Tukang Sayur itu Ternyata Milliuner

Tukang Sayur itu Ternyata Milliuner

Oleh:  DeealoF3  Tamat
Bahasa: Bahasa_indonesia
goodnovel16goodnovel
Belum ada penilaian
74Bab
7.7KDibaca
Baca
Tambahkan

Share:  

Lapor
Ringkasan
Katalog
Tinggalkan ulasan Anda di APP

Bagaimana rasanya jika tukang sayur langganan yang selama ini selalu direndahkan dan dicibir ternyata adalah tetangga baru yang punya rumah paling mewah di komplek? Kehidupan Mba Sri sehari-harinya yaitu menjaga warung sayur di kompleks perumahan. Penampilannya pun biasa, sederhana dan suka memakai daster. Itulah yang membuatnya mendapat cemoohan dari ibu-ibu kompleks langganan warung sayur di tempatnya tinggal. Namun, siapa sangka jika Mba Sri adalah pemilik rumah terbesar di kompleks tersebut. Ia juga merupakan istri dari seorang pengusaha sayur mayur yang sukses.

Lihat lebih banyak
Tukang Sayur itu Ternyata Milliuner Novel Online Unduh PDF Gratis Untuk Pembaca

Bab terbaru

Buku bagus disaat bersamaan

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Komen
Tidak ada komentar
74 Bab
Penjaga Warung Sayur
"Mba Sri, bayam seiket berapa?" tanya Bu Dian sembari tangannya sibuk memilah beberapa ikat sayuran hijau di depannya."Empat ribu, Bu. Kalau ambil dua jadi tujuh ribu saja," jawab Mba Sri si penjaga warung sayur."Lho, jangan gitu, Mba Sri. Nanti gara-gara saya belanja, untung jualan Jenengan jadi berkurang. Saya ambil empat aja, Mba. Jadi enam belas ribu, ya." Bu Dian menyerahkan selembar uang berwarna hijau. "Kembaliannya bawang putih ya, Mba," ucap Bu Dian lagi.Tangan Mba Sri gesit memasukkan empat ikat bayam dan dua bulatan bawang putih ke dalam tas belanja Bu Dian. "Apa lagi, Bu?""Sudah ini saja dulu, Mba Sri. Makasih, ya."Rumah Bu Dian terletak di deretan paling ujung kompleks, yang paling jauh jaraknya dengan warung sayur milik Mba Sri. Setiap kali belanja, Bu Dian selalu menggunakan motor matiknya .Bu Dian juga terkenal yang paling dermawan di antara ibu-ibu kompleks langganan warung sayur Mba Sri. Orangnya juga ramah dan menyenangkan. Hampir setiap hari beliau belanja d
Baca selengkapnya
Tingkah Polah Bu Rani
"Mba Sri, Saya sudah selesai belanjanya, tolong dihitung," ujar Bu Jihan. Mba Sri langsung memasukkan barang belanjaan Bu Jihan ke kantong besar, kemudian menghitungnya. "Semua jadi 175 ribu, Bu." "Kok, mahal? Saya, kan, cuma beli sayuran, ikan Kembung, sama buah nanas aja.""Iya, Bu, harganya memang segitu." Mba Sri menjawab sambil tersenyum."160 ribu aja ya, Mba. Boleh ga?" tawar Bu Jihan."Iya nggak pa-pa Bu, bol ...." "Lho, Jeng Jihan ini bagaimana, tho. Kasihan, kan Mba Sri kalau ditawar segitu, bisa rugi nanti. Masa suaminya ASN kok, belanjanya nawar!" ejek Bu Rani seraya memotong ucapan Mba Sri. Muka Bu Jihan memerah, terlihat jelas kalau ia kesal atas perkataan Bu Rani barusan. "Ya sudah, ini 175 ribu, Mba." "Nah, gitu dong, sedekah untung sama orang kismin, kan, dapet pahala," ucap Bu Rani lagi.Bu Jihan terlihat menarik napas dalam, mencoba menenangkan dirinya. "Yo wis, Saya duluan ya, ibu-ibu." "Saya juga pamit, deh!" ucap Bu Dwi. Sambil jalan, ia mengusap pelan pund
Baca selengkapnya
Pemilik Rumah Mewah
Malam ini rumah Mba Sri dan Mas Pai sudah dihiasi beraneka lampu kecil warna-warni. Rencananya acara syukuran akan diadakan di taman belakang. Tempat yang terbuka, cukup luas dan ada kolam renang, sehingga tanpa dekorasi yang berlebihan pun lokasi sudah cukup sesuai. Kasman diminta Mba Sri untuk menyambut tamu di pintu depan. Tidak lupa pula ia didandani bak pemuda kaya raya, berpenampilan perlente, menggunakan baju dari designer terkenal, sepatu bermerek, dan ditambah dengan arloji mahal ditangannya, yang kesemuanya tentu saja diberikan oleh Mba Sri.Acara akan berlangsung pukul tujuh malam. Tamu-tamu yang berasal dari para tetangga kompleks rumah Mba Sri, satu-persatu sudah mulai berdatangan. Pak Amran dan Pak Isman, ketua Rukun Warga dan Rukun Tetangga yang baru saja tiba menjadi salah satu tamu kehormatan yang akan diberikan tempat khusus oleh tuan rumah. Mereka langsung diantar ke meja terdepan di pinggir kolam renang. Di belakangnya, tibalah rombongan ibu-ibu langganan warung
Baca selengkapnya
Kejutan
"Udah, yuk, Bu, masuk. Acaranya sebentar lagi mau dimulai." Bu Dian menggandeng tangan Bu Rani. "Makasi ya, Man," bisik Bu Dian kepada Kasman. Ternyata hanya Bu Dian seorang yang mengenali Kasman walaupun penampilannya sangat jauh berbeda.Melihat rombongan Ibu-ibu akan segera menuju taman belakang, Mba Sri yang masih mengenakan baju daster lusuh siap-siap berdiri menyambut."Silakan ibu-ibu, lewat sini. Silakan langsung menempati meja yang telah disediakan," sambut Mba Sri dengan senyum terpasang di wajahnya."Ealah Mba Sri, ternyata jenengan juga diundang tho, ke sini." Bu Rani langsung memulai. Ia melihat Mba Sri dari atas kepala sampai ujung kaki. "Tapi kok, yo, cuma diundang sebagai pelayan," ejeknya kemudian tertawa. Ibu-ibu yang lain ikut tertawa. Sedangkan Bu Dian hanya geleng-geleng kepala mendengar perkataan Bu Rani. Mba Sri yang diejek malah terlihat santai.Seketika Bu Rani teringat dengan perkataan penjaga di depan tadi, "Eh iya, Mba Sri. Jenengan diminta bantu-bantu di
Baca selengkapnya
Anggota Kehormatan
"Mba, Mba Sri," panggil Bu Rani yang masih belum menyadari penampilan Mba Sri. Matanya masih mengelana ke tempat di mana Mas Pai berdiri tadi."Istri si pemilik rumah yang mana orangnya?" tanya Bu Rani.Mba Sri yang bingung mendengar pertanyaan dari Mba Sri, sontak tertawa, membuat pandangan Bu Rani langsung beralih ke arahnya.Bu Rani sedikit memicingkan matanya. Bola mata hitamnya seketika membulat saat menyadari penampilan Mba Sri yang kini mengenakan pakaian mahal dengan perhiasan bertahtakan berlian dua kerat di jarinya. Lehernya juga dihiasi dengan kalung mutiara berliontin huruf s."Itu semua ... dipinjamkan sama si pemilik rumah?" tanya Bu Rani seraya tangannya menunjuk baju, leher dan jari Mba Sri."Oh, bukan Bu. Ini semua milik saya sendiri. Perkenalkan Bu, saya istri dari Mas Pai, pemilik baru rumah ini," jawab Mba Sri seraya mengulurkan tangannya.Bu Rani hening sesaat, lalu tiba-tiba ia tertawa geli. "Aduh Mba Sri, sampeyan ki, bikin perut saya sakit aja. Pinter banget l
Baca selengkapnya
Kecurigaan Bu Rani
Selamat membaca. Semoga suka, ya."Rumah ini, kan, terlalu besar jika hanya saya tinggali bersama suami, sedangkan anak-anak, semuanya sudah pada kuliah ke luar negeri. Jadi rencananya, selain mau saya jadikan rumah tinggal untuk saya, suami dan para karyawan, di sini juga mau saya jadikan rumah singgah untuk anak-anak jalanan di sekitar kompleks, Bu. Menurut Bu Dian, bagaimana?" tanya Mba Sri. Hari ini ia sengaja mengundang Bu Dian ke rumahnya."Wah, bagus itu, Mba. Saya setuju sekali. Nanti Mba Sri tinggal menghubungi Pak RT saja untuk masalah perizinannya, biar tidak bermasalah ke depannya," saran Bu Dian. "Jangan lupa juga kalau anak-anak jalanan yang nanti akan tinggal disini, di data Bu, untuk di laporkan juga sekalian.""Nanti saya bisa minta tolong Bu Dian untuk mengelola rumah singgah? InsyaAllah akan ada bayaran yang sesuai. Saya, kan, orang baru di sini, jadi masih bingung mau minta tolong ke siapa lagi," pinta Mba Sri."Mba Sri nggak usah khawatir, nanti kita kelola sama-
Baca selengkapnya
Keseharian Mba Sri
Setelah pindah ke perumahan elit dan menempati rumah terbesar di sana, keseharian Mba Sri tetap berjalan seperti biasa. Ia tetaplah seorang penjual sayur yang ramah dan suka berpenampilan sederhana. Setiap hari, Mba Sri selalu bangun pukul dua pagi, waktu yang dianggapnya cukup panjang untuk melakukan banyak hal sebelum waktu subuh tiba. Setelah selesai melakukan aktivitas pribadinya, sebelum subuh ia sudah sibuk membantu Kasman dan para karyawan yang lain untuk memuat berbagai jenis sayuran segar yang akan dikirim dan dijual pada hari itu. Mba Sri sendirilah yang turun tangan untuk memeriksa kualitas dari semua barang dagangannya. Mereka sengaja menjual khusus sayur dan buah organik karena memenuhi permintaan pasar yang kian tinggi. Mereka yang biasanya mengerti akan pentingnya menjaga kesehatan untuk jangka panjang, pasti tidak akan ragu lagi untuk mengkonsumsi jenis organik. Walaupun yang bisa mengkonsumsinya memang dari kalangan yang cukup berada. Mas Pai dan Mba Sri sudah memul
Baca selengkapnya
Mengutus Mata-mata
"Mah, Papah berangkat dulu, ya, mau mengecek stock sayuran yang akan dikirim ke Australia," pamit Mas Pai pada Mba Sri yang sedang sibuk di gudang utama mereka. Mba Sri langsung menghampiri suaminya, meraih tangan Mas Pai dan menciumnya takzim. "Hati-hati, ya, Pah." Mas Pai yang usianya seumuran dengan Mba Sri, baru saja menyelesaikan kuliahnya di jurusan bisnis dan manajemen di salah satu universitas di Bandung, walaupun status pendidikan terakhir yang tercantum di kartu identitasnya masih tertulis SMA. Karena baik Mba Sri dan Mas Pai, keduanya memang hanya lulusan SMA. Setelah mendapat dorongan dari ketiga anaknya, maka Mas Pai memutuskan untuk mendaftar kuliah, hanya semata-mata untuk menunjang keberlangsungan bisnisnya.Sedangkan Mba Sri memutuskan untuk belajar sendiri di rumah dengan banyak membaca buku dan mengambil ilmu langsung dari pedagang sukses lainnya. Sambil berjualan produk organik, Mba Sri juga mengedukasi para pelanggan mengenai apa itu tanaman organik, sehingga sem
Baca selengkapnya
Laporan Coki
"Nah, Coki, ini Tante Sri. Dia pemilik kios sayur yang ada di perumahan ini. Selain itu, dia juga pengusaha sayur-mayur, lho. Kamu nanti bisa belajar banyak dari dia," ucap Bu Rani seraya memperkenalkan kemenakannya kepada Mba Sri. Mereka baru saja tiba di kediaman Mba Sri dan saat ini berada di ruang tamu rumah itu."Hai, Coki. Gimana, betah tinggal di Jakarta? Anak tante juga ada lho, yang seumuran sama kamu. Namanya, Salsa," sapa Mba Sri dengan ramah. "Itu, anaknya, yang ada di paling kiri." Mba Sri menunjuk foto keluarga yang terpasang di dinding dengan dagunya."Lumayan Tante. Panasnya Jakarta nggak jauh beda, kok, sama panasnya Medan," ujar Coki. "Umm, sekarang, Salsanya ke mana Tante?" Mata Coki melirik jahil ke arah foto Salsa, anak bungsu Mba Sri dan Mas Pai yang wajah cantiknya menurun dari sang mama.Mba Sri yang memang senang dengan kehadiran Coki, menjawab sambil tertawa, "Salsa sekarang tinggal di London. Dia sedang kuliah di sana.""Lho, memangnya usia Jeng Sri berapa,
Baca selengkapnya
Kejutan dari Bu Rani
Selamat membaca-----Malam kemarin sebelum Coki mulai bekerja di rumah Mba Sri, Bu Rani meminta Coki untuk memata-matai setiap pergerakan dari Mba Sri. Apakah ada yang mencurigakan, apakah di rumah itu ada benda yang tak lazim, apakah ada ruangan khusus yang tidak boleh dimasuki, dan lain-lain.Coki yang masih belum mengerti apa maksud dari permintaan tantenya itu, hanya mengiyakan saja."Paling cuma laporan kerjaan biasa aja," pikir Coki.Maklumlah pikirannya masih polos, belum bisa mengendus niat buruk tantenya. Padahal sebenarnya bisa saja Bu Rani meminta Pak Ishak, suaminya untuk memberikan pekerjaan kepada Coki. Jabatan Pak Ishak di kantor kontraktor tempatnya bekerja, kan, sudah tinggi.Akhirnya, Coki hanya membuat laporan kegiatan seperti biasa, apa saja yang dilakukan dan dilihat selama dia bekerja hari itu, seperti harus mengantar sayuran jam berapa, catatan alamat pelanggan, dan lain-lain, yang jelas tidak ada hubungan sama sekali dengan apa yang tantenya inginkan.Sontak, h
Baca selengkapnya
DMCA.com Protection Status