."Mereka pikir sayuran yang kita kirim itu bukan sayuran organik, karena kondisinya masih bagus. Menurut edaran yang mereka terima, sayuran organik itu daunnya akan banyak yang berlubang, karena pasti sudah dimakan ulat.""Kan, kita sortir dulu mana yang bagus dan gak bagus, yang baguslah yang kita kirim ke mereka. Kalau mereka mau yang berlubang, ya, kita kirim aja, Om. Tuh, di kardus b
Read more
Petunjuk
"Kemarin Bu Rani sempat melihat daftar nama dan alamat pelanggan, kan, di bukunya Coki?" ucap Mba Sri."Iya, Saya sempat lihat. Terus, apa hubungannya dengan Jeng Sri nuduh, Saya kayak tadi?""Karena, ...." Mba Sri menggantung kalimatnya, "yang mendapat edaran tidak benar itu adalah, nama-nama pelanggan yang semuanya ada di buku catatan Coki," ujarnya lirih. "Eh, Jeng Sri, dengar baik-baik, ya. Saya berani bersumpah, demi Allah, bukan Saya pelakunya! Bukan saya yang mengirim edaran itu ke mereka.""Aku memang iri sama situ, Jeng. Tapi kalau berbuat sampai harus mematikan usaha orang lain, ga pernah tuh saya kepikiran ke arah sana. Otak saya ga nyampe Jeng. Paling, ya, cuma ngikutin Jeng Sri jualan sayur thok." batin Bu Rani."Kalau bukan Bu Rani pelakunya, buat apa Bu Rani kemarin melihat buku catatan milik Coki?" selidik Mba Sri seraya memicingkan mata. "Bu-bukan buat apa-apa, kok. Saya cuma ingin tau aja, apa yang Coki kejakan di rumah Jeng." jawab Bu Rani terbata."Kalau Bu Rani
Read more
Kegalauan Mba Sri
"Aneh, kenapa, Bu Dian sama sekali ga bilang apa-apa, kalau mau pulang kampung? Udah gitu nomornya ga aktif." pikir Mba Sri seraya menautkan alis. "Apa aku menghubungi Ibu-ibu sini aja, ya, untuk membantu di rumah singgah? Mereka, kan, juga sudah tau programku sebelumnya."Akhirnya Mba Sri mencoba untuk menghubungi Bu Susi."Assalamualaikum. Hallo, Bu Susi, ini Sri. Maaf sebelumnya kalau Saya mengganggu waktunya. Gimana kabarnya, Bu?" "Waalaikumsalam warahmatullah. Alhamdullillah kabar baik, Mba. Ga apa, Mba Sri, ga menganggu, kok. Ini kebetulan lagi main sama cucu," jawab Bu Susi ramah. "Ada yang bisa, Saya bantu, Mba?" "Umm, begini Bu. Saya mau minta tolong Bu Susi, untuk bantu di rumah singgah. Karena kebetulan Bu Dian yang selama ini membantu, sedang pulang kampung.""Oh gitu. Tapi, bantu kayak gimana, ya, Mba?""Setiap sore, kan, mereka ada kegiatan pembelajaran, Bu. Kalau Bu Susi bersedia, Saya minta bantuan untuk mengawasi proses pembelajarannya saja, sekaligus menginformasik
Read more
Hasil Rekaman CCTV
"Kalau dari rekaman cctv, si ... yang mengedarkan laki-laki, Bu, masih muda. Sepertinya dia hanya di suruh."" Maksud kamu, Coki?"Kasman menggeleng pelan, muncul beberapa garis halus di dahinya, "Tapi, kalau ga salah, saya pernah ngeliat dia di rumah Bu Dian, Bu.""Di rumah Bu Dian?" kernyit Mba Sri. Bola mata hitamnya menatap heran pada Kasman."Seingat saya, Bu Dian tidak punya anak atau kemenakan laki-laki yang tinggal sama dia, deh. Ada juga pekerjanya, tukang kebun dan sopir, tapi mereka sudah tua. Kira-kira siapa, ya, Man?"Kasman mengangkat bahu, "Tapi, Saya yakin kalau pernah melihat pemuda itu di tempat Bu Dian, Bu. Beberapa minggu yang lalu kalau ga salah, waktu saya antar buah-buahan yang Bu Dian pesan, pemuda itu yang menerima, karena Bu Dian sedang keluar.""Trus kamu tanya, ga, dia siapanya, Bu Dian?""Sayangnya, gak, Bu." Kasman tersenyum hambar. "Ya ... karena Saya pikir, kalau dia ada di rumah Bu Dian, berarti dia kerabatnya, dan Bu Dian juga menitipkan uang ke pemuda
Read more
Keanehan Bu Dian
Mba Sri menggeleng pelan, "Awalnya Saya juga mengira begitu, Bu. Malah Saya sempat marah-marah ke Dia, tapi ternyata bukan Bu Rani pelakunya." "Jadi, apa yang bisa Saya bantu?" tanya Bu Anti tanpa melihat ke arah Mba Sri. Kali ini tangannya sibuk memotong kecil-kecil daging yang sudah dilumuri kecap."Saya minta tolong Bu Anti untuk jadi duta sayuran organik Saya. Umm, Bersedia, ga, Bu? InsyaAllah nanti akan ada kompensasinya. Bu Anti tinggal sebutkan saja harganya. Tapi sesuai kemampuan Saya, ya, Bu." ucap Mba Sri sambil tertawa."Maksud Mba Sri? Jadi bintang iklan gitu?" Mba Sri mengangguk. "Gimana, Bu? Bu Anti mau, kan, bantu saya?""Ya Allah, Mba Sri. Ya jelas mau lah, gampang itu. Nanti kita atur waktunya kapan bisa mulai, ya.""Alhamdulillah." ujar Mba Sri lega, yang kemudian langsung memulai aktivitas makan siangnya. Ia mengambil secentong nasi dari dalam bakul kecil dengan lauk ayam bakar yang sudah mulai dingin, karena sudah tersaji sejak tadi."Lagian tu, ya, yang percaya
Read more
Ancaman Mba Sri
Selamat membaca ... jangan lupa vote dan komennya, ya. Makasi*Mba Sri mencoba untuk menghubungi nomor Bu Dian sekali lagi, tapi, percuma. nomornya tidak diangkat.Tak berapa lama, datang panggilan masuk dari nomor Bu Rani."Hallo, Assalamualaikum Bu Rani." jawab Mba Sri seramah mungkin, walaupun sebenarnya dalam hatinya masih diliputi rasa heran akan sikap Bu Dian barusan."Jeng, saya mau, Jeng Sri sekarang juga ke toko sayur saya, tolong jeng tanggung jawab karena semua pelanggan saya hari ini pada protes. Karena katanya sayuran di warung saya ngikut-ngikut jenis sayuran di warung Jeng Sri," pekik Bu Rani, sampai-sampai Mba Sri sedikit menjauhkan ponsel dari telinganya."Ada masalah apa tho, Bu? Apa hubungannya dengan saya?" jawab Mba Sri seraya memijat-mijat pelipisnya."Pokoknya Jenengan ke sini dulu, Saya ga mau tau. Jenengan, kan, sudah janji, karena nuduh Saya sembarangan waktu itu, Jenengan bilang bakalan ngelakui apa saja buat nebus kesalahan jenengan," ucap Bu Rani berapi-a
Read more
Putusnya Hubungan Baik
Wajah Bu Rani mulai pias, ia tak menyangka kalau Mba Sri berani mengancamnya balik seperti itu."Iya, iya, Jeng. Pokoknya hari ini Jenengan bantu dulu menghabiskan stock sayuran di warung saya," sungut Bu Rani."Huh, dasar Bu Rani. Mau sukses, kok, ga mau susah! Udah lah, besok-besok mending aku langsung belanja ke warung Mba Sri sekalian aja, lah. Gapapa mahal dikit." ucap Ibu tadi.Kemudian datang lagi beberapa orang Ibu-ibu yang Mba Sri kenali tinggal persis di sebelah rumah Bu Dian. Ibu-ibu ini memang jarang terlihat berkumpul dengan Ibu-ibu komplek yang lain, seperti Bu Rani, Bu Susi, Bu Dwi, Bu Jihan dan yang lain, karena mereka hanya bisa keluar rumah saat hari libur saja. Mereka adalah pekerja kantoran yang pagi-pagi buta sudah harus berangkat bekerja dan baru akan pulang malam harinya. "Mungkin Saya bisa cari informasi mengenai Bu Dian dari mereka." batin Mba Sri."Eh, ada Bu Asmita dan Bu Cahya, lho. Tumben banget keluar rumah, saya hampir lupa lho, sama wajah Ibu-ibu berdu
Read more
Mendatangi Bu Dian
Selamat membaca, jangan lupa tinggalkan jejak ya. Makasi udah mampir. Semoga suka. **"Kasman, kamu tau, alamat Bu Dian di Tegal? Rencana Saya, nanti malam kita berangkat. Saya mau menemui Bu Dian langsung," ucap Mba Sri pada Kasman melalui sambungan telepon."Siap, Bu. Saya tau.""Tolong tanggung jawab kamu di gudang dan di warung sayur, kamu alihkan dulu ke yang lain. Ini Saya juga sedang minta izin dari Bapak. Untuk kepastiannya, nanti Saya hubungi kamu lagi, ya.""Mudah-mudahan Bu Dian mau menemui Saya, biar masalah ini segera selesai," gumam Mba Sri sambil menangkupkan kedua tangannya di depan wajahnya. ***"Ini, Bu. Alamat rumah Bu Dian," Kasman menghentikan mobilnya di depan sebuah rumah sederhana. Rumah khas pedesaan yang materialnya terbuat dari kayu, halamannya cukup luas, di sekelilingnya ditanami tanaman apotik hijau beraneka jenis. Terletak di pedesaan, tepatnya berada di kaki gunung Slamet. Sejauh mata memandang, tampak beberapa bukit hijau yang sebagian ditanami sayu
Read more
Diusir Pulang
Mba Sri sedikit terkejut dengan sikap Bu Dian, tapi ia berusaha tetap menjaga emosinya, "Maaf Bu, kalau kedatangan Saya menganggu, Saya cuma berniat untuk silaturahmi, saya ga mau masalah yang sebenarnya saya juga belum tau apa, menjadi berlarut-larut. Makanya saya datang ke sini, karena saya telepon, Bu Dian juga tidak ada tanggapan." Mba Sri menjeda kalimatnya, "Jadi tolong, Saya mohon jelaskan, ada masalah apa sebenarnya? Kenapa tiba-tiba sikap Bu Dian berubah sama Saya?""Bukannya Mba Sri sendiri juga sudah tau dari Kasman?" Bu Dian melirik Kasman yang duduk di sebelah kirinya. "Jadi benar, Bu Dian marah sama Saya, karena kerjasama baru perusahaan kami dengan klien, yang ternyata sebelumnya adalah klien perusahaannya Bu Dian?"Bu Dian hanya diam, tidak mengiyakan, tapi tidak juga membantah. "Begini ya Bu, soal kerjasama itu, jujur Saya ga tau menau, karena itu adalah urusan suami. Saya juga baru tau dari Kasman kalau ternyata perusahaan kami tidak sengaja telah mengambil klien
Read more
Gusti si Biang Masalah
"Keluar dari rumah saya, sekarang!" usir Bu Dian masih sambil menangis. "Ga, Bu. Saya ga akan pergi dari rumah ini sebelum urusan kita selesai!" ucap Mba Sri tegas. "Sekarang, Bu Dian bangun, kita bicara baik-baik. Saya yakin, Ibu bisa berpikir jernih dan bisa menilai masalah ini dari berbagai sisi. Ibu harus mendengar juga keterangan dari Saya.""Saya sudah tidak mau berurusan dengan Mba Sri lagi, ga ada yang perlu kita bicarakan! Sekarang Mba Sri pergi dari rumah saya!" Bu Dian tetap dengan keputusannya, ia terlihat masih sangat emosi. Sepertinya Mba Sri datang di saat yang kurang tepat. "Saya lebih percaya dengan apa yang anak saya ceritakan, dan semuanya sudah jelas.""Mas, maaf siapa nama kamu?" tanya Mba Sri kepada sosok pemuda yang sedari tadi hanya berdiri diam di pojok ruangan, ia hanya melihat Ibunya tanpa ada pergerakan untuk membantu. "Gusti, Bu.""Jadi, perusahaannya Gusti yang menurut Bu Dian sudah kami rugikan?" Pemuda itu mengangguk pelan. "Bisa saya lihat laporan k
Read more
PREV
1234568
DMCA.com Protection Status